Inspirasi

Dari Tanah Muba ke Negeri Sakura, Cerita 4 Anak Muda yang Nekat, tapi Sukses Tembus Jepang!

ist

KALAU ada lomba “Siapa yang paling gigih ngejar mimpi sampai ke luar negeri tanpa drama sinetron?”, jawabnya yakni, empat anak muda asal Musi Banyuasin (Muba) Sumatera Selatan ini pasti juaranya.

Bayangkan di tengah sibuknya warga Muba nan asyik rebahan sambil scroll TikTok, mereka malah sibuk ngafalin hiragana-katakana, latihan ngomong “Ohayou Gozaimasu” di depan kaca, sampai bikin otak ngebul karena grammar Jepang yang bisa bikin pusing tujuh keliling.

Tapi hasil tak pernah khianati usaha, “air tenang memang menghanyutkan, tapi air kopi sore lebih menenangkan” (kata pepatah Muba modern).
Empat pemuda-pemudi ini kini resmi menembus seleksi ketat dan bersiap angkat koper ke Jepang!

Kenalin dulu, ini dia empat jagoan kita yang bakal mewakili Muba di Negeri Sakura itu, antara lain, pertama, Muhammad Ali (Sungai Keruh), bukan petinju, tapi semangatnya mirip Mike Tyson!, lolos Program Magang IM Japan dari Kemnaker RI, dan siap pakai visa magang.

Ke dua, Laura Julia (Sekayu), sang duta muda berprestasi yang bakal kuliah di Osaka Gaigo Gakuin (iya, di Jepang beneran, bukan di samping warung gaigo).

Ke tiga, M. Wahyu Septiyono (Sungai Lilin) dan M. Depri Perdiansyah (Sekayu), dua sahabat sejoli yang lolos Program Kerja Tokutei Ginou, spesialis bidang pengolahan makanan di Kabushiki Gaisha Japan Create. Katanya, mereka bakal jadi ahli sushi dan onigiri, bukan cuma ahli masak mie instan tengah malam.

Empat-empatnya ini bukan anak pejabat, bukan pula anak sultan, mereka ini  hanya anak muda biasa, tapi dengan tekad luar biasa. Mereka belajar sendiri, nabung sendiri, dan latihan sendiri. Kalau pepatah bilang, “Biar lambat asal selamat, biar kecil asal niat besar”

Meski semuanya hasil kerja keras mandiri, mereka tetap nyengir waktu dengar kabar Pemkab Muba lewat Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) ngadain pelatihan gratis bahasa Jepang.

Laura Julia sampai bilang sambil ketawa, “Program pelatihan gratis berbahasa Jepang di Disnakertrans ini keren banget!, dulu kami belajar sendiri, tapi sekarang warga Muba bisa belajar bareng dan gratis pula, jangan sia-siain, ini peluang emas!”.

Sementara Wahyu,  yang katanya udah latihan makan nasi pakai sumpit dari sendok nasi di rumah, menimpali. “Ayo, anak-anak Muba! Program ini gratis, udah difasilitasi. Kami aja dulu belajar mandiri, sekarang malah dikasih wadah resmi. Sayang banget kalo dilewatin!”

Lucunya, waktu mereka diundang Kadisnakertrans Herryandi Sinulingga, AP, suasananya bukan formal tegang kayak rapat dinas. Malah lebih kayak ngopi bareng senior yang udah sukses duluan. Wahyu cerita, mereka dikasih motivasi, tapi juga dikasih kesempatan balas motivasi balik ke generasi muda, win-win banget!.

Kalau diibaratkan tim sepak bola, Pemkab Muba ini pelatihnya yang nggak cuma teriak dari pinggir lapangan, tapi ikut turun bantu latihan.

Bupati HM Toha dan Wakil Bupati Kyai Rohman bilang kalau Muba nggak cuma mau bangun jalan dan jembatan, tapi juga mau “bangun otak dan semangat anak muda Muba”, tujuannya jelas kalau SDM Muba harus bisa Go International, bukan cuma jago di pasar lokal.

