Sumselterkini.co.id, – Kalau dulu ada pepatah “sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya nabrak pohon manga juga,” maka kini boleh ditambah “sebagus-bagusnya kreator komik bikin tokoh berkepala naga, ujung-ujungnya tetap butuh media dan dukungan negara”.
Nah, akhir pekan lalu, suasana ICE BSD bukan lagi seperti gedung pameran biasa. Ia menjelma jadi kerajaan semesta penuh waifu, tokoh berambut pelangi, dan fans dengan semangat seperti nunggu diskonan sepatu Crocs di akhir tahun. Di tengah keramaian itu, muncul sosok Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, yang seperti karakter NPC penting dalam RPG muncul mendadak, tapi bawa misi negara!
Bu Wamen Irene datang bukan cuma buat selfie pakai filter chibi, tapi juga menyuntikkan semangat ke para kreator lokal di event Comic Frontier alias Comifuro. “Indonesia ini tinggal didorong aja ke pasar global,” katanya. Ibarat kerupuk udah digoreng matang, tinggal dikasih sambal aja biar lebih laku.
Comic Frontier ini memang event yang luar biasa. Dulu katanya mulai dari acara kampus, sekarang sudah mirip Comiket di Jepang, bahkan Fadhil, Public Relation-nya, mengaku bahwa event ini “lahir dari komunitas kecil yang doyan baca komik.” Coba bayangkan, dari tongkrongan wibu jadi pusat ekonomi kreatif Asia Tenggara. Ini mah udah kayak band indie yang manggung di panggung 17-an terus tiba-tiba jadi headline di Glastonbury.
Wamenekraf datang sambil bawa program Ekraf Hunt, semacam pencarian bakat nasional, tapi bukan untuk nyanyi, melainkan untuk cari IP alias Intellectual Property, dan jangan salah, IP ini bukan cuma bisa jadi stiker WhatsApp. Kalau digarap serius, bisa jadi cuan berjuta-juta. Jepang saja membuktikan lewat Doraemon, Pokemon, hingga Attack on Titan yang sekarang lebih terkenal dari nasi padang.
Menurut Prof. John Howkins, penulis buku The Creative Economy. “Kreativitas adalah modal ekonomi abad 21 yang lebih penting daripada minyak.” Dan betul juga, minyak bisa habis, tapi ide karakter berkepala singa dengan kekuatan api dari masa depan itu tak terbatas.
Contoh negara yang sukses menggarap IP lokal adalah Korea Selatan. Mereka dulu cuma jual ginseng dan drama mellow. Tapi lihat sekarang, lewat BTS dan webtoon, mereka bisa mendominasi industri hiburan dunia. Indonesia pun bisa! Tapi dengan syarat jangan cuma didukung pas viral doang, tapi harus konsisten, seperti cinta emak ke anaknya yang walau bandel tetap dikasih lauk.
Comic Frontier bukan sekadar event cosplay dan jualan merchandise. Ini adalah bukti bahwa budaya pop lokal bisa jadi mesin ekonomi. Dengan dukungan nyata dari pemerintah lewat Wamenekraf, plus dorongan dari komunitas, kreator Indonesia bukan cuma bisa tampil, tapi juga menginvasi pasar global dengan gaya dan warna khas Nusantara.
Jadi buat kamu yang suka gambar-gambar karakter berambut hijau dengan mata berkaca-kaca teruskanlah. Siapa tahu suatu hari, karya kamu bukan cuma nangkring di booth kecil Comic Frontier, tapi dipajang di billboard Shibuya, dengan tulisan kecil “Made in Depok.”
Karena seperti pepatah lama yang belum sempat viral di TikTok “Kreativitas itu seperti mie instan, kalau nggak dimasak dengan serius, ya cuma numpang lewat di rak dapur”.[***]