Kebijakan

Perangi DBD, Muba Lakukan Fogging Fokus

Foto : Humas Pemkab Muba

SUMSELTERKINI.CO.ID, SEKAYU – Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin [Muba] melakukan Fogging Fokus guna memerangi penyakit Demam Berdarah Dengue [DBD] yang diakibatkan oleh nyamuk  Aedes aegypti.

Di Indonesia sendiri memang fogging untuk mengatasi DBD harus memenuhi beberapa syarat terlebih dahulu., karena fogging tidak bisa dilakukan sembarangan, namun harus berdasarkan kasus. Apalagi saat ini masuk dalam musim penghujan.

Oleh sebab itu, Dinas Kesehatan Muba melakukan Fogging Focus, kali ini kegiatan dilakukan di Kelurahan Kayuara Kecamatan Sekayu.

Bupati Muba H Dodi Reza Alex Noerdin melalui Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Muba, dr Azmi Dariusmansyah menjelaskan, Fogging Focus adalah pengasapan dengan fokus lokasi dalam radius tertentu. Fogging pun hanya bisa dilakukan, jika di sebuah daerah ditemukan lebih dari satu kasus DBD.

“Kalau ditemukan kasus, petugas akan melakukan penyelidikan epidemologi di lokasi dengan radius 100 meter,”urainya.

Karena nyamuk hanya bisa terbang maksimal 100 meter. Namun, pelaksanaan fogging focus tidak bisa dilakukan secara luas. Petugas hanya melakukan fogging dalam radius 200 meter, dilakukan dalam dua siklus selama satu minggu.

dr Azmi menambahkan fogging yang dilakukan dua kali itu bertujuan untuk memberantas nyamuk-nyamuk dewasa yang kemungkinan baru melewati masa pertumbuhannya. Seperti diketahui, hanya dibutuhkan waktu delapan hari untuk jentik nyamuk berubah menjadi nyamuk dewasa.

“Fogging itu tidak terlalu efektif untuk pemberatasan DBD, karena nyamuk yang mati karena fogging itu nyamuk yang beranjak dewasa,nyamuk dewasa lari dan jentik nyamuk tidak mati,pemberantasan DBD paling ampuh dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3M (Menguras,Menutup dan Mengubur), “ujarnya.

Camat Sekayu, Marco Susanto SSTP MM menyampaikan, mewakili masyarakat Kecamatan Sekayu, pihaknya menyambut baik reaksi cepat yang dilakukan Dinkes Muba dalam memutus mata rantai penularan DBD di wilayah Kecamatan Sekayu.

Ia mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungannya masing-masing, agar senantiasa bersih memperhatikan 3 M terutama saat musim penghujan ini.

Perlu diketahui

Penyakit demam karena virus yang ditularkan oleh nyamuk adalah penyakit yang paling penting untuk diawasi dalam hal efek morbiditas dan mortalitasnya. Sindrom demam yang akut, umumnya terjadi di daerah tropis, dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang mengarah ke diatesis perdarahan atau koagulasi intravascular diseminata (DIC).

Kondisi ini kemudian dikenal dengan sebutan demam berdarah dengue (DBD). Ada cukup banyak kasus DBD di mana pasien mengalami shock yang bisa membahayakan nyawa, yang dikenal sebagai dengue shock syndrome (DSS). Di seluruh dunia, DBD lebih banyak menyerang anak usia 15 tahun ke bawah.

Demam berdarah tidak menular melalui kontak orang-ke-orang, melainkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Siklus hidup Aedes aegypti disebut serangga holometabolous atau serangga yang siklus hidupnya melalui metamorfosis lengkap mulai dari telur, larva, pupa, dan tahap dewasa.

Rentang hidup nyamuk dewasa dapat berkisar dari dua minggu sampai satu bulan tergantung pada kondisi lingkungan. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti dapat diselesaikan dalam waktu satu setengah minggu sampai tiga minggu.

Telur setelah mengisap darah, nyamuk Aedes aegypti betina menghasilkan rata-rata 100- 200 telur per fase. Selama hidupnya, nyamuk betina bisa memiliki hingga lima fase bertelur.

Telur diletakkan pada permukaan yang basah atau air tergenang, misalnya lubang pohon dan kontainer buatan manusia seperti tong, ember, vas bunga, pot tanaman, tangki, botol bekas, kaleng, ban, pendingin air , dan lain sebagainya.[**]

Penulis : One

 

 

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com