AMSI sukses menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 2021 untuk merumuskan program kerja organisasi selama setahun ke depan. Kegiatan berlangsung virtual dihadiri 65 peserta. Mereka perwakilan dari 21 AMSI wilayah, Pengurus Nasional AMSI, Majelis Etik serta Badan Pertimbangan dan Pengawasan Organisasi.
Meski diselenggarakan secara virtual, rapat kerja melibatkan partisipasi seluruh cabang. Setiap wilayah diminta menyampaikan paparan kondisi eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi di tingkat lokal, serta memaparkan kondisi internal AMSI wilayah dari aspek kepengurusan dan kondisi anggota.
Ketua Umum AMSI Wenseslaus Manggut mengatakan fokus pembahasan rakernas mencakup pembenahan internal organisasi agar ke depan lebih profesional dan membahas kondisi eksternal untuk mendorong ekosistem digital yang lebih sehat. “Lanskap media saat ini lebih rumit, sisi bisnis dan distribusi menjadi komoditi terbesar yang tidak seluruhnya dikuasai oleh media tapi menjadi ceruk bisnis bagi platform. AMSI harus membantu menjaga agar ekosistem digital ini lebih fair untuk media online,” ujar Chief Content Officer Kapan Lagi Youniverse ini, pada saat pembukaan Sabtu, 23 Januari.
Sekjen AMSI Wahyu Dhyatmika menambahkan sinkronisasi kondisi eksternal dan internal AMSI Pusat dan wilayah penting dilakukan untuk membangun persepsi yang sama antara pengurus pusat dan wilayah. “Mensinkronkan kebutuhan program AMSI nasional dan AMSI wilayah diperlukan agar terbangun persepsi yang searah dalam mencapai tujuan dan sasaran yang ingin dicapai,” ujar Pemimpin Redaksi Majalah Tempo ini.
Sementara itu perwakilan Majelis Etik, Yosep Adi Prasetyo, mendorong AMSI mengubah cara berpikir sebagai organisasi perusahaan pers. “AMSI perlu mengubah cara berpikir dari wartawan menjadi cara berpikir pebisnis untuk kesejahteraan pers. Karena itu diperlukan Panduan dan Prinsip Etika Bisnis perusahaan-perusahaan media siber, “ujarnya.
Mantan Ketua Dewan Pers ini mengatakan panduan kelak tidak hanya berisi nilai-nilai, tapi juga mencakup kebijakan, etika dan prinsip bisnis anggota AMSI serta sanksi. “AMSI perlu Panduan dan Prinsip Etika Bisnis yang mempertajam etika AMSI sebagai asosiasi perusahaan pers. Pada dasarnya AMSI adalah organisasi non profit, namun juga perlu meluaskan misi agar profitable,” ujarnya.
Perwakilan Badan Pertimbangan dan Pengawas AMSI I’in Yumiyanti mengatakan sebagai organisasi pers, AMSI perlu melakukan inisiatif-inisiatif baru sebagai rintisan, untuk memperkuat organisasi. Langkah strategis tersebut penting untuk membantu anggota agar survive dari krisis akibat Pandemi COVID-19 dan tetap menjalankan marwah pers yang independen serta dapat dipercaya publik.
Ia menekankan penguatan kapasitas anggota mencakup segi editorial, cek fakta, dan bisnis, perlu diluaskan sampai anggota yang berada di wilayah-wilayah. Agar tercapai pemerataan kualitas media dan keberlangsungan bisnis media anggota AMSI. Ia menambahkan untuk meningkatkan kredibilitas, program eksisting Cek Fakta AMSI menjadi brand “member Cek Fakta AMSI”, sehingga ke depan menjadi kuat sebagai “jaminan mutu” anggota AMSI.
Selain itu, I’in menekankan AMSI perlu tetap memberi perhatian serius terhadap kesejahteraan dan masalah-masalah penting wartawan. “Meskipun AMSI beranggotakan perusahaan pers bukan beranggotakan wartawan, perlu diingat wartawan merupakan pilar utama pers,” ujar Wakil Direktur Detiknetwork ini.
Rakernas yang berlangsung selama 9 jam ini berhasil merumuskan langkah-langkah strategis organisasi untuk penguatan internal dan eksternal organisasi. Tim Internews membantu proses persiapan, serta Erwien Djayoesman (M&E Specialist) dan Firmansyah Syamsi (Media Engagement Specialist) menjadi fasilitator utama rakernas tahun ini.[***]
ril