Industri

“Mobil Listrik Mahal, Bensin Masih Jalan, Ya Sudah… Mending Gowes Aja Sekalian!”

ist

Sumselterkini.co.id, – Kalau ngomongin industri otomotif di Indonesia, itu ibarat lagi masak sayur asem di dapur ekonomi nasional. Sayurnya itu komponen-komponen bahan baku dari industri logam, elektronik, karet, sampai kacanya. Kuahnya? Nah, itu kendaraan yang keluar dari pabrik siap-siap dibeli dan dipakai di jalan. Udah kayak paket komplit, ada backward linkage yang ngurus suplai bahan, dan forward linkage yang bikin sayur asemnya bisa dinikmati pedagang, supir, sampai tukang ojek online.

Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza bilang, Indonesia ini punya potensi jadi pasar mobil terbesar di Asia Tenggara dalam rilisnya baru -baru ini. Wah, gede banget nih, kayak lapak bakso di pojokan yang selalu ramai pembeli. Tapi sayangnya, kita masih keder sama harga mobil listrik yang kok kayak harga emas, bukan harga gorengan.

Eh, ngomong-ngomong soal mobil listrik, kapan ya Indonesia bisa 100% pakai mobil listrik dan ninggalin bensin kayak ninggalin mantan yang nyakitin? Kalau kendaraan bensin masih terus diproduksi, itu sama aja kayak kita ngajarin anak main sepeda sambil terus nyodorin motor, bingung kan dia pilih yang mana?

Kalau dipikir-pikir, kebijakan untuk transisi ke mobil listrik ini mirip kayak pepatah Jawa, “Alon-alon asal kelakon,” alias pelan-pelan asal selesai. Padahal, harga mahal mobil listrik itu bikin dompet bolong, bikin hati bolong, bikin orang-orang masih betah deh sama kendaraan bensin yang sudah terbiasa dan gampang servisnya.

Padahal, kalau mobil bensin terus diproduksi dan laku, itu ibarat masak mie instan tapi terus-terusan pakai bumbu lama, tanpa upgrade rasa. Padahal dunia udah sibuk diet karbon dan mau makan sayur hijau, kita malah masih santuy makan mie goreng.

Coba lihat Jepang, Belanda, dan negara-negara yang udah sadar bahwa hidup sehat itu dimulai dari… gowes! Iya, naik sepeda! Di Belanda, mobil pribadi banyak yang nganggur gara-gara sepeda lebih praktis. Di Jepang, orang pakai sepeda buat ke stasiun, ke toko, bahkan buat pacaran. Di kita? Sepeda justru berubah fungsi jadi pajangan di teras atau properti konten Instagram.

Di Kopenhagen, ibu kota Denmark, jumlah sepeda melebihi jumlah penduduk. Serius! Bahkan di tahun 2022, lebih dari 60% warga Kopenhagen pergi kerja atau sekolah pakai sepeda. Pemerintah Denmark sangat serius soal ini mereka bikin jalur sepeda selebar jalan tol mini, lengkap dengan lampu lalu lintas khusus sepeda, parkiran besar, dan jembatan khusus sepeda yang namanya udah kayak nama pahlawan The Bicycle Snake. Manfaatnya? polusi udara rendah, warga jadi sehat tanpa harus langganan gym, dan kota lebih tenang, nggak bising klakson.

Jerman bukan cuma negara pembuat mobil keren kayak BMW atau Mercedes, tapi juga sangat serius mendukung penggunaan sepeda dan e-bike. Kota seperti Freiburg dan Berlin punya ribuan kilometer jalur sepeda dan sistem penyewaan sepeda yang super gampang.

Tahun 2023, pemerintah Jerman bahkan kasih subsidi pembelian e-bike sampai €1.500 untuk warganya. Di beberapa kota, e-bike malah dijadikan bagian dari angkutan umum. Bus, sepeda, dan kereta semua saling mendukung.

Walau terkenal dengan polusi, tapi jangan salah Tiongkok juga salah satu pengguna terbesar sepeda listrik di dunia! Bahkan ada lebih dari 300 juta e-bike beredar di jalanan kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai.

Program bike-sharing mereka luar biasa masif, sampai warna-warni sepeda parkirnya bisa bikin kita mikir itu festival sepeda nasional. Kenapa berhasil?. Sistem e-wallet buat sewa sepeda cepat dan murah, jalur sepeda luas, dan enda tinggi buat kendaraan bermotor yang nyelonong ke jalur sepeda.Program bike-sharing mereka luar biasa masif, sampai warna-warni sepeda parkirnya bisa bikin kita mikir itu festival sepeda nasional.

Bahkan  di Kolombia, tiap hari Minggu, di kota Bogotá punya acara namanya Ciclovía. Selama beberapa jam, 120 km jalanan kota ditutup untuk mobil dan dibuka cuma buat sepeda, pejalan kaki, dan skateboard. Konsep ini sudah menginspirasi lebih dari 100 kota di dunia. Kolombia juga sudah mulai integrasi sepeda dengan sistem transportasi umum. Bayangin, naik sepeda ke halte, parkir gratis, terus lanjut naik bus.

