RIUHNYA berita global tentang satwa langka, datang kabar segar yang bikin kita semua ikut senyum lebar kelahiran bayi Banteng Jawa di Pusat Reintroduksi Banteng Jawa Pangandaran, Jawa Barat. Banteng Jawa hewan asli Nusantara yang populasinya sudah hampir seperti tamu VIP yang jarang kelihatan, kini punya generasi baru yang lahir tepat di habitat alaminya, bukan cuma soal angka, tapi harapan nyata pelestarian satwa endemik yang makin langka itu.
Kalau ngomongin Banteng Jawa, bayangan kita pasti langsung ke hewan besar, kuat, dan gagah yang sering disebut “singa padang rumput” versi Indonesia. Tapi jangan salah, populasinya di alam liar sudah seperti tamu undangan yang ditunggu-tunggu kehadirannya. Makanya, program reintroduksi di Cagar Alam Pananjung Pangandaran ini bisa dibilang seperti pesta reuni keluarga besar banteng, di mana anak-anak banteng mulai mengisi generasi baru dengan semangat hidup yang membara.
Kelahiran Haruni nama yang disematkan Menteri Kehutanan untuk bayi banteng yang lahir 7 Agustus 2025 lalu menjadi berita bahagia yang bukan cuma menambah jumlah populasi, tapi juga menandakan bahwa habitat Pangandaran benar-benar ramah bagi kelangsungan hidup Banteng Jawa.
Bayangkan, seperti kata pepatah, “Air tenang menghanyutkan,” habitat yang kondusif justru menjadi kunci utama untuk memastikan kelangsungan hidup satwa langka ini tanpa gangguan berarti.
Program pengembangbiakan semi alami yang dilakukan di lahan seluas 5 hektar ini memang dirancang penuh strategi dan perhatian. Ada 2 pasang Banteng Jawa yang berasal dari tiga taman safari ternama di Indonesia, seperti sahabat lama yang akhirnya reuni di rumah baru.
Para petugas setia memantau mulai dari pemberian pakan, cek kesehatan, sampai ngecek masa birahi—ya, hewan juga butuh perhatian ekstra, jangan sampai drama cinta mereka malah jadi viral.
Yang paling menarik, kolaborasi ini bukan hanya Kementerian Kehutanan dan BBKSDA Jawa Barat, tapi juga Taman Safari Indonesia, PT. Star Energy Geothermal Darajat II Limited, Pemerintah Kabupaten Pangandaran, dan tentu saja masyarakat setempat yang jadi garda depan menjaga kelangsungan hidup Banteng Jawa. Kerja sama ini seperti orkestra besar yang memainkan harmoni indah demi kelestarian alam.
Direktur Jenderal KSDAE, Satyawan Pudyatmoko, mengibaratkan kelahiran Haruni sebagai hadiah manis di momen Hari Konservasi Alam Nasional, 10 Agustus, yang baru akan datang. Sebuah “pesta kecil” yang menegaskan bahwa upaya pelestarian tidak sia-sia. Bayi banteng ini adalah bukti hidup bahwa konservasi adalah investasi jangka panjang yang hasilnya bisa kita nikmati bersama.
Tentu saja, tantangan belum selesai. Tim medis dan petugas BBKSDA Jawa Barat masih terus memantau Haruni dan induknya dengan penuh kasih sayang dan profesionalisme. Seperti merawat benih emas yang harus dijaga supaya bisa tumbuh besar dan kuat, agar kelak Haruni bisa berlari bebas dan meneruskan garis keturunan yang mulia.
Akhir kata, kelahiran Banteng Jawa di Pangandaran ini bukan hanya kabar bahagia semata, melainkan juga cermin betapa pentingnya sinergi antar berbagai pihak dalam menjaga kekayaan alam Indonesia. Kata pepatah, “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing,” keberhasilan pelestarian satwa langka adalah tanggung jawab bersama, agar generasi mendatang masih bisa melihat si gagah Banteng Jawa hidup bebas di alamnya.
Dengan adanya Haruni dan keluarga kecilnya, semoga menjadi inspirasi nyata bahwa alam Indonesia masih punya cerita indah yang layak diperjuangkan bersama. Dan kita semua, sebagai bagian dari keluarga besar bangsa ini, punya peran penting menjadi pahlawan konservasi dalam kehidupan nyata.[***]