Sumselterkini.co.id, – Ada pepatah lama bilang “jalan ke hati lewat perut”, napi Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya tampaknya lebih visioner untuk jalan ke panggung dunia melalui sambal terasi, rendang, dan pempek kapal selam!
Saat bertemu Asosiasi Pengusaha Jasaboga Indonesia (APJI) di Jakarta, 28 April 2025 lalu, Menekraf Teuku Riefky menyentil satu ide sederhana tapi berbobot kuliner lokal harus naik kelas jadi senjata diplomasi dunia kata dia, kata-kata ini bukan cuma bikin orang kenyang, tapi bikin negara lain jatuh hati!
“Kuliner dapat menjadi alat diplomasi gastronomi yang efektif,” ungkap Menteri Riefky, ibarat mengatakan rendang itu bisa lebih tajam dari pidato diplomatik dan soto lebih menyatukan daripada meja perundingan, keren bukan!.
Bayangkan saja, kalau kita serius, bisa jadi nanti di Eropa orang lebih kenal seruit Lampung, dibandingkan fish and chips atau di Amerika, “what’s for dinner?” jawabannya: rawon!. ha..ha..ha!.
Kalau merasa ini sekadar khayalan, coba lihat tetangga Thailand sudah sejak 2002 jalan dengan program “Global Thai”. Pemerintahnya aktif mendukung ekspansi restoran Thai di seluruh dunia. Alhasil, sekarang mau di New York atau Johannesburg, Tom Yum melenggang santai di daftar menu.
Bahkan Korea Selatan malah lebih heboh, lewat program “Hansik Globalization”, mereka membungkus makanan tradisional mereka (kimchi, bulgogi, bibimbap) dengan daya tarik K-pop dan K-drama. Hasil? Dunia tergila-gila, bukan cuma pada boyband, tapi juga pada rasa asam pedas kimchi!
Kalau dua negara ini bisa memoles dapurnya sampai mendunia, kenapa dapur emak-emak kita di pelosok Nusantara harus terus-menerus hanya jadi cerita arisan?
Nah, beruntung, Indonesia tidak kehabisan semangat, karena APJI, yakni yang organisasi isinya para jagoan dapur dari pemilik restoran sampai produsen bumbu dapur siap pasang badan.
Dengan lebih dari 4.000 anggota dan jaringan dari Aceh sampai Papua, APJI ibarat prajurit bumbu yang sudah mengasah spatula dan wajan!. Deputi Bidang Kreativitas Budaya dan Desain, Yuke Sri Rahayu, menyebut ada tiga senjata pamungkas siap ditembakkan, antara lain penguatan data gastrodiplomasi untuk menarik investasi dan lapangan kerja, pelatihan juru masak untuk menu baru di Program Makan Bergizi Gratis, dan promosi produk lokal melalui Hari Masakan Nusantara (yang sedang diperjuangkan jadi Hari Nasional).
Kalau ini jalan, jangan kaget kalau lima tahun lagi, sate Padang jadi menu pilihan dalam gala dinner PBB!, serius nih!.
Dalam dunia kuliner, siapa lagi panutannya kalau bukan Gordon Ramsay?, dia pernah mengatakan “Passion is the most important ingredient in any dish.” (Gordon Ramsay).
Artinya, bukan soal dapur mewah, bukan soal piring porselen mahal. Yang penting itu cinta, semangat, dan keyakinan bahwa sepiring nasi goreng buatan hati bisa menggoyang lidah dunia!
Jadi, jangan minder. Dari wajan bocel dan ulekan batu, bisa lahir rasa yang melintasi benua!
Meningkatkan kuliner lokal bukan cuma soal jualan makanan. Ini soal mengibarkan bendera merah putih lewat aroma nasi liwet dan cita rasa sambal bajak. Kalau kita mau dikenal dunia, jangan cuma lewat berita demo atau berita duka. Mari bikin dunia jatuh cinta lewat piring kita!. Seperti pepatah bijak berkata “Tak kenal maka tak sayang, tak makan maka tak kenyang.”. Oleh karena itu perlu kenalkan rasa kita, suapkan cita rasa kita, dan biarkan dunia berkata “Indonesia itu lezat!”, mantap!.[***]