Sumselterkini.co.id, – Kalau biasanya acara olahraga identik dengan peluh, semangat, dan sempritan wasit, maka di Musi Banyuasin (Muba), semangat menyambut Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) XV Sumsel 2025 bisa diibaratkan seperti mie instan yang udah disiram air panas langsung mengembang!
Senyum sumringah Bupati Muba H. M. Toha saat menyambut rombongan KONI Sumsel, tampak seperti bapak mertua yang baru tahu calon mantunya PNS. Penuh harap, bangga, dan sedikit curiga “Ini acara Porprov bisa sukses, kan?”
Dalam ruang rapat Serasan Sekate, terlihat tekad kuat dan strategi ala manager club sepak bola Liga 3 yang pengen masuk Liga 1. Pokoknya semua pihak mulai dari Pemkab Muba, KONI, sampai tukang parkir stadion digiring agar satu suara Porprov harus sukses tiga kali! Sukses acara, sukses prestasi, dan sukses ekonomi (alias warung-warung laku keras!).
Dengan tagline “Muba Petarung”, Bupati Toha tampak ingin menegaskan bahwa Muba bukan cuma jago dalam urusan nyalip truk sawit di jalan lintas, tapi juga jago menyelenggarakan ajang olahraga berlevel provinsi.
Semua infrastruktur disebut udah siap. Stadion kinclong, lapangan catur gak lagi pakai papan triplek bekas, bahkan arena panjat tebing kabarnya udah bisa buat manjat gebetan eh, maksudnya manjat prestasi.
Toha bilang, “Kita harus jadi tuan rumah yang bukan cuma baik hati dan tidak sombong, tapi juga penuh prestasi.”
Sungguh, ini bukan hanya Porprov. Ini harga diri Muba di mata provinsi!
Ketua Harian KONI Sumsel, H. M. Aliandra Pati Gantada, datang ke Muba bukan dengan tangan kosong. Selain bawa doa dan semangat, beliau juga memastikan bahwa KONI akan full support acara ini. Bahkan katanya, bakal ada 4.000 sampai 6.000 atlet dan official datang ke Muba.
Bayangin tuh, ribuan orang datang. Hotel penuh, homestay rame, dan tukang bakso bisa pensiun dini saking larisnya. Ini Porprov atau konser Coldplay? Gak jauh beda dampaknya buat ekonomi lokal!
Muhammad Fariz, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Muba, terlihat tenang tapi garang kayak pelatih voli yang selalu pakai peluit walau cuma ngobrol.
Fariz menyebut ada tiga fokus utama Penyelenggaraan paripurna (bukan sekadar paripurna DPRD), Prestasi optimal (semoga bukan cuma optimal dalam upacara pembukaan), Dampak ekonomi positif (alias UMKM tersenyum, warkop-warkop bahagia).
Singkat kata, Porprov kali ini bukan cuma soal siapa dapat emas, tapi siapa yang bisa bikin dampaknya terasa sampai ke kantong rakyat kecil. Iya, yang jual gorengan juga harus dapet emas dari pelanggan!
Kalau biasanya habis acara olahraga tinggal kenangan, kali ini Muba berharap yang tertinggal adalah semangat baru dan dampak nyata. Harapannya, Porprov bukan cuma adu otot dan urat leher, tapi juga adu gagasan, kerja nyata, dan tentu saja siapa paling cepat rebut nasi kotak usai pertandingan.
Jadi, siap-siap ya warga Muba, bulan Oktober nanti bukan cuma musim kemarau, tapi juga musim ramai!
Dan ingat, Porprov ini bukan sekadar lomba lari tapi juga lari dari rasa pesimis, menuju masa depan yang sportif dan… penuh diskon di penginapan!.
Kalau semua udah semangat, infrastruktur kinclong, dan warung udah siap sedia stok gorengan, tinggal satu hal lagi yang jangan sampai ketinggalan komitmen jangka panjang.
Karena, yang sering bikin acara kayak gini cuma jadi hura-hura sesaat, bukan karena panggungnya kurang besar, tapi karena semangatnya cuma nyala pas pembukaan. Begitu api obor padam, ikut padam juga semangat membina atlet dan menjaga fasilitas.
Solusinya sederhana, tapi butuh konsistensi jangan jadikan Porprov ini puncak, tapi jadikan permulaan. Pembinaan atlet jangan ikut tidur pas acara selesai. Stadion jangan cuma dibuka pas kunjungan pejabat. Dan yang paling penting, jangan biarkan semangat olahraga cuma jadi poster motivasi di dinding kantor.
Kalau Muba benar-benar ingin jadi Petarung, maka tarunglah juga melawan kebiasaan latah dan euforia sesaat. Karena kemenangan sejati bukan saat dapat medali, tapi saat rakyat bisa bilang,
“Wah, Porprov kemarin bener-bener bikin hidup kami lebih hidup!”.[***]
