SUMSELTERKINI.CO.ID, PALEMBANG – Sampoerna mengajak Usaha Kecil Menengah [UKM] Sumatera Selatan untuk maju bersama, begitulah tema rangkaian aktivitas pemberdayaan UKM menyambut Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) Expo 2018, digagas PT HM Sampoerna Tbk, dan komunitas retail binaannya ” Sampoerna Retail Community (SRC) dengan gelaran SRC Expo untuk menginpirasi pelaku usaha kecil menengah (UKM) di Sumatera Selatan(Sumsel), agar lebih kreatif, mandiri dan memiliki daya saing yang tinggi.
Program pemberdayaan UKM yang mendapat dukungan penuh Pemerintah Daerah Sumsel, melalui program pendampingan UKM bersama Pemprov Sumsel untuk mendorong para pelaku UKM di Sumsel.
Sepak terjang para pelaku UKM di Sumsel kini semakin nyata. Data Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumsel mencatat jumlah pelaku UKM di provinsi ini pada 2016 sebanyak 2.102.478 unit, dan meningkat pada 2017 menjadi 2.103.268 unit.
Di tengah peran iklim perkembangan UKM di Sumsel yang sangat kondusif, ternyata ada peran penting seorang ibu, dalam membentuk karakter anaknya menjadi orang sukses.
Satu contoh, Ardaty Raddatul Jannah, asal Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir ini punya peran penting dalam menyemangati inspirasi anaknya, Aksan Farurozi seorang mahasiswa Fakultas Tambang Universitas Sriwijaya [Unsri] angkatan 2014. Ia berkreasi ‘menyulap’ buah tembesu menjadi komiditi yang bernilai.
“Idenya, saya dapat dari ibu saya, dari saya kecil, ibu saya sudah terbiasa mencuci dengan menggunakan bahan alami, kian lama, tetangga-tetangga saya mulai memesan, sabun buatan ibu saya itu,”ujar Aksan Farurozi, penggagas sabun Sanjo Beauty, Sabtu [10/11/2018].
Aksan kecil, awalnya tidak begitu memperdulikan apa yang telah ibunya buat, ia hanya tahu, ibunya telah memberikan pelajaran paling berharga, untuk hidupnya hari ini. “Waktu itu saya cuma disuruh mengatar sabun buatan ibu saya itu ke tetangga yang beli,”terangnya.
Dengan doa dan pelajaran hidup dari sang ibu, kini anak ke 3 dari 8 bersaudara ini mampu memproduksi sabun kecantikan seratus pics berukuran 2 inchi per hari dari pabriknya di kawasan Indralaya, yang masih ia kontrak.
Sejumlah bantuan pun pernah ia dapat, seperti dari Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) Unsri, dan bantuan dari Kemenristek Dikti memalui program PPT Dikti, sedangkan awal pertemuannya dengan pihak PT.H.M Sampoerna, baru terjalin di bulan April 2018, melalui Incubator Bisnis berbasis Tepat Guna, yakni Inotek.
Usaha yang dilakoninya semenjak 2016 ini, sekarang telah memiliki 4 pegawai untuk memproduksi sabun tersebut, dan omzetnya saat ini berkisar Rp8-15 juta per bulan, dengan wilayah sebaran sudah sampai Pulau Jawa, terutama Yogyakarta.
“Di awal memang penelitian umumnya dilakukan dosen dan mahasiswa, cuma kita yang pertama menjadikannya produk,” papar pria berkacamata ini.
Selain itu bahan baku pembuatan sabun ini adalah tanaman khas Sumatera Selatan, yakni tanaman tembesu.
“Ini tanaman khas kita, dulu tidak banyak yang memperdulikan, buah dan daunnya, kini tanaman itu punya peran besar sebagai bahan baku dari sabun yang saya produksi,” lanjutnya.
Meski langkah, dan sangat sulit diperoleh di wilayah lain, namun di beberapa desa di dekat rumahnya, tanaman tembesu itu masih ada sekitar 5-10 batang yang bisa dimanfaatkan.
“Saya memperdayakan masyarakat disekitar rumah untuk mengumpulkan buah tembesu, kemudian saya tampung,”akunya.
Aksan menyebutkan, selain ektrak tembesu itu, bahan lain untuk membuat sabut, yakni minyak kelapa, asam dan basa. Meski demikian dia mengakui dalam memproduksi sabun tersebut, ada sedikit kesulitan, yakni menemukan komposisi yang pas, karena di usahakan setiap bahan itu tidak terbuang dengan percuma.[**]
Penulis : Faldy