Inspirasi

“ASN PPPK Lulus, Disnakertrans & Kyai Rohman Stand-Up Kantor”

ist

PAGI yang adem, Kantor Disnakertrans Muba tampak biasa saja, tapi suasana hati ASN PPPK baru? Waduh… kayak kue lapis campur aduk antara senang, gugup, dan penasaran. Mereka baru saja lulus PPPK Tahap 2, tapi belum ada yang sadar kalau hari pertama kerja itu kadang lebih absurd daripada drama sinetron.

Kyai Rohman masuk dengan langkah dramatis, tangan terkepal. “Anak-anak, selamat! Kalian sekarang bukan cuma ASN biasa, tapi calon superhero birokrasi!”.

Pak Herryandi, Kepala Disnakertrans, menambahkan sambil menatap tumpukan dokumen di meja “Betul, Kyai. Kalau kalian kira kantor ini cuma meja, kursi, dan printer… kalian salah besar. Ini arena gladiator modern, tapi versi sopan. Gladiator yang bisa tertawa sambil menandatangani dokumen!”.

ASN PPPK baru menatap satu sama lain, setengah bingung.
“Gladiator, Pak? Kita pakai pedang juga?” tanya salah satu ASN polos.

Kyai Rohman tertawa lebar. “Tidak, Nak! Senjata utama kalian adalah humor. Ya, humor! Kalau kalian bisa tertawa di tengah tumpukan dokumen, kalian bisa selamat dari apapun!”

Pak Herryandi ikut menimpali, gaya stand-up. “Contohnya printer kita kemarin… macet karena terlalu banyak kopi! Saya tanya, ‘Kenapa nggak minum air?” Eh, printer diam aja. Tapi hati-hati, printer bisa sakit hati kalau nggak dihargai”.

ASN PPPK semua menahan tawa, ada yang hampir jatuh dari kursi. Kyai Rohman pura-pura mengangkat mikrofon invisible,
“Dan kursi di sini bukan cuma untuk duduk. Kadang mereka bisa menilai ASN paling sabar. Kalau kursi sampai goyang sendiri, itu tandanya kalian harus lebih sabar… atau lebih cepat ambil kopi. Penting, Nak, penting!”

Pak Herryandi menambahkan dramatis. “Betul! Bahkan arsip pun bisa bercanda. Tadi pagi saya buka laci, ada surat undangan terselip, ‘Selamat datang, pahlawan PPPK!. Kalau arsip bisa ramah, kalian juga harus ramah, ya!”

Kyai Rohman menepuk bahu ASN yang paling gugup. “Anak-anak, pepatah bilang ‘Orang yang bisa tertawa di tengah tumpukan pekerjaan, biasanya yang paling siap menghadapi badai berikutnya.’ Nah, kalian sekarang tim superhero Disnakertrans. Superhero yang bisa menertawakan kekacauan sambil menaklukkan dokumen!”.

ASN baru mulai ikut bergaya stand-up sendiri. Seorang ASN dengan suara bersemangat “Kalau superhero harus tertawa, berarti kita harus ketawa bareng dokumen ya, Pak?”

“Benar sekali!” jawab Kyai Rohman. “Dokumen itu bisa jadi teman, bukan musuh. Kalau kalian bisa bercanda sama dokumen, percayalah… rakyat yang dilayani juga akan senang”.

Pak Herryandi menimpali sambil pura-pura serius. “Dan jangan lupa strategi superhero. Misalnya, jangan menumpuk berkas sampai langit. Kalau ingin yoga sambil ambil dokumen, itu pilihan, tapi capek juga!”

ASN baru tertawa lepas. Bahkan Kyai Rohman ikut ngakak, menepuk meja.
“Anak-anak, ASN yang hebat itu bukan cuma yang cepat, tapi yang bisa tertawa bareng, kolaborasi, dan tetap semangat. Kalau kalian bisa ketawa saat rapat panjang, pekerjaan terasa lebih ringan!”

Pak Herryandi menambahkan “Lihat, humor itu senjata rahasia. Satu lelucon bisa melunturkan ketegangan rapat, membuat kerja sama tim lebih solid, dan kadang membuat printer yang macet… merasa bersalah!”

Sesi stand-up kantor berlanjut. Kyai Rohman menepuk meja lagi, pura-pura memberi efek dramatis
“Sekarang kita latihan latihan rapat cepat sambil bercanda. Siapa cepat ketawa, dia dapat bonus… eh, tepuk tangan!”

ASN baru saling menatap, tapi semua tertawa. Seolah baru sadar, bekerja bisa tetap fun, tanpa mengurangi profesionalisme.

Pak Herryandi menambahkan wejangan serius tapi jenaka. “Anak-anak, kunci sukses ASN bukan cuma disiplin. Kolaborasi itu kunci. Kalau kalian bisa saling bantu, saling mengingatkan, dan sesekali bercanda, pekerjaan akan lebih ringan.

Dan jangan lupa, senyum itu gratis, tapi efeknya luar biasa”

Kyai Rohman menutup sesi pagi dengan wejangan terakhir “Pepatah lama bilang ‘Setetes tawa bisa mengalahkan lautan stres’. Jadi ingat, Nak, lulus PPPK hanyalah awal. Sekarang kalian bagian dari tim yang bukan cuma mengurus dokumen, tapi mengubah kehidupan masyarakat melalui pelayanan yang baik”.

Pak Herryandi menambahkan, sambil tersenyum lebar,
“Besok, kita mulai rapat ringan sambil bercanda. Latihan koordinasi sambil tertawa, karena Muba Maju Lebih Cepat itu bukan sekadar slogan… tapi bisa diwujudkan dengan kerja keras, kolaborasi, dan tentunya… humor!”

ASN baru pulang dengan hati ringan, senyum lebar, dan semangat baru. Mereka sadar satu hal penting lulus PPPK hanyalah awal, tapi bekerja dengan hati, kolaborasi, dan tawa yang tulus adalah kunci sukses menjadi ASN yang berdampak positif bagi masyarakat.

Malamnya, Kyai Rohman menatap langit Sekayu dan bergumam, “Besok kita lanjut stand-up kantor. Tapi ingat, Nak, superhero sejati bukan cuma yang bisa menaklukkan dokumen… tapi yang bisa menertawakan kekacauan!”

Dan Pak Herryandi menimpali
“Setuju, Kyai. Kalau ASN bisa tertawa bareng, bekerja sama, dan tetap profesional… maka Disnakertrans Muba siap menghadapi apa pun. Bahkan printer nakal pun akan luluh dengan senyum kita!”.

Jadi, ASN PPPK baru harus ingat! kerja keras itu penting, tapi jangan lupa hati, kolaborasi, dan tawa.

Humor bukan sekadar hiburan, tapi alat untuk bertahan, berinovasi, dan tetap manusiawi. Dengan prinsip itu, Muba Maju Lebih Cepat bukan sekadar slogan, tapi kenyataan yang bisa diwujudkan oleh ASN PPPK yang cerdas, bijak, dan bahagia.[***]

Terpopuler

To Top