HALO, kenalin, aku ini gayung, benda bulat plastik dengan gagang panjang yang selalu nongkrong di bak mandi, mungkin kalian sering lihat aku, sering pegang aku, bahkan sering nyemplungin aku ke air. Tapi pernah nggak, kalian mikir bagaimana perasaan aku selama ini?
Aku ini kan ibarat presiden kecil di kamar mandi. Bayangin aja, semua orang butuh aku. Mau bocah SD yang masih ditunggui emaknya mandi, sampai bapak-bapak yang rambutnya udah putih, semua nyari aku. Tanpa aku, kalian bingung. Percaya deh, mandi tanpa aku tuh ibarat nonton sinetron tanpa iklan aneh, garing, dan bikin hilang ritme.
Setiap hari aku nyiduk air, bolak-balik masuk keluar bak. Kadang penuh, kadang cuma setengah. Aku dipakai buat mandi, buat nyuci kaki, kadang juga buat nyiram kucing nakal yang pipis sembarangan. Aku tuh multitasking, kalau istilah modern multitalented.
Tapi coba lihat, pernah nggak aku dipuji? Pernah nggak ada status Facebook yang bilang, “Alhamdulillah, terima kasih sama gayung, hidupku jadi bersih dan wangi”? Nggak ada! Semua sibuk upload sabun wangi, shampoo baru, shower modern, tapi aku? Aku paling-paling dipelototin kalau lagi hilang entah kemana.
Padahal tanpa aku, kalian pasti mandi kaya orang primitif nyiduk pakai tangan, atau yang lebih parah, langsung nyebur ke bak. Jangan salah, aku sering lihat manusia nyoba nyiduk pakai sendok sayur. Itu lucu banget, air tumpah-tumpah, badan masih lengket, hati udah kesel.
Aku pernah ngalamin masa kelam. Badanku retak. Kecil sih, di pinggir. Awalnya masih bisa kerja. Tapi lama-lama, tiap kali aku nyiduk air, bocor. Air muncrat ke lantai, bikin kamar mandi becek. Orang yang pakai aku jadi ngomel-ngomel.
Aku sakit hati, bukan karena retak itu, tapi karena akhirnya aku dibuang. Dulu aku nemenin dari kecil sampai gede, dari mandi pakai sabun colek sampai sabun cair wangi. Tapi begitu aku retak, langsung diganti sama gayung baru yang warnanya lebih kece.
Aku cuma bisa pasrah di tong sampah, rasanya kaya pejabat tua digusur sama anak muda bermodal pencitraan. Padahal, aku masih punya jasa. Tapi ya sudah, mungkin memang hidup benda kayak aku cuma segitu.
Aku tahu, sekarang banyak rumah pakai shower. Anak-anak muda bangga banget mandi di bawah guyuran shower, katanya lebih modern. Tapi hei, jangan sombong dulu.
Shower itu cuma bisa kerja kalau air lancar. Begitu air mati, dia jadi patung. Aku beda, air sedikit pun bisa aku bagi rata. Aku bisa dipakai di rumah mewah, bisa juga di rumah sederhana. Aku fleksibel. Mau dipakai buru-buru bisa, mau dipakai santai juga oke.
Jadi, jangan anggap aku kalah sama shower. Aku bukan ketinggalan zaman, aku justru bukti kalau tradisi masih relevan. Ibarat musik, shower itu EDM, aku itu dangdut. Bedanya, kalau dangdut diputar, semua bisa joget dari ibu-ibu sampai bapak-bapak.
Aku nggak pintar ngomong, tapi kalau kalian mau belajar, aku punya banyak filosofi hidup, aku sederhana, badanku cuma plastik murah. Tapi manfaatku gede. Sama kayak hidup, jangan remehin yang sederhana. Kadang yang kecil itulah yang paling penting.
Aku rendah hati, aku harus ditenggelamkan dulu sebelum bisa memberi. Itu artinya, kalau mau punya isi, ya harus rela merendah.
Aku setia, aku nggak peduli siapa yang pakai. Anak kecil, orang tua, tamu, bahkan orang yang nggak pernah nyikat kamar mandi. Aku tetap melayani. Aku nggak butuh panggung, aku nggak viral, nggak trending, tapi coba hidup tanpa aku kacau balau.
Pernah suatu kali, aku disembunyiin sama adik kalian. Kalian panik, kan? Badan udah penuh sabun, mata perih kena busa, eh aku nggak ada. Kalian teriak-teriak, tapi siapa yang nyelametin? Tetap aku, waktu akhirnya ditemukan di balik ember.
Aku ini sering jadi korban iseng. Kadang aku dilempar ke atap, kadang dijadiin mainan bocah kecil yang lagi pura-pura perang air. Aku rela, walau kadang badanku jadi memar. Yang penting aku bisa bikin orang ketawa.
Kalau ada satu pesan moral yang pengen aku kasih, itu adalah jangan pernah remehkan yang kecil dan sederhana, karena justru hal-hal kecil kayak aku lah yang bikin hidup jalan lancar.
Aku cuma plastik seharga belasan ribu. Tapi tanpaku, kalian bisa telat kerja karena nggak sempat mandi. Kalian bisa minder ketemu gebetan karena bau badan nggak keurus. Aku memang nggak bisa bikin status motivasi, tapi setiap cipratan air dariku, aku ngajarin kalian tentang ketulusan.
Aku mungkin suatu hari bakal retak, patah, atau dibuang. Tapi ingatlah jasaku. Setiap kali kalian mandi dengan gayung baru, itu artinya aku masih hidup dalam kenangan. Aku nggak butuh patung peringatan, nggak usah bikin tugu gayung di alun-alun. Aku cukup bahagia kalau kalian bisa belajar dariku jadi sederhana, rendah hati, tapi tetap bermanfaat.
Ingat, hidup ini kayak aku semakin sering menenggelamkan diri, semakin penuh untuk memberi.
Jadi, lain kali kalian pegang aku, jangan cuma lihat plastik. Lihatlah aku sebagai guru kehidupan, si presiden kecil di kamar mandi yang nggak pernah korupsi, nggak pernah demo, tapi selalu bikin kalian segar setiap hari.[***]