Industri Kreatif & UKM

UMKM Loyo? Ternyata Ini Kesalahan Fatal yang Sering Dilakukan!

ist

“Sepahit-pahit kopi, masih bisa dinikmati. Tapi sepahit nasib UMKM tanpa branding, itu bikin ngelus dada dan dompet”

Begitulah kira-kira kalau nasib para pelaku UMKM kita diibaratkan dalam secangkir kopi tanpa gula. Udah pahit, ngga bisa dijual mahal pula. Palembang boleh terkenal dengan jembatan Ampera dan pempek kapal selamnya, tapi giliran kopi lho kok yang dikenal malah dari daerah sebelah?

Ini bukan cerita sinetron, apalagi drakor. Ini nyata. OJK Sumsel sampai harus turun tangan ngadain audiensi bareng Wali Kota Palembang demi menyulut semangat pelaku UMKM yang kadang semangatnya naik-turun kayak harga cabai rawit pas lebaran. Tujuannya mulia bikin UMKM naik kelas, bukan naik cicilan utang.

Kalau dulu UMKM dikenal sebagai Usaha Maju Karena Mimpi, sekarang kita ubah jadi Usaha Makin Kuat Melek Digital.

OJK dan Pemkot Palembang ngajak semua pihak untuk gotong royong bantu UMKM, terutama soal kemasan, permodalan, pemasaran, sampai branding yang kadang lebih penting dari isi produk itu sendiri.

Ibarat jualan keripik singkong, meski cuma digoreng sama ibu-ibu komplek, kalau dikemas dalam plastik glossy dengan nama “Crunchy Queen from Sumsel”, itu bisa laku keras sampai ke minimarket Tokyo. Tapi kalau masih dibungkus plastik kiloan yang dikaretin, ya lakunya paling di pos ronda.

Coba kita lirik sedikit tetangga jauh Korea Selatan, negara ini bisa jualan odol rasa anggur dan mi instan rasa ramen, tapi yang penting mereka tahu cara mengemas. UMKM mereka punya startup incubator sampai di pasar tradisional.

Banyuwangi, Jawa Timur, mereka jor-joran digitalisasi UMKM, sampai bikin festival tahunan khusus produk lokal. Hasilnya? Produk khas daerah bisa ngeluyur sampe Amazon.

Makassar,  disini, pelaku UMKM muda disulap jadi kreator lewat ruang inkubasi digital. Anak muda diajarin bukan cuma jualan, tapi juga storytelling.

Palembang? bisa juga dong! tinggal didorong, bukan disuruh nyungsep terus disalahin kenapa nggak bangkit-bangkit.

OJK bahkan udah siapkan Sultan Muda Center, jangan bayangin ini tempat nongkrong anak sultan dengan kopi 80 ribu per cangkir. Ini tempat pelatihan, bootcamp, sampai ruang inkubasi bisnis.

Tempatnya open space, udah kayak kafe coworking space tapi buat pelaku UMKM. Di sini, ide bisa terbang bebas, usaha bisa dicoba, gagal boleh asal jangan lupa bangkit, bukan baper.

Dan hebatnya, semua fasilitas ini bisa disinergikan bareng Pemkot. Program “Berdaya, Cerdas, Sejahtera”. bukan cuma slogan di spanduk. Ini usaha nyata, yang penting bukan cuma pencitraan, karena yang kita butuh sekarang bukan pencitraan, tapi pencairan!

Pepatah bilang, “Rezeki takkan lari ke mana, tapi kalau kita diam aja, bisa-bisa malah dikejar utang”. Maka, UMKM jangan cuma menunggu bantuan jatuh dari langit. Mulailah dengan memperbaiki kemasan, belajar digital marketing, ikut pelatihan.

Bahkan sekarang, OJK punya laboratorium digital dan AI. Artinya, bukan cuma manusia yang bisa bantu usaha, tapi juga teknologi. Ngeri-ngeri sedap!

UMKM itu ibarat warung tegal nggak mewah, tapi ngangenin. Tinggal kita poles dikit, branding dikit, kasih promosi secukupnya, lalu beri akses permodalan yang masuk akal, maka UMKM bisa jadi kekuatan ekonomi lokal yang nggak cuma survive, tapi juga bisa ekspansi.

Dengan kolaborasi OJK dan Pemkot Palembang, kita nggak cuma mimpi punya “Silicon Valley”-nya Sumsel, tapi beneran bisa bikin “Kampung Kreatif” yang isinya pengusaha lokal, anak muda kreatif, dan produk lokal yang mendunia.

Jangan cuma ngopi dan ngeluh, saatnya UMKM kita ngegas, biar Palembang makin berkelas!. Kalau setuju, mulai sekarang jangan nanya “Apa aku bisa jualan?”, tapi tanya “Mau jualan pake kemasan warna apa hari ini?”

Kalau artikel ini bikin kamu senyum, boleh share. Kalau bikin kamu kepikiran buat buka usaha, langsung gas! Jangan sampai nanti menyesal cuma jadi penonton di toko orang lain.[***]

Terpopuler

To Top