Program pelatihan bahasa Jepang gratis ini bukti konkritnya, gratis, difasilitasi, dan bisa jadi pintu karier ke luar negeri. Bahkan katanya, ke depan bukan cuma Jepang, tapi juga Korea dan Jerman bakal disasar.

Namun menariknya di balik senyum cerah pas foto bareng paspor baru, ada banyak kisah lucu, misalnya, Ali sempat cerita kalau dulu dia latihan wawancara magang sambil nonton anime. Alhasil waktu ditanya pewawancara dari Jepang, dia refleks jawab “Hai! Watashi wa Naruto desu!”, padahal maksudnya mau bilang namanya Ali.

Laura juga pernah salah baca Kanji di kelas, yang seharusnya artinya “selamat pagi”, malah jadi “aku lapar”. Untung dosennya ketawa, bukannya marah.

Dari situ mereka belajar, bahasa bukan cuma kata, tapi niat dan usaha, yang penting pede dulu, grammar belakangan.

Kisah empat pemuda Muba ini bukan cuma soal berangkat ke Jepang, tapi juga soal mental baja dan semangat mandiri.

Keluar zona

Oleh karena itu, ini bukti nyata bahwa “globalisasi itu bukan ancaman, tapi kesempatan”. Kalau anak Muba bisa tembus Jepang lewat usaha sendiri, berarti potensi daerah ini luar biasa. Tinggal didorong terus lewat program, seperti pelatihan gratis, beasiswa, dan dukungan moral.

Kadisnakertrans Muba, Herryandi Sinulingga menambahkan lagi “Kita ingin Muba punya generasi muda yang berani keluar zona nyaman. Dunia kerja sekarang luas, yang penting siap, disiplin, dan bisa bahasa asing”.

Pendapat itu,  sangatlah  on point!, karena di era sekarang, yang kalah bukan yang bodoh, tapi yang malas belajar hal baru.

Buat kamu yang mulai penasaran dan pengen nyusul empat jagoan tadi, Pemkab Muba lagi buka Pelatihan Bahasa & Budaya Jepang Gratis!, hubungi   WA: 0822 8065 7569 (Ridwan)  dengan email:pelatihankerjajepangmuba@gmail.com

Syarat singkatnya:

  • Minimal tamatan SMA/SMK/MA/D3/S1

  • Usia 18–25 tahun

  • Sehat jasmani (dan mental, karena belajar Jepang butuh sabar

Cerita ini bukan cuma bikin bangga, tapi juga ngakak dan nyentuh, empat anak muda Muba membuktikan, kalau niat udah kuat, nggak ada yang mustahil, bahkan dari Sungai Keruh sampai Osaka, dari Sekayu sampai Tokyo,  semuanya bisa asal mau belajar dan nekat.

Jadi, kalau masih ngeluh hidup susah, ingatlah pepatah lama “Kalau kapal tak berlayar, jangankan sampai Jepang, ke seberang sungai pun takkan nyampai”.

Selamat jalan para Samurai Muba!, semoga sukses di Negeri Sakura, dan jangan lupa kirim oleh-oleh cerita lucu buat kita di tanah air!, dan ingat buat kamu yang masih duduk di kursi bambu sambil ngeluh, lihatlah empat anak muda ini,  mereka bukan hanya membawa nama Muba ke Jepang, tapi juga membawa harapan baru bahwa anak daerah bisa bersaing di panggung dunia.

Siapa tahu, beberapa tahun lagi kita nggak cuma dengar kabar mereka di berita, tapi malah nonton mereka diwawancarai di TV Jepang pakai bahasa fasih sambil bilang, “Saya dari Muba, Indonesia… dan saya bangga!”.

Oleh karena itu, pada akhirnya, mimpi itu nggak cuma soal pergi jauh, tapi soal berani melangkah dari titik nol dengan senyum, tekad, dan sedikit bumbu kocak biar hidup nggak terlalu serius. Muba, teruslah melangkah, karena hari ini ke Jepang, besok siapa tahu ke dunia.[***]

Terpopuler

To Top