Lingkungan

Ketika Menteri Turun, Asap Naik, Cerita Tegas dari Riau

ist

“Pagi itu, langit Riau tampak seperti wajah mantan yang belum move on mendung, penuh asap, dan menyimpan dendam lama”

BEGITULAH kesan pertama Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni saat menjejakkan kaki di Bumi Lancang Kuning, kemarin. Tapi, bukan untuk reuni atau nge-vlog di kebun sawit, sang menteri datang dengan misi penting mengecek langsung kondisi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang belakangan ini bikin Riau nyaris jadi sate raksasa.

Dengan helikopter terbang rendah, Menteri Raja yang biasanya sibuk dengan urusan legislasi dan pepohonan  hari itu menjelma seperti detektif dari langit. Sambil pakai rompi lapangan dan tatapan tajam, ia memindai titik-titik api bak paranormal nyari aura negatif.

“Titik api memang sudah menurun, tapi cuaca ekstrem ini lho… kayak mantan yang suka balikan pas kita udah bahagia,” ujar Menteri, sambil menyitir laporan BMKG yang bilang kekeringan sedang di level “kering kerontang maksimal.”

Benar saja, lahan gambut di Riau memang lebih gampang terbakar daripada emosi netizen kalau sinetron favoritnya diganti FTV. Sedikit saja percikan api, langsung menyebar seperti gosip di grup WhatsApp emak-emak. Maka tak heran, Menteri pun memberi peringatan keras. “Jangan main api! Nanti ditangkap beneran!” tegasnya, mengutip omongan Kapolda Riau yang kebetulan juga ikut nebeng helikopter.

Sontak, para pembakar lahan ilegal yang biasanya main kucing-kucingan pun mulai gelisah. Ini bukan lagi zaman bisa bakar lahan trus pura-pura nanam singkong. Sekarang, satu korek nyala bisa langsung ketemu pasukan gabungan TNI, Polri, Manggala Agni, sampai Masyarakat Peduli Api (MPA). Komplit kayak nasi rames  ada semua.

Mungkin sebagian rakyat mengira Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) itu singkatan dari boyband baru. Padahal bukan. Ini semacam “dukun langit resmi” yang bekerja sama dengan BMKG dan BNPB untuk menyulap awan jadi hujan. Caranya? Dikasih garam! Bukan buat santet, tapi biar awan cepet galau dan nangis.

Sampai sekarang, sudah 14 kali langit Riau disemai NaCl  total 12.600 kilogram. Coba bayangin, itu kalau buat masak, bisa bikin sup buat satu planet.

Tapi ini demi satu tujuan membasahi lahan kering sebelum api nyamber lagi. Tak hanya di Riau, OMC juga menyebar ke Sumsel, Jambi, Kalbar, Kalteng, Kalsel, dan Kaltim. Ibarat konser keliling, tapi yang tampil bukan idol, melainkan tim penyemai awan.

Di darat, perjuangan tak kalah sengit. Manggala Agni dan tim gabungan lainnya seperti BPBDPK, Dinas Kehutanan, dan bahkan RPK Pertamina Hulu Rokan bekerja siang malam kayak deadline skripsi. Mereka mengandalkan posko terpadu di berbagai titik desa. Kadang harus nyebur ke rawa, kadang harus tidur di kebun, dan sering-sering berurusan sama nyamuk jumbo yang kalau gigit bisa bikin lupa mantan.

Aktor utama

Yang bikin haru, Masyarakat Peduli Api (MPA) juga ikut turun tangan. Warga desa bukan cuma penonton, tapi jadi aktor utama dalam pemadaman. Mereka lebih paham medan, tahu mana lahan yang rawan, dan yang penting  tahu siapa tetangganya yang suka bakar rumput diam-diam.

“Sehebat-hebatnya teknologi, kalau manusianya masih suka main api, ya susah. Ini kayak punya AC 2 PK, tapi jendelanya dibuka terus,” ujar Menteri Raja, sambil menyeruput teh tanpa gula di sela jumpa pers.

Dalam dunia peribahasa, banyak pelajaran bisa dipetik dari karhutla ini. Misalnya “Api kecil jadi kawan, besar jadi lawan”. Tapi kalau sudah niat bakar lahan, kecil pun langsung jadi musuh negara. “Sepandai-pandainya menyembunyikan api, akhirnya ketahuan juga lewat satelit”. “Jangan bakar lahan kalau tak mau terbakar pasal pidana”.

Langkah cepat pemerintah lewat Kemenhut ini memang patut diapresiasi. Tapi, seperti kata pepatah lama yang baru dimodifikasi “Padam api bukan cuma soal air, tapi juga soal akal dan hati nurani”. Jangan sampai kita sibuk padamkan, tapi lupa cegah sejak awal. Karhutla bukan soal cuaca semata, tapi soal pilihan mau bakar atau mau berbenah?

Menteri Raja pun menutup kunjungannya dengan pesan tegas yang bunyinya agak seperti pantun, tapi bikin merinding “Siapa yang bakar, akan terbakar, bukan hanya lahan, tapi juga harapan”

Bagi para pelaku bakar lahan, mohon diingat  zaman sekarang, satelit bisa lihat semuanya. Helikopter bisa terbang rendah. Dan hukum bisa nyamperin siapa saja. Jadi, tolong, jangan main api. Soalnya di negara ini, yang boleh bakar-bakar cuma tukang sate sama abang jagung rebus.

Ingat! kalau masih nekat bakar lahan, nanti ditangkap, beneran, bukan kaleng-kaleng.[***]

Terpopuler

To Top