Kesehatan

Pandemi Covid, Tingkat Keterisian Tempat Tidur Rumah Sakit COVID-19 Secara Nasional Meningkat

TINGKAT keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate/BOR di rumah sakit rujukan pasien COVID-19, secara nasional meningkat dalam beberapa hari terakhir sehingga perlu selalu waspada.

Juru Bicara Pemerintah Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, menyatakan persentase keterisian tempat tidur menunjukan trend kenaikan. Meskipun angkanya masih lebih rendah dibanding pada lonjakan kedua.

“Saat ini persentase keterisian tempat tidur nasional adalah 32,85 persen. Sementara rekor tertinggi di masa lonjakan kedua adalah 77,32 persen,” kata Wiku dalam konferensi pers, kemaren.

Pemerintah, menjamin ketersediaan tempat tidur termasuk dengan upaya konversi bed yang telah dilakukan di beberapa provinsi.

Meskipun masih banyak ketersediaan tempat tidur yang dapat dialokasikan kembali untuk pasien COVID-19, penting diingat bahwa kapasitas kesehatan tetap memiliki batasan.

“Terlebih pula saat ini sudah banyak tenaga kesehatan yang tertular dan sakit. Untuk itu sekali lagi, hal terbaik yang dapat kita lakukan bersama adalah mencegah penularan terjadi. Jangan sampai kita tertular dan menulari satu orang pun agar tidak adalagi yang perlu dirawat di rumah sakit,” ujar Wiku.

Menurut Wiku, penyesuaian berbagai upaya pengendalian kasus yang tertuang dalam berbagai kebijakan Pemerintah dilakukan dengan membaca dan menganalisis dinamika kasus yang terjadi.

“Untuk saat ini, data menunjukan bahwa kita masih harus terus mengusahakan aktifitas masyarakat yang produktif tapi aman COVID-19,” terang Wiku.

Ia menegaskan bahwa tidak memberi ruang penularan COVID-19 menjadi kunci pengendalian, mengingat kasus positif nansional yang masih tinggi.

Wiku menyatakan bahwa kasus positif pada gelombang ketiga ini melonjak tajam lebih cepat, dibanding gelombang kedua. Bahkan jumlah kenaikan mingguan pada minggu lalu hampir mencapai jumlah saat puncak kedua di masa varian delta.

“Minggu lalu terdapat penambahan kasus positif sebesar 291.000 kasus. Sementara penambahan kasus tertinggi di puncak kedua adalah 350.000 kasus,” terang Wiku.

Peningkatan kasus positif ini juga berdampak pada tren kematian yang juga sudah mengalami peningkatan.

“Kabar baiknya, peningkatan di massa lonjakan ketiga ini jauh lebih rendah dibanding masa lonjakan kedua. Di minggu lalu terdapat 505 orang meninggal. Sementara di masa lonjakan delta ada lebih dari 12.000 orang meninggal,” kata Wiku.

Walaupun demikian, tegas Wiku, nyawa tetaplah nyawa yang tidak dapat tergantikan.

Untuk itu, penambahan kasus positif penting untuk terus ditekan. Utamanya demi menghindari kelompok rentan terpapar virus yang saat ini banyak menyumbang angka kematian.

“Mencegah agar tidak tertular adalah cara terbaik untuk menyelamatkan nyawa. Terutama orang di sekitar kita yang lanjut usia, menderita komorbit dan tidak atau belum dapat divaksin,” jelas Wiku.Indonesia.go.id (***)

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com