BIASANYA kalau denger kata “bersih-bersih sungai”, bayangan kita yakni karyawan pakai rompi, masker, terus foto bareng sambil pegang karung. Serius, formal, kadang agak kaku. Tapi kemarin, pemandangan di dermaga PT Pusri Palembang justru kayak acara ketoprak modern. Alih-alih murung ngangkut sampah, karyawan Pusri malah heboh sendiri kayak lagi latihan stand-up comedy berjamaah.
Kenapa?, karena World Cleanup Day 2025 plus Hari Kebersihan Sungai Sedunia tiba, dan Pusri mutusin buat turun langsung nyemplung ke Sungai Musi dan area dermaga, harusnya ini kegiatan serius, tapi entah kenapa, berubah jadi dagelan.
Pagi itu, para karyawan bersiap dengan sarung tangan, pelampung, dan karung. Awalnya hening, fokus cari sampah, lima menit kemudian, suasana berubah.
Satu karyawan teriak, “Eh, nemu sandal jomblo nih!”, spontan yang lain nyeletuk, “Coba cari pasangannya, Bang, kali aja masih betah di dasar sungai”.
Tak lama kemudian, ada yang angkat botol plastik. “Botol kosong, siapa tahu masih bisa ditukar sama abang warung buat dapet permen” Jawaban dari belakang “Kalau isinya masih ada, baru kita syukuran bareng!”.
Dan begitulah, sungai yang tadinya sepi jadi riuh kayak pasar malam, bedanya, yang dijual bukan wahana, tapi banyolan plus sampah.
Menurut SVP Teknologi & K3LH Pusri, Alfa Widyawan, kegiatan ini memang serius tujuannya. “Kami percaya sungai itu sumber kehidupan. Kalau bersih, masa depan juga ikut bersih. Menjaga lingkungan bukan cuma kerja pemerintah, tapi semua orang, termasuk Pusri,” katanya mantap.
Tapi begitu selesai ngomong, ada karyawan nyeletuk, “Betul Pak, apalagi kalau sungai bersih, kita bisa berenang tanpa takut nyangkut plastik. Tinggal takut sama mantan lewat aja”, sontak semua ketawa, bahkan Pak Alfa pun cuma bisa geleng-geleng kepala.
Namun jangan salah, meski suasananya kayak acara komedi, Pusri ini punya program pengelolaan sampah yang beneran keren. Ada Waste Plant dan Tabungan Nona (Non-Organik dan Organik), konsepnya, sampah dipilah, diolah, terus dimanfaatin lagi.
Jadi bukan cuma “bersihin sungai, buang ke TPA dan selesai”, enggak lo.., mereka beneran berniat bikin sampah punya nilai tambah. Sampah organik bisa jadi kompos, non-organik bisa didaur ulang, bahkan bisa ditabung!, ibaratnya, kalau kita rajin nabung sampah, lama-lama bisa jadi tabungan beneran.
Kalau dipikir-pikir, lucu juga, karena dulu orang ngomong, “Sampahmu tanggung jawabmu”, sekarang malah bisa ditambahin “Sampahmu tabunganmu”.
Sungai Musi, yang biasanya hanya dilewati perahu ketek sambil bawa penumpang atau durian, hari itu jadi penonton gratis dagelan Pusri. Bayangin aja, sungai yang udah berusia ribuan tahun itu disuguhi tontonan, karyawan pungut sampah sambil ketawa-ketiwi, bercanda soal sandal jomblo, sampai debat kecil soal plastik mana yang lebih gampang dibersihin.
Kalau sungai bisa ngomong, mungkin dia bakal nyeletuk “Alhamdulillah, akhirnya ada juga yang ngurusin aku sambil ketawa. Selama ini kalau ada yang turun, mukanya serius semua, bikin aku minder”.
Di balik semua canda, inti kegiatan ini adalah dorongan menuju circular economy, istilah kerennya, sampah jangan langsung dibuang, tapi diputer lagi biar jadi sesuatu yang berguna.
Kalau dijelasin pake gaya Pusri kemarin, circular economy itu mirip lawakan, muter-muter dulu sebelum ketemu punchline. Sampah dipilah lalu diolah dan akhirnya balik lagi, jadi barang baru. Lawakan diputer- diputer, akhirnya bikin penonton ketawa. Bedanya, kalau lawakan gagal punchline, penonton manyun, kalau sampah gagal diputer, bumi yang manyun.
Kegiatan ini ternyata juga jadi ajang olahraga gratis, karena angkat karung sampah, jongkok berdiri, nyemplung dikit, jalan bolak-balik ke dermaga, kalorinya kebakar tanpa perlu ke gym, he..he.
Seorang karyawan nyeletuk “Kalau tiap minggu ada acara gini, saya nggak perlu lagi daftar fitness, badan sehat, sungai pun kinclong. Tinggal satu aja PR-nya, yakni cemilan setelahnya jangan kebanyakan, nanti percuma”.
Meski penuh canda, acara ini sukses bikin sungai dan dermaga lebih bersih, karyawan puas, sungai lega, masyarakat sekitar pun seneng.
Dan di balik tawa itu, ada pesan serius yang mesti diinget, pepatah bilang “Kita tidak mewarisi bumi dari nenek moyang, kita hanya meminjamnya dari anak cucu kita”, jadi kalau sungai penuh sampah, artinya kita balikin pinjeman itu ke anak cucu dalam kondisi minus, kayak balikin motor sewaan tapi bensinnya udah tinggal garis merah.
Oleh karena itu, aksi Pusri ini penting banget, bukan cuma bersihin sungai sehari, tapi ngajarin bahwa menjaga lingkungan bisa dilakukan dengan gaya apapun, even kalau itu gaya dagelan, karena kalau bumi ini rusak, nggak ada stand-up comedy yang bisa bikin kita ketawa lagi.
Dan pada akhirnya, sungai yang bersih bukan cuma soal pemandangan indah atau foto instagram yang estetik, sungai yang bersih artinya airnya sehat, ikan ikut betah hidup, [yang bener nich bukan ikut mabuk?], masyarakatnya juga ikut lebih nyaman, bahkan anak-anak yang bisa main tanpa khawatir kena limbah.
Jadi kalau karyawan Pusri bisa sambil bercanda saat pungut sampah, itu tandanya merawat lingkungan tak harus dengan wajah tegang, namun bisa dengan hati gembira.[***]
Disclaimer redaksi : tulisan ini menggunakan gaya soft news dengan tambahan humor dan dialog fiksi, semua kutipan resmi pejabat perusahaan tetap berdasarkan sumber sahih.