Inspirasi

Desa Migran Emas, Bukan Desa Banyak Tambangnya, Tapi Banyak Cita-citanya

ist

DI MUSI BANYUASIN [Muba], Sumatera Selatan, kalau dengar kata emas, pikiran orang biasanya langsung ke tambang, bukan ke masa depan. Tapi kali ini lain cerita, Pemkab Muba lagi siap-siap nambang harapan lewat pembentukan Desa Migran Emas dan Layanan Utama Migran Center.

Bukan buat cari bijih di tanah, tapi buat nyari peluang di negeri orang, tentu dengan cara yang legal, aman, dan berfaedah.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muba, Herryandi Sinulingga, bareng dua pengawal setianya, Titin Maryati dan Thomas Bagas Wisnu Putra  belum lama ini ngantor jauh-jauh ke Palembang, tepatnya ke markas BP3MI Sumatera Selatan.

Di sana mereka bukan sekadar ngopi dan ngobrol politik, tapi ngebahas masa depan wong Muba yang kerja di luar negeri. “Kami berkomitmen meningkatkan perlindungan dan pelayanan kepada pekerja migran, terutama dari Musi Banyuasin. Kami ingin mereka dapat hak-haknya, dan gak pulang-pulang cuma bawa koper berisi kenangan pahit,” ujar Sinulingga penuh tekad (dan sedikit dramatis).

Desa Migran Emas ini bukan konsep asal-asalan, ucap Sinulingga, ini bakal jadi desa model yang edukatif, maju, aman, dan sejahtera. Kalau biasanya orang Muba belajar nambang minyak, di sini warga bakal nambang ilmu, mulai dari pelatihan kerja, pembekalan bahasa, sampai edukasi hukum biar gak ketipu agen abal-abal.

“Kami percaya, kalau dikelola dengan baik, kesejahteraan masyarakat bisa meningkat. Ini juga sejalan dengan visi Bupati HM Toha Tohet dan Wakil Bupati Kyai Rohman “Muba Maju Lebih Cepat, Masyarakat Sejahtera,” tambahnya.

Dari pihak BP3MI Sumsel, Kepala Kantor Waydinsyah juga ikut kasih semangat, katanya, BP3MI siap backup penuh, bukan cuma tanda tangan MoU lalu hilang tanpa kabar.

“Kami siap dampingi Muba bangun Desa Migran Emas dan Migran Center. Ini bakal jadi pusat informasi, pelatihan, dan pendampingan bagi calon pekerja migran,” ujar Waydinsyah dengan gaya bapak-bapak motivator.

Ia juga sempat menambahkan kalimat yang bisa dijadiin status WhatsApp “Pendidikan dan pemberdayaan itu kunci. Kami ingin warga desa jadi cerdas, aktif belajar, dan produktif,  bukan cuma sibuk ngitung like di Facebook”.

Menutup pertemuan itu, Sinulingga berharap sinergi Muba dan BP3MI ini gak cuma heboh di awal, tapi berlanjut kayak sinetron Ramadan yang episodenya panjang tapi tetap dinanti. “Kami apresiasi dukungan BP3MI. Semoga kerja sama ini bukan cuma jalan di kertas, tapi juga di lapangan,” tutupnya.

Kalau program ini benar-benar jalan, bisa jadi nanti orang Muba gak cuma terkenal karena minyak dan sawitnya, tapi juga karena “ekspor SDM berkualitas” yang pulang kampung bukan dengan tangan kosong, tapi dengan pengalaman dan pundi-pundi rezeki halal.

Oleh sebab itu, langkah Pemkab Muba membentuk Desa Migran Emas dan Migran Center ini ibarat menanam pohon jangka panjang, karena butuh waktu, tapi buahnya manis kalau dirawat. Di tengah zaman serba cepat dan banyak tawaran kerja abal-abal, inisiatif ini jadi rem yang elegan, biar warga gak asal berangkat tapi siap mental, legal, dan profesional.

Nah, kalau niatnya sudah bagus, jalannya pun InsyaAllah mulus, wong kata orang bijak zaman sekarang “Lebih baik disiapin dari Sekayu, daripada nyesel di Seoul”. Dan siapa tahu, kelak di peta dunia, ada satu titik kecil bertuliskan Desa Migran Emas  tempat wong Muba menambang masa depan.[***]

Terpopuler

To Top