Infrastruktur & Transportasi

Perkuat Ketahanan Pangan, Pemerintah Maksimalkan 61 Bendungan

PERUBAHAN iklim yang terjadi secara global, berpengaruh besar pada sektor pertanian, termasuk Indonesia. Adanya cuaca ekstrem, seperti hujan lebat, kekeringan, gelombang panas, dan badai tropis, mempengaruhi proses tanam. Ujungnya, hasil pertanian nasional bisa jadi tidak maksimal, sehingga memperlemah ketahanan pangan. Oleh karena itu Pemerintah memaksimalkan bendungan.

Secara sederhana, dapat digambarkan berkurangnya produksi akan mengakibatkan harga pangan menjadi lebih mahal. Kenaikan harga dapat berdampak pada akses, keterjangkauan dan pemanfaatan pangan.Volatilitas harga itu pada ujungnya akan berdampak bagi ketahanan pangan di tanah air. Sebab, berbagai studi menunjukkan, konsumen dapat mengubah konsumsinya untuk merespons kenaikan harga.

Menyadari ancaman serius tersebut, Pemerintah cepat mengantisipasi. Selain terus memperbaiki sistem perdagangan komoditas pangan, juga memperbaiki sistem pertanian. Salah satunya, melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyiapkan penyediaan pasokan air.

Saat ini, Kementerian PUPR terus melanjutkan penyelesaian pembangunan 61 bendungan hingga tahun 2024 untuk tambahan pasokan air irigasi lahan pertanian di seluruh Indonesia. Dengan tambahan suplai air tersebut, Indonesia berharap akan memenuhi ketahanan pangan nasional.

Keberadaan bendungan di tanah air, demikian keterangan tertulis Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Sabtu (18/6/2022), sejauh ini telah meningkatkan indeks pertanaman, sehingga hasil produksi beras secara nasional juga meningkat. Dalam tiga tahun terakhir, Indonesia surplus beras sekitar 3 juta ton dan tidak impor beras lagi.

“(Kehadiran bendungan) meningkatkan indeks pertanaman (IP) yang sekarang ini rata-rata nasional BPS sebesar 147% dengan air irigasi dari 231 bendungan. Dengan adanya tambahan 61 bendungan bisa kita naikkan IP menjadi 200%,” kata Menteri Basuki saat mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau Bendungan Sindangheula di Kabupaten Serang, Banten, Jumat (17/6/2022).

Menteri Basuki berharap tambahan 29 bendungan yang sudah tuntas dan 32 bendungan yang masih dalam proyek pembangunan dapat meningkatkan indeks pertanaman menjadi 200%. Dengan demikian produksi beras nasional dapat mencapai 40 juta ton pada tahun 2045 dan Indonesia bisa surplus beras hingga 10 juta ton.

Salah satu bendungan yang dibangun (2015-2020) adalah Bendungan Sindangheula berlokasi di Kabupaten Serang, Provinsi Banten dengan biaya Rp458,9 miliar dan telah diresmikan pengoperasiannya oleh Presiden Joko Widodo pada 4 Maret 2021. Bendungan Sindangheula memiliki kapasitas tampung 9,3 juta m3 dengan manfaat irigasi 1.289 ha, air baku 800 liter/detik, dan potensi pembangkit listrik 0,4 MW.

Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan sekaligus Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S. Atmawidjaja mengatakan, untuk meningkatkan produktivitas pertanian tanaman pangan, Pemerintah melakukan 2 (dua) strategi utama yakni meningkatkan konversi padi ke beras dan meningkatkan indeks pertanaman.

“Meningkatkan indeks pertanaman dari 143% menjadi 200% dengan menyediakan tambahan pasokan air irigasi melalui pembangunan 61 bendungan dari 2015 hingga 2024. Hingga 2015, layanan air irigasi dari 231 bendungan mencapai 10,6% (761 ribu ha). Dengan tambahan 61 bendungan pada 2024 maka layanan air irigasi dari 292 bendungan akan mencapai 19,3% (1,4 juta ha sawah irigasi),” kata Endra.

Untuk meningkatkan indeks pertanaman/IP, Endra menyebutkan Kementerian PUPR juga melakukan pekerjaan rehabilitasi 3,02 juta ha jaringan irigasi dan pembangunan 1,01 juta ha jaringan irigasi baru.

Endra menyatakan, untuk mengantisipasi krisis pangan global, Indonesia akan memfokuskan pada 7 komoditas pangan utama yaitu Beras, Jagung, Kedelai, Bawang Merah, Bawang Putih, Cabai, dan Sorgum. Untuk itu pada saat ini tengah dikembangkan beberapa sentra produksi tanaman pangan melalui pengembangan _Food Estate_ , yakni di Sumatera Utara (Humbang Hasundutan) dengan target luasan 20.000 ha dengan komoditas bawang merah dan bawang putih, dan Kalimantan Tengah (Kapuas) dengan target luasan 29.000 ha dengan komoditas utama padi dan jagung.

“Selain itu juga ada di Nusa Tenggara Timur (Sumba Tengah, Belu, Waingapu) dengan target luasan 10.000 ha dengan komoditas padi, jagung, dan sorgum khususnya di Waingapu), di Papua (Merauke dan Keerom/Jayapura) dengan target luasan 210.000 ha di Merauke untuk komoditas padi dan 3.000 ha di Kabupaten Keerom/Jayapura untuk komoditas jagung, dan di Sulawesi Tengah (Donggala) dengan target luasan 15.000 ha, untuk komoditas jagung dan kedelai,” terang Endra. InfoPublik (***)

 

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com