Sumselterkini.co.id, – Libur lebaran itu emang momen sakral dan umat manusia juga berlomba-lomba mudik untuk Lebaran, dengan tujuan silaturahmi, makan ketupat bersama besar di kampung halaman, bahkan sedikit drama keluarga. Tapi tahun ini, ada satu tren baru, yakni nobar horor bareng keluarga besar. Apa lagi yang bisa menyatukan tante, sepupu, dan om yang jarang ngomong kalau bukan jeritan bareng di bioskop?. Ada hal yang menarik lagi saat suasana lebaran itu, para setan justru sibuk manggung di layar lebar. Siapa sangka? di tengah deru klakson bus malam dan antrean semur jengkol di warung rest area, film Qodrat 2 malah sukses menembus angka 1,7 juta penonton hanya dalam 10 hari.
Sebuah pencapaian yang bukan cuma bikin produser senyum-senyum sambil ngopi tubruk, tapi juga bikin Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, tepuk tangan sampai telapak tangannya panas. Lho kok bisa? Apa rahasianya? Apakah ada campur tangan jin kelas kakap? Pikirnya..
Dengan total lebih dari 5 juta penonton untuk seluruh film Indonesia yang tayang saat libur lebaran, ini artinya rakyat Indonesia rela antre di depan bioskop demi menyaksikan kehadiran setan berstandar ISO.
Dan yang paling gemas, genre horor masih jadi primadona menyumbang 40% lebih dari keseluruhan tontonan dua tahun terakhir. Artinya, bangsa ini lebih nyaman menghadapi setan fiktif daripada kenyataan tagihan listrik atau pertanyaan “kapan nikah” dari keluarga besar. ha..ha.ha…!!.
Tenang, ini bukan karena ada jimat di balik layar, tapi karena film ini benar-benar punya qodrat untuk menghibur sekaligus menakut-nakuti dengan elegan. Seperti makan kerupuk pedas sambil nonton telenovela pedas, deg-degan, tapi nagih.
Sekarang mari kita jujur dan bertanya ke hati kecil kita yang paling dalam kapan terakhir kali kita nonton film romantis dan keluar bioskop sambil ngelus dada, bukan karena sedih, tapi karena ngantuk?
Nah, di sinilah letak kejeniusan Qodrat 2. Genre horor terbukti masih menjadi primadona bioskop tanah air. Dengan statistik mencatat genre ini menguasai lebih dari 40% selera penonton dua tahun terakhir, jelas sudah bahwa bangsa ini memang senang diteror… asalkan bukan oleh utang pinjol atau mantan yang balikan pas Lebaran.
Film horor, kalau digarap serius, bisa jadi mesin uang. Dan Qodrat 2 membuktikan bahwa setan pun bisa jadi kontributor PDB, jika diarahkan ke jalur yang benar. Kementerian Ekonomi Kreatif pun langsung pasang badan, bukan untuk mengusir jin, tapi untuk mendukung ekspor hantu lokal ke 9 negara luar. Indonesia ekspor kopi? Biasa. Ekspor setan? Luar biasa… hebat bukan !!.
Langkah Kemenekraf mendorong distribusi film ini secara internasional patut kita beri acungan jempol, dan satu tambahan jempol kalau bisa. Karena film adalah wajah budaya. Dan kalau wajah Indonesia yang ditampilkan adalah ustaz melawan jin di tengah teriakan takbir dan efek CGI yang cakep, maka boleh kita katakan “Itu Indonesia banget!”
Film Qodrat 2 ibarat pecel lele yang dikemas dalam kotak sushi kontennya lokal, tapi tampilannya sudah siap go internasional. Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya ikut nonton dan kasih apresiasi langsung. Biasanya menteri sibuk ngurus anggaran dan debat soal industri kreatif, tapi kali ini beliau ikut duduk manis nonton ustaz ngusir setan sebuah bukti bahwa perfilman kita tidak cuma bikin tegang, tapi juga menggerakkan ekonomi kreatif.
Yang menarik, Kemenekraf juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas generasi, antara produser kawakan dan sineas muda. Ini penting, agar film horor kita tidak hanya mengandalkan pintu berderit dan lampu mati tiba-tiba, tapi juga cerita yang kuat, karakter yang berkesan, dan ending yang bikin penonton mikir, bukan cuma teriak.
Coba kita pikir baik-baik, dulu, kalau ngomongin ekspor, kita bangga kirim sawit, kopi, atau ikan kering. Tapi sekarang? Kita ekspor film horor. Tepatnya setan lokal. Qodrat 2 siap tayang di lebih dari 9 negara. Bayangin ada orang di Jerman yang baru pertama kali dengar nama “Kyai Qodrat” sambil kaget liat pocong bisa jalan zig-zag sambil ngaji.
Kalau ekspor kerupuk bisa cuan, maka ekspor horor bisa bikin devisa naik asal hantu yang muncul punya etika sinematografi. Jangan cuma muncul terus hilang, harus ada karakter development. Harus bisa bikin penonton baper sekaligus merinding.
Dan jangan salah, ini bukan cuma soal setan doang. Ini soal bagaimana narasi, efek visual, dan keberanian sineas lokal menyajikan cerita dengan kualitas global. Qodrat 2 adalah bukti bahwa Indonesia punya kemampuan membuat horor yang bukan sekadar hantu lompat dari lemari, tapi juga punya kedalaman cerita dan pesan moral.
Linda Gozali, sang produser, menyebut film ini sebagai “perpaduan antara ekonomi dan kreativitas.” Dan kami tambahkan juga perpaduan antara ketakutan dan ketertarikan, antara kearifan lokal dan strategi global.
Keberhasilan Qodrat 2 adalah alarm positif bahwa industri film nasional bukan lagi cuma panggung hura-hura. Ini ladang basah, tempat kreativitas bisa mendatangkan rezeki yang halal walau kadang dihiasi jeritan keras dan pocong yang muncul dari lemari.
Qodrat 2 adalah perpaduan antara ekonomi dan kreativitas. Dan kami tambahkan juga perpaduan antara iman dan ketegangan, antara ilmu ruqyah dan efek CGI, antara doa-doa dan naskah yang niat.
Film ini bukan cuma serem, tapi juga pinter. Dan itu yang kita butuh dari film horor ini bukan cuma bikin loncat dari kursi, tapi juga mikir, “Eh, serem juga ya hidup tanpa iman.”
Jadi buat kamu yang merasa bakatmu aneh, bisa lihat hantu, atau punya mimpi bikin film tentang tuyul yang tobat dan jadi peternak bebek ini saatnya bersinar. Karena di negeri ini, kalau kamu bisa bikin penonton takut sambil mikir, kamu bukan cuma seniman, kamu pejuang ekonomi kreatif.
Qodrat 2 telah membuktikan satu hal penting kita bisa bikin film bagus, laris, dan berdaya saing global tanpa harus jadi Hollywood. Cukup jadi diri sendiri, dan percaya bahwa lokalitas kita itu eksotik. Kita punya hantu, kita punya nilai, kita punya cerita. Dan yang paling penting, kita punya penonton loyal yang rela bayar nonton film lokal asal filmnya jujur, tulus, dan niat. Dan pada akhirnya, kita semua punya satu Qodrat, ingat !! di balik tiap kesuksesan film horor, selalu ada satu pertanyaan filosofis apakah setan juga dapat royalti ? ha…ha…ha !!