Haji & Umroh

Hikmah di Balik Penerbangan SV-5276 yang Mendarat Darurat di Bandara Kualanamu

foto : ilustrasi/kemenag

Sumselterkini.co.id, – Kalau hidup ini ibarat naik pesawat, maka kejadian ancaman bom di pesawat Saudia Airlines SV-5276 adalah turbulensi yang bukan hanya bikin jemaah kaget, tapi juga bikin kopi tumpah, gigi palsu loncat, dan sandal jepit jadi barang mewah di ruang tunggu.

Bayangkan, jemaah haji yang harusnya pulang dengan hati damai, kepala penuh doa, dan tangan beroleh oleh-oleh zamzam serta kurma Ajwa, malah disambut pengumuman tak sedap “Maaf, ada dugaan ancaman bom”, Lah, ini bukan sinetron Ramadan, kenapa jadi ada plot twist begini?.

Untungnya, setelah tim gegana, anjing pelacak, intelijen, dan makhluk-makhluk berwajah serius lainnya turun tangan, hasilnya negatif bom, positif lega. Pesawat steril, nggak ada yang mencurigakan, kecuali satu jemaah yang ngotot bilang tasnya isinya bumbu rendang.

Menurut Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Pak Hilman Latief, jemaah langsung diistirahatkan di hotel, dikasih konsumsi, dan tetap dikawal seperti anak kos yang pulang kampung naik bus pariwisata capek tapi selamat. Ini menunjukkan bahwa negara hadir, ya walau kadang hadirnya mirip bapak kos nampak saat mepet-mepet tenggat.

Tapi kita harus akui, respons cepat dari PPIH Arab Saudi, Kemenag, dan pihak keamanan di Bandara Kualanamu itu patut diacungi jempol, kalau bisa jempol kaki sekalian sebab, kalau nggak segera ditangani, bisa-bisa jemaah kita stres, kirain ini bagian dari ujian kesabaran pasca haji.

Ancaman bom itu ibarat berita gosip tetangga bikin heboh, tapi setelah dicek, cuma salah paham gara-gara suara ledakan panci presto di dapur belakang.

Begitulah manusia modern sering lebih cepat panik daripada berdoa. Padahal, dalam Islam, husnudzan (berprasangka baik) itu penting. Tapi zaman sekarang, husnudzan kalah cepat sama notifikasi WhatsApp dari grup RT.

Sebagaimana pepatah mengatakan, “Lebih baik menyalakan lampu daripada menyalahkan kegelapan,”. Mari kita nyalakan lampu kehati-hatian, pemeriksaan pesawat, keamanan jemaah, dan SOP bandara jangan cuma jadi jargon pas musibah, tapi terus di-upgrade kayak aplikasi e-wallet.

Kemenag dan maskapai penerbangan harus duduk bareng, jangan cuma saling oper-oper tanggung jawab kayak main voli di pantai Ancol.

Perlu ada Sistem deteksi dini, jangan sampai info ancaman bom baru nyebar pas pesawat udah di atas awan. Penumpang haji itu bukan agen rahasia, mereka cuma pengabdi rukun Islam kelima. Simulasi keamanan yang manusiawi, jangan sampai jemaah yang sudah lanjut usia malah disuruh tiarap kayak latihan tentara. Nanti salah-salah malah encok kambuh dan butuh tukang urut dan Penyediaan psikolog pasca-insiden, haji itu perjalanan spiritual, bukan thriller psikologis.

Bagi sebagian jemaah yang sudah terlanjur trauma naik pesawat, mungkin bisa dipertimbangkan program “Pulang Haji via Kapal Laut Nostalgia” lengkap dengan karaoke dan warung kopi.

Peristiwa ini mengajarkan kita bahwa dunia memang penuh kejutan, bahkan di tengah perjalanan pulang dari Tanah Suci pun, ada saja sandiwara yang tidak diundang. Tapi seperti kata orang bijak, “Kesabaran itu bukan hanya saat ditimpa musibah, tapi juga saat menunggu boarding pass keluar,”.

Untunglah semua jemaah selamat, tidak kurang satu apa pun, kecuali waktu istirahat yang terpotong dan niat selfie di bandara yang gagal total. Tapi jangan sedih, karena di balik kejadian ini, semoga ada evaluasi besar-besaran, bukan cuma minta maaf lalu lupa, seperti janji kampanye caleg di masa lalu.

Terakhir, mari kita doakan jemaah haji kita semua bisa pulang dengan selamat, sehat, bahagia, dan siap menghadapi pertanyaan tetangga. “Hajinya mabrur ya, Bu?” “InsyaAllah, Amin… walau sempat disangka bawa bom…”.

Penerbangan SV-5276 mengajarkan bahwa perjalanan spiritual tidak selesai di Mekkah. Kadang, ujian iman itu datang saat kita menunggu koper di conveyor, bukan saat thawaf di Ka’bah. Ibadah haji bukan cuma soal ritual, tapi juga ketenangan hati saat menghadapi ketidakpastian bahkan setelah thawaf selesai.

Ketegangan di udara, pengecekan di bandara, dan keterlambatan pulang adalah bagian dari “ritual pulang” yang tidak tertulis di buku manasik. Tapi justru di situ terlihat apakah kita pulang membawa kesabaran, tawakal, dan rasa syukur, atau hanya oleh-oleh dan update status. Jadi, sebelum panik atau menyalahkan