Nasional

Menjemput Ilmu di Negeri Minyak

ist

Sumselterkini.co.id, -Bayangkan dai-daiyah kita seperti jagoan kungfu spiritual yang bukan hanya bisa ceramah di pos ronda RT 03, tapi juga siap unjuk gigi di tanah penuh kilang minyak dan gedung pencakar langit Uni Emirat Arab. Bukan untuk jalan-jalan atau sekadar ngopi di bawah burj khalifa, tapi buat belajar dakwah internasional kelas dunia!

Kementerian Agama, lewat Direktur Penerangan Agama Islam, Pak Ahmad Zayadi, baru saja melepas 20 orang dai dan daiyah pilihan. Mereka bukan dai kaleng-kaleng. Ini pasukan elit penyuluh agama dari Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia, Asosiasi Penghulu, sampai kelompok majelis taklim yang sudah terbukti bukan cuma bisa khutbah Jumat tanpa salah ayat, tapi juga paham bagaimana merangkul jemaah tanpa bikin ngantuk.

Kalau biasanya pelatihan dakwah itu di Puncak atau Bogor dengan konsumsi nasi box dan kopi sachet, yang ini beda. Ini training dakwah di Uni Emirat Arab, gengs! Negeri di mana AC lebih banyak dari pohon, dan adzan bisa bersaing dengan deru Lamborghini.

Misi mereka bukan cuma memperluas ilmu, tapi juga jadi duta dakwah nusantara. Ini bukan jalan-jalan rohani biasa, ini ekspedisi spiritual internasional. Tujuannya? Benchmarking, kata Pak Zayadi. Dalam bahasa Jawa-nya proses 3N [Niteni, Niru, Nambahi] alias, amati cara dakwah mereka, tiru yang bagus-bagus, lalu tambahi dengan bumbu ke Indonesiaan yang khas ramah, santun, dan kadang suka baper.

Kita tahu, Indonesia ini gudangnya dai. Tapi kadang, strategi dakwah kita kayak nasi goreng  enak, tapi itu-itu aja. Nah, di UEA, para dai kita bisa lihat bagaimana teknologi, diplomasi, dan toleransi bersinergi. Salah satu tempat yang akan dikunjungi adalah Abrahamic House, kompleks yang menyatukan masjid, gereja, dan sinagog. Tempat yang bisa bikin netizen Indonesia salfok karena tidak bisa bayangkan ada masjid dan sinagog dalam satu kompleks tanpa kerusuhan.

Inilah kesempatan emas. Di sana, para dai bukan hanya belajar bagaimana meramu ceramah yang tak hanya menyentuh hati tapi juga mendamaikan kepala. Mereka juga ditantang menjaga nama baik bangsa, karena ini bukan liburan, tapi misi kebangsaan. Presiden Prabowo bahkan baru saja memperpanjang nota kesepahaman antarnegara sebuah karpet merah diplomatik yang mesti dijaga, bukan dilintasi dengan sandal jepit.

Dan yang bikin kami tersenyum penuh harap  Pak Zayadi berharap para peserta nanti bikin buku berjudul Peta Dakwah di Uni Emirat Arab. Wah, menarik! Semoga bukunya jangan berakhir jadi tumpukan laporan dinas ya, tapi benar-benar jadi kisah yang membumi, lucu, sekaligus inspiratif. Karena dunia butuh dai yang bukan cuma bisa berdakwah dari mimbar, tapi juga bisa merangkul dari medsos sampai forum internasional.

Akhir kata, kita doakan semoga 20 dai dan daiyah ini bukan hanya pulang bawa oleh-oleh kurma, tapi juga pulang membawa pencerahan bagaimana berdakwah dengan gaya yang makin relevan, makin inklusif, dan makin bikin umat senyum, bukan saling nyinyir. Jadi, mari kita tunggu hasil benchmarking 3N, biar semua teori dakwah itu enggak cuma nyangkut di kepala, tapi juga nyampe ke hati umat. Selamat berdakwah di negeri minyak, para dai kebanggaan bangsa.[***]

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com