Sumselterkini.co.id, – Kalau banjir bisa kita usir dengan pompa dan doa berjamaah, lain cerita dengan penyakit. Ini makhluk halus versi medis, datangnya tak diundang, pulangnya ogah-ogahan. Begitu air surut, penyakit malah datang ngeluyur seperti tetangga yang baru tahu rumah kita habis disemprot disinfektan pura-pura mau bantu, padahal numpang ngopi.
Untunglah, Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) nggak ikut surut semangatnya seperti air di parit belakang rumah. Melalui Dinas Kesehatan (Dinkes), mereka langsung tancap gas bukan cuma pas banjirnya, tapi justru pasca banjir, saat masyarakat mulai kembali menjemur bantal, memunguti sendal yang hanyut, dan tentu saja, kembali menyalakan rice cooker.
Bayangkan saja, tim Public Safety Center (PSC) dari berbagai puskesmas di Muba ini seperti pasukan Avengers lokal, minus jubah dan efek CGI. Mereka menyusuri rumah-rumah warga, bukan untuk minta sumbangan, tapi untuk memastikan kelompok rentan balita, ibu hamil, lansia, dan orang-orang yang punya penyakit penyerta nggak dijadikan sasaran empuk penyakit pascabanjir.
Kalau biasanya yang ‘muncul’ habis banjir itu katak dan nyamuk, kali ini muncul juga ISPA, rematik, diare, sampai eksim yang bisa bikin garukan jadi hobi baru. Tapi tenang, semua itu sudah diantisipasi Dinkes, yang bahkan saking sayangnya sama balita dan ibu hamil, mereka kirimkan Bahan Makanan Tambahan (BMT). Langsung diantar, bukan pakai kurir, biar cepat terasa manfaatnya. Udah kayak delivery makanan sehat versi pemerintah!
Coba kita lihat distribusi BMT ini kayak pertandingan bola. Kecamatan Tungkal Jaya dan Bayung Lencir jadi arena utama. Di Desa Peninggalan misalnya, dapet 20 dus buat balita, 29 dus buat ibu hamil. Itu bukan sekadar dus, tapi paket nutrisi anti-stunting. Kalau dus itu bisa bicara, mungkin dia bakal bilang, “Saya datang bukan untuk kenyangin, tapi untuk lindungi masa depan!”
Dan jumlahnya bukan main. Di Desa Pangkalan Bayat, balita dapet 45 dus. Wah, itu bisa bikin satu kampung kenyang dan sehat sampai seminggu lebih. Ini bukan janji kampanye, ini aksi nyata.
Bupati Muba, H. M. Toha, nggak cuma tepuk tangan dari balik meja. Beliau langsung memberikan apresiasi dan komando seperti pelatih tim bola saat injury time. Beliau minta masyarakat jaga kebersihan, hidupkan gotong royong, dan jangan kasih celah buat penyakit bersarang. Bahkan kalau bisa, nyamuk pun mikir dua kali sebelum mendarat di halaman rumah warga.
Dan kita suka dengan perintah beliau yang bunyinya kira-kira “Kalau petugas kesehatan sudah kerja keras, masyarakat jangan cuma jadi penonton. Ayo bersihkan lingkungan, cek kesehatan, dan jangan tunggu sakit baru ke puskesmas.” Kalimat ini ibarat nasi goreng yang lengkap: ada pedasnya, ada telurnya, dan bikin kenyang semangat.
Banjir mungkin surut, tapi dampaknya bisa lama. Sama seperti mantan, yang sudah pergi tapi efeknya masih terasa saat liat status WA-nya. Nah, di sinilah pentingnya layanan kesehatan yang terus berkelanjutan. Jangan sampai begitu air surut, petugas juga surut semangatnya. Jangan sampai warga mengira bahwa setelah dapet dus BMT, tugas selesai.
Justru sebaliknya. Inilah fase penting menjaga ketahanan warga dari penyakit yang doyan nongkrong habis bencana. Harus ada monitoring lanjutan, pemeriksaan berkala, dan edukasi terus-menerus. Jangan biarkan lingkungan jadi kolam impian buat nyamuk, atau tempat berkumpul favorit bagi kuman dan jamur.
Muba telah memberi contoh bahwa respon pasca bencana nggak boleh kalah gesit dari respon saat bencana. Ketika air sudah reda, tugas belum selesai. Justru saat itulah pertarungan sebenarnya dimulai melawan dampak tak kasat mata yang bisa bikin warga tumbang satu per satu.
Mari kita dukung terus semangat ini. Karena kalau penyakit bisa nyusup kayak maling ayam, maka kita harus jadi warga yang siap pasang perangkap bersih lingkungan, periksa rutin, makan bergizi, dan tentu saja, tetap bahagia.Dan ingat, jangan sampai habis banjir, malah masuk angin.[***]