Sumselterkini.co.id, – Kalau ada festival musik yang bisa bikin orang lupa utang, lupa mantan, bahkan lupa diet karbo, maka jawabannya adalah International Golo Mori Jazz (IGMJ) 2025. Bertempat di Golo Mori, Manggarai Barat, NTT tempat di mana bukit, laut, dan sinyal HP saling berpelukan mesra festival ini sukses bikin orang terharu, ternganga, dan tertawa bahagia.
Bayangin lo duduk di rerumputan, sunset warna oranye ngejreng kayak sirup marjan, terus Maliq & D’Essentials ngelantunin “Kita Bikin Romantis”. Itu bukan romantis lagi, itu udah masuk level bisa bikin gebetan luluh walau utang belum dibayar.
Yang paling gokil dari Golo Mori Jazz ini adalah meski skalanya internasional dan ada artis top macam Sheila Majid, Andien, sampai Tohpati Orchestra, suasananya tetap ndeso friendly. Lo bisa nikmatin musik kelas dunia sambil ngemil jagung titi dan ngebajak sambal lu’at perpaduan yang bahkan Coldplay pun belum tentu sanggup hadapi.
Dan jangan salah, musisi lokal NTT juga unjuk gigi! Ada Tate Kind Art dan Gema Nusa Project, yang mainnya bukan kaleng-kaleng. Ini baru namanya panggung anti-kolonial musik, di mana lokal dan internasional joget bareng tanpa rebutan mic.
IGMJ ini bukan hanya soal nge-jazz sambil selfie. Ini soal menggerakkan ekonomi rakyat! Saat musisi main saksofon, UMKM lokal juga main kalkulator. Dari pedagang kopi keliling sampai tukang parkir dadakan, semua kebagian rezeki.
Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Puspa, datang langsung dan keliatan bahagia banget. Beliau bilang event ini penting banget buat ngangkat pariwisata. Dan emang bener sih, soalnya festival ini kayak mi instan cepat, praktis, tapi efeknya bikin ketagihan dan nguras tabungan karena pengin balik lagi.
Yang bikin tambah cinta, IGMJ 2025 ini ramah lingkungan! Sampah dikelola rapi, air minum pakai refill station, dekorasi dari bahan daur ulang, bahkan ada instalasi seni yang kayak hasil kreativitas anak jurusan seni rupa yang lagi overthinking tapi penuh cinta.
Festival ini ngajarin bahwa seru dan sadar lingkungan bisa jalan bareng, nggak kayak cinta bertepuk sebelah tangan.
Mari kita serius dikit (tapi nggak terlalu serius). Golo Mori ini telah membuktikan bahwa Indonesia itu bisa banget jadi tuan rumah event internasional tanpa harus ngecat sawah atau nyewa bule jadi figuran. Yang penting konsepnya mateng, rakyatnya dilibatkan, dan musiknya asyik.
Festival kayak gini harusnya bukan kejutan tahunan, tapi rutinitas bulanan. Bayangin setiap provinsi punya versi Golo Mori-nya sendiri. Jawa punya Dangdut di Dieng, Kalimantan punya Reggae di Rawa, Sulawesi punya Pop Batik di Puncak, dan Papua? Waduh, EDM di Danau Sentani pecah bos!
Golo Mori bukan cuma soal jazz. Ini tentang harapan. Tentang masa depan pariwisata yang nggak melulu ngandelin brosur dan baliho, tapi pengalaman dan pelukan hangat dari masyarakat lokal.
Jadi, kalau lo belum ke Golo Mori, segera nabung. Karena begitu lo datang, kemungkinan besar lo akan jatuh cinta entah sama alamnya, musiknya, atau sama penjual bakwan yang senyumnya kayak sinar rembulan. Festival ini bukan cuma bikin goyang kepala, tapi juga bikin optimis masa depan Indonesia. [***]
