DI halaman Direktorat Reserse Narkoba Polda Sumsel, Selasa pagi (15 Juli 2025), asap mengepul bukan karena kebakaran dapur atau orang bakar sate. Tapi ini lebih serius dari sekadar arang gosong yang dibakar adalah 4,55 kilogram sabu dan 23.573 butir ekstasi.
Kalau dihitung, itu cukup buat bikin kampung satu ngelantur seminggu, tapi tidak di Bumi Sriwijaya, Bung! Di sini, narkoba bukan teman ngopi, tapi musuh bebuyutan, dikasih salam, dibalas dengan borgol.
“Ini bukan hanya soal hukum, tapi soal menyelamatkan generasi,” kata Kombes Pol Yulian Perdana, Direktur Reserse Narkoba Polda Sumsel.
Ia berbicara dengan mimik serius, tapi kalau disisipkan backsound gamelan dan efek zoom in, rasanya sudah pantas masuk film dokumenter Netflix “Sumsel Melawan Narkoba: Dari Palembang dengan Tegas”
Bayangkan saja, 95.182 jiwa bisa diselamatkan dari jurang narkoba gara-gara barang haram itu dimusnahkan. Itu artinya, satu dusun di OKI, dua kelurahan di Palembang, dan satu RT di Banyuasin tidak perlu ngelantur karena sabu. Pepatah lama bilang, “Sekali tepuk dua lalat mati, asal jangan pakai sabu buat nempuk”.
Coba bayangkan, kalau semua itu lolos dan beredar, kita bisa punya angkatan muda yang semangatnya bukan lagi ‘membangun bangsa’, tapi ‘ngudud sabu sambil ngelantur puisi absurd’. Bangsa ini tidak butuh penyair mabuk, kita butuh petani waras, guru sadar, dan sopir ojek online yang tahu jalan pulang.
Jangan kira Sumsel sendirian, di Kamboja, bandar narkoba bisa kena tembak di tempat, di Filipina? Presiden Rodrigo Duterte dulu terkenal karena gaya ‘gas pol’ tanpa rem, bandar baru nyengir sedikit langsung hilang dari peredaran, bukan karena insaf, tapi karena insyaf selamanya.
Tapi Indonesia, tetap mengedepankan hukum, para tersangka dijerat Pasal 114 dan Pasal 112 UU Narkotika. Ancamannya? Bukan cuma kurungan, tapi bisa sampai hukuman mati, jadi kalau ada yang masih nekat main sabu-sabu, bisa-bisa terakhir kali lihat matahari cuma dari balik jeruji, itu pun sambil nunggu sidang.
Kita memang hidup di zaman serba ingin tahu, anak muda sekarang penasaran sama hal-hal aneh, namun jangan sampai rasa ingin tahu itu jadi tiket masuk ke dunia gelap narkoba.
Ingat pepatah bijak “Kalau tidak bisa jadi pelita, jangan jadi asap yang bikin sesak dada”.
Banyak yang bilang, “Cuma coba-coba”. Nah, ini seperti bilang, “Cuma nyebur sebentar ke kolam buaya”. Coba-coba itu cocoknya untuk rasa boba baru, bukan untuk sabu. Sekali nyemplung, keluarnya bisa dalam kantong mayat atau minimal dalam berita kriminal.
Saat Ditresnarkoba Sumsel memusnahkan barang bukti, ada satu momen menggelitik asap pemusnahan sempat bikin salah satu wartawan bersin-bersin “Santai aja, Bang, itu bukan sabu yang nyebar, cuma angin Palembang” kata polisi sambil ngelawak.
Tapi dibalik tawa itu, ada kerja serius, bayangkan, 19 tersangka dalam dua bulan. Polisi bukan cuma jadi penegak hukum, tapi juga semacam ‘detektif Scooby-Doo’ yang nggak pakai anjing, tapi hasilnya tetap dapet.
Pesan Moral di Balik Asap
Dari cerita ini, kita belajar bahwa perang melawan narkoba bukan kerja polisi semata, ini kerja bareng, dari emak-emak di dapur sampai pemuda di warkop, semua bisa berperan. Kalau lihat gerak-gerik mencurigakan, lapor. Kalau tahu tetangga punya bisnis malam-malam tapi nggak ada produk, curigalah.
Seperti kata pepatah, “Jangan biarkan tikus pesta di lumbung padi”. Sumsel punya banyak potensi dari karet, sawit, sampai ikan patin jangan sampai yang tumbuh malah bisnis sabu.
Di tengah geliat Sumsel bangkit secara ekonomi, sosial, dan budaya, jangan sampai narkoba menyelinap jadi ‘oleh-oleh’ yang menggerogoti dari dalam. Kita bukan hanya butuh pembangunan infrastruktur, tapi juga pembangunan karakter, karakter itu dimulai dari pilihan kecil, menolak sabu, menolak ekstasi, dan menolak jadi beban negara.
Jadi, kalau hari ini kamu membaca artikel ini sambil minum kopi, bersyukurlah. Kamu tidak sedang pusing karena sidang pengadilan, tidak sedang tremor karena sakau. Mari tetap waras, tetap kocak, dan tetap kritis, karena seperti kata bijak rakyat Palembang “Lebih baik kenyang karena pempek, daripada mabuk karena sabu”.[**]