Contoh terakhir Canada, beberapa kota seperti Vancouver dan Montreal sangat pro-sepeda. Mereka bukan cuma kasih jalur sepeda, tapi juga kasih insentif pajak, buat warganya yang memilih naik sepeda ke kantor. Bahkan, di beberapa kantor pemerintahan, ada fasilitas mandi dan ruang ganti buat pegowes!. E-bike juga makin populer di daerah perbukitan dan pinggiran kota. Pemerintah setempat kasih potongan harga buat pembelian e-bike sebagai upaya mengurangi ketergantungan mobil pribadi.

Mulai dari sepeda

Dari contoh itu, kita bisa lihat satu benang merah komitmen pemerintah dan fasilitas yang serius. Nggak cuma kampanye manis di media sosial, tapi ada jalur sepeda yang nyata, insentif yang terasa, dan aturan yang ditegakkan. Kalau Indonesia mau serius soal lingkungan, ya nggak harus langsung mimpi 100% mobil listrik. Mulai dari sepeda dulu, Bro!

Bukan karena kita ketinggalan zaman, tapi karena udara bersih dan badan sehat itu bukan bonus, itu kebutuhan. Daripada nunggu harga mobil listrik turun kaya nunggu diskon HP di Harbolnas, ya mending kita gowes dulu, hemat dulu, sehat dulu!.

Indonesia juga mending fokus mendorong penggunaan sepeda, daripada pusing mikirin transisi  ke mobil listrik yang harganya kayak beli rumah petak. Sepeda itu bebas pajak, bebas polusi, bebas macet (kecuali di jalanan yang dipakai buat CFD tapi jadi pasar kaget). Kalau pemerintah serius dukung transportasi ramah lingkungan, coba deh bikin jalur sepeda serius bukan yang cuma selebar tali BH atau yang nyambungnya kayak nasib mantan nggantung.

Kementerian Perindustrian bilang nilai backward linkage dan forward linkage di sektor otomotif itu tinggi, alias industri otomotif ini sangat bersinergi sama industri lain, kaya orkestra yang lagi latihan buat konser. Tapi sayang, tahun 2024 penjualan turun Rp10 triliun, ini kayak konser tiba-tiba sepi penonton, bikin pemain biola pada sedih.

Pemerintah sih kasih insentif pajak dan dorongan inovasi supaya industri bisa maju, tapi tantangannya tetap ada. Seperti kata pepatah, “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian,” kita harus bersabar dulu sambil menyiapkan semuanya, termasuk SDM dan teknologi yang mumpuni.

Kalau soal Suzuki Fronx, wah, itu kayak jago baru yang hadir dengan harapan bawa angin segar buat industri otomotif Indonesia. Hybrid dan ramah lingkungan pula. Semoga ini jadi pionir mobil listrik yang ramah dompet dan ramah bumi.

Indonesia sebenarnya sudah punya modal kuat buat pindah ke mobil listrik, tapi harga mahal dan produksi kendaraan bensin yang masih jalan terus itu kayak dua jari jemari yang susah dipisah. Kebijakan untuk 100% pakai mobil listrik secara massal memang masih “jalan pelan,” kayak joget dangdut yang pelan tapi pasti.

Kalau kita terus-terusan santai dan nggak genjot transisi ini, siap-siap aja “mobil bensin” bakal jadi dinosaurus di jalanan, sementara negara lain sudah gas pol pakai mobil listrik. Nah, kalau mau Indonesia nggak cuma jadi pasar mobil terbesar tapi juga jadi pelopor kendaraan hijau, yuk dorong bareng-bareng supaya harga mobil listrik bisa lebih ramah di kantong dan infrastruktur pengisian listrik makin merata.

Jadi, kapan Indonesia 100% pakai mobil listrik? Kalau sesuai pepatah, “sabar itu buah manis,” kita tunggu aja sampai buah itu matang dan jatuh ke tangan. Tapi kalau mau buahnya cepet manis, ya harus dipupuk dan disiram rajin, bukan cuma diam-diam berharap hujan.

Dan transisi ke mobil listrik itu sangat penting, tapi kalau harganya masih bikin rakyat mikir dua kali, dan mobil bensin masih diproduksi tanpa batas, ya sama aja kayak lari di treadmill capek, tapi nggak kemana-mana. Sambil nunggu harga mobil listrik bersahabat dan infrastruktur siap, kenapa nggak kita dorong budaya naik sepeda kayak di Jepang dan Belanda?

Indonesia itu punya matahari, punya angin, punya semangat gotong royong. Masa iya kalah sama negara dataran rendah yang dingin? Sepeda bisa jadi solusi sementara atau bahkan jangka panjang, asal serius dibangun jalurnya dan disediakan keamanannya.Jadi… kalau mobil listrik belum terjangkau, mobil bensin makin mahal, ya mending “Gowes dulu, Bro! Daripada ngowes cicilan mobil listrik sampai pensiun!”.[***]

Terpopuler

To Top