Kesehatan

“350 Ribu Warga Tumbang? Jakarta Tantang Stroke Balapan Siapa Lebih Cepat!”

ist

HIDUP ini ibarat pertandingan sepak bola, maka stroke adalah pemain lawan yang hobinya sliding dari belakang tanpa permisi. Datangnya cepat, bikin panik, dan kalau kita lengah sedikit saja langsung lah kartu merah buat otak.

Begitulah kira-kira suasana yang digambarkan Wakil Menteri Kesehatan Prof. Dante Saksono Harbuwono saat melempar fakta pedas “Stroke bikin 350 ribu kematian setahun di Indonesia” mengutip rilis resmi di laman kemkes.

350 ribu! Itu banyak, Bung!, kalau dijadikan analogi, itu sama dengan satu kota penuh hilang tiap tahun. Kayak Thanos nge-snap jari, tapi versi kesehatan publik.

Dan Jakarta, kota yang warganya sudah terbiasa balapan mulai dari rebutan tempat parkir, kejar TransJakarta, sampai adu cepat ngetik komentar di Instagram artis, kini resmi diajak balapan yang sebenarnya penting balapan melawan stroke.

Selamat datang di Jakarta Siaga Stroke 2026, program pelopor penanganan cepat stroke, diluncurkan tepat di peringatan Hari Kesehatan Nasional.

Ini acara yang biasanya penuh senyum-senyum formal, tapi kali ini wajah peserta agak tegang mungkin bayangin detik-detik golden period 4,5 jam yang kalau telat sedikit bisa bikin hidup berubah kayak plot twist sinetron.

Menurut Prof. Dante, stroke itu punya aturan main yang kejam “Golden period hanya 4,5 jam dari mulai gejala sampai ditangani dengan masuknya obat”

Misalnya, cuma empat setengah jam!
Waktu segitu aja kadang kita belum selesai milih film di Netflix, apalagi ngambil keputusan hidup.

Tapi stroke? Nggak nunggu. Dia main cepat.
Kayak debt collector kalau kita telat bayar lima menit.

Makanya, kata Prof. Dante, Jakarta harus jadi pelopor. Kota smart city masa kini, masa kalah cepat sama stroke? Ini bukan urusan mempercantik trotoar atau manggil influencer buat bikin reels. Ini urusan nyawa.

Gubernur DKI Pramono Anung langsung ikut panas. “Oh iya? Stroke mau balapan? Oke. Kita turunkan pasukan”

Bukan pasukan ninja, bukan pasukan Avengers, tapi pasukan putih sebanyak 584 personel. Biasanya mereka bantu lansia dan disabilitas, tapi mulai sekarang tugasnya naik level jadi penjaga waktu golden period.

Pramono bilang “Golden period 4,5 jam itulah yang dibutuhkan”

Buat yang belum kebayang betapa pentingnya 4,5 jam itu, mari pakai analogi paling relate telat 4,5 jam ambil paket,  paket balik ke gudang. Telat 4,5 jam jemput pasangan  hubungan retak  dan telat 4,5 jam tangani stroke  hidup bisa berubah selamanya.

Jadi, mana yang lebih fatal? Silakan nilai sendiri.

Selain perang melawan stroke, Jakarta juga meluncurkan JakSimpus, sistem digital untuk menyederhanakan laporan puskesmas.

Selama ini, kata Prof. Dante, petugas kesehatan harus isi laporan “ratusan”.
Ratusan, Bos! Itu mah bukan laporan, itu skripsi berjilid.

Nggak heran tenaga kesehatan suka terlihat kayak habis jadi panitia nikahan dua hari dua malam.

Nah, JakSimpus datang sebagai juru selamat semua laporan disatukan, nggak perlu isi satu-satu kayak anak magang teladan, lebih efisien, dan tenaga kesehatan bisa fokus: menangani pasien, bukan mengetik laporan panjang

Ke depan, sistem ini bakal nyambung ke platform nasional SatuSehat.
Ini ibarat nambahin WiFi baru yang sinyalnya lebih kuat, bukan nyuruh kita pindah ke pojokan rumah demi dapat koneksi.

Sekarang kita ngomongin pemain jahatnya stroke.
Stroke itu nggak suka drama panjang, dia main cepat.

Tanda-tandanya simple tapi mematikan. Pakai rumus FAST:

F – Face, senyum tiba-tiba miring sebelah. Bukan senyum malu-malu, tapi senyum “kenapa wajahku jadi separo tidur?”

A – Arm, tangan tiba-tiba lemes. Coba angkat dua-duanya. Kalau salah satu jatuh sendiri, itu bukan gaya bebas… itu alarm.

S – Speech

Bicara tiba-tiba pelo, atau ucapan jadi kayak radio rusak.
Bukan gara-gara habis nonton film Thailand, tapi karena otak mulai terganggu.

T – Time

Waktu adalah otak.
Telepon darurat. Gercep. Jangan nunggu hujan reda. Jangan nunggu makan selesai. Jangan nunggu anak dapat high score Mobile Legends.

Karena stroke itu bukan mantan, dia nggak nunggu kita siap.

Tips Anti Stroke 

Ini tips pencegahan yang kalau diikuti, InsyaAllah stroke malas datang

1. Jaga tekanan darah

Kalau tensi naik terus, itu bukan “semangat hidup”, itu jalan tol menuju stroke.

2. Kurangi garam

Makanan hambar itu bukan aib.
Yang aib itu darah tinggi karena kebanyakan kerupuk.

3. Stop merokok

Rokok itu kayak mantan toxic: susah dilepas, tapi kalau lanjut, masa depan suram.

4. Olahraga rutin

Minimal jalan cepat sambil ghibah.
Ghibahnya opsional, jalannya wajib.

5. Kelola stres

Ingat! marah-marah di jalanan nggak bikin macet hilang.
Yang hilang justru umur.

Program Jakarta Siaga Stroke dan JakSimpus itu langkah besar.
Ini bukan program pencitraan, bukan proyek eksis di sosial media.
Ini gerakan yang kalau berhasil bisa menyelamatkan puluhan ribu nyawa.

Jakarta mau jadi daerah pelopor.
Kalau Jakarta bisa, daerah lain harusnya juga bisa.
Nggak perlu menunggu “komisi-komisi rapat” segala, stroke nggak ikut rapat soalnya.

Prof. Dante bilang “Jakarta bisa ditiru daerah lain”

Betul, karena nyawa bukan barang limited edition.

Hidup ini lucu.
Kita sering buru-buru untuk hal yang nggak penting: rebutan diskon, ngejar konser sold out, atau balapan upload story.
Tapi ketika urusan kesehatan, kita santai kayak di pantai.

Padahal stroke itu licik.
Dia datang tanpa invitation.
Dan kalau kita lambat, dia mengambil banyak lebih dari yang kita kira: gerak, bicara, dan kadang… hidup itu sendiri.

Jakarta sudah memulai lombanya.
Pasukan putih sudah siap.
Sistem digital sudah melaju.
Golden period sudah ditandai.

Sekarang tinggal satu pertanyaan Kita mau ikut balapan melawan stroke, atau mau kalah sebelum start?

Karena pepatah kesehatan bilang “Mencegah lebih murah daripada menyesal sambil bayar perawatan”

Semoga kita semua sehat, waras, ceria, dan kalaupun stroke mencoba mendekat, kita sudah lebih dulu lari.[***]

Terpopuler

To Top