TADI dini hari aku posting dua tulisan, tapi yang baca cuma cicak, dan itu pun lagi merem. Ini tayang ulangnya buat kamu yang bangun pagi, masih semangat, dan belum dikejar utang.
Bacanya sambil ngopi, biar nggak baper, tapi siapin minyak angin, siapa tahu ada kenangan lewat tanpa permisi.
Usia itu lucu
Waktu muda, kita kuat jalan jauh demi cinta.
Sekarang? Baru turun tangga dua anak tangga, lutut langsung kirim notifikasi “Anda perlu istirahat”
Dulu, kita berdiri lama demi nunggu gebetan keluar rumah.
Sekarang, berdiri lama dikit aja, langsung cari sandaran.
Sandaran hidup? Enggak, sandaran kursi. Yang empuk.
Hidup memang berubah. Tapi kenangan tetap tinggal di situ.
Seperti jendela tua yang dulu dibuka tiap pagi,
tempat cahaya masuk dan suara ayam tetangga nyelonong tanpa sensor.
Kini jendelanya tertutup rapat.
Penghuninya mungkin sudah tiada. Tapi aromanya, tawa paginya, dan suara gelas kopinya, masih tinggal di kepala.
Kita ini seperti rumah tua
kadang retak di sana-sini,
tapi tetap jadi tempat yang paling banyak menyimpan cerita.
Dan kalau ada yang bilang kita tua?
Biarkan
Tua itu wajar
Yang penting cinta kita masih asli
Minyak angin selalu sedia
Dan kalau jendela hati masih terbuka, hidup tetap bisa indah, walau kacamata sudah ganti minus dua kali setahun.
Selamat pagi, wahai kaum minyak kayu putih dan teh tubruk, semoga harimu nggak masuk angin. Kalau pun masuk, itu tanda bahwa kenangan memang masih sering mampir.[***]