MUBA Terkini

Ketika Jalan Raya Menguji, Kemanusiaan Menjawab

ist

Sumselterkini.co.id, – Di suatu malam yang biasanya cuma diisi suara jangkrik dan suara emak-emak tetangga nonton sinetron, tiba-tiba jalan lintas tengah Sumatera geger kayak pengumuman kenaikan harga minyak goreng. Sebuah ambulans dari RS Bayung Lencir melaju kencang, bukan karena ngebut cari angin, tapi karena sedang mengantar pasien rujukan ke Palembang. Tugas mulia. Tapi siapa sangka, di tengah jalan, nasib berkata lain ambulans itu tergelincir, nabrak nasib buruk, dan jatuh. “Astagaaa… pasiennya gimana?” teriak warga net dan warga nyata hampir bersamaan.

Ternyata di dalam ambulans itu ada tiga sosok sopir yang semangatnya kayak tukang ojek waktu dapet order ke bandara, perawat yang dedikasinya setara tukang parkir yang rela berdiri walau diguyur hujan, dan tentu si pasien yang dari awal memang sudah tidak sadar. (Dan untungnya, tetap tidak sadar, jadi tidak ikut panik.)

Begitu insiden terjadi, Pemkab Muba langsung gerak cepat. Gak pakai wacana-wacana dulu. Ini bukan rapat RT yang molor dua jam karena nunggu kopi, ini darurat. Ambulans dari Banyuasin pun dikerahkan, nyambung estafet penyelamatan macam tim relay di Olimpiade. Ketiga korban dievakuasi ke Rumah Sakit Mohammad Hoesin, Palembang. Tidak cuma diantar, seluruh biaya pengobatan juga ditanggung. Mantap. Pemerintah daerah ini tahu bahwa kalau rakyatnya lagi jatuh, jangan dikasih kata-kata motivasi, tapi dikasih tindakan nyata.

Kepala Dinas Kesehatan, dr. Azmi, datang langsung dan menjamin bahwa semuanya diurus. Beliau bukan sekadar pejabat pencitraan. Buktinya, beliau tahu detail kondisi semua korban, bahkan sampai jadwal operasi sopir dan perawat. Hebat. Kepala dinas rasa detektif Conan.“Alhamdulillah, kondisi selamat. Tapi si pasien masih butuh perawatan intensif,” ujar beliau dengan tatapan seperti dokter sinetron, tapi penuh empati nyata.

Sementara itu, Kabag Tata Usaha RS Bayung Lencir, Pak Andrian, juga tidak kalah tanggap. Ia menjelaskan bahwa operasi sopir dilakukan dini hari, dan keluar ruang operasi saat ayam baru mikir mau berkokok atau tidak. Perawatnya juga langsung dioperasi. Pokoknya tim medis ini seperti Avengers, saling jaga, saling rawat. Bedanya, mereka tidak pakai jubah, tapi pakai APD dan masker medis.

Bupati Muba, H. M. Toha, pun menyampaikan keprihatinannya. Tapi bukan keprihatinan di bibir saja, lho. Beliau memastikan bahwa seluruh pengobatan dan pemantauan akan terus dilakukan. Katanya.“Kami pastikan semua pulih. Ini bukan cuma soal tugas, tapi soal kemanusiaan,”. Kalimat itu langsung menggetarkan hati seperti SMS dari mantan di malam minggu.

Dan kita pun belajar satu hal penting: bahwa dalam dunia kesehatan, bukan cuma pasien yang harus dilindungi. Sopir ambulans dan perawat juga manusia, punya tulang, punya lutut, dan punya cinta terhadap pekerjaannya. Ini seperti cerita cinta tiga arah antara tanggung jawab, bahaya jalan raya, dan tekad menyelamatkan nyawa.

Kecelakaan boleh saja tak terduga, tapi kecepatan tanggap adalah cerminan siapa kita. Muba menunjukkan bahwa di balik sirine ambulans dan deru roda yang melaju di malam hari, ada nyawa-nyawa pemberani yang rela terluka demi orang lain. Dan kalau itu tidak membuatmu bangga, mungkin hatimu perlu dicek… siapa tahu lagi error kayak printer tua di kantor desa.[***]

Terpopuler

To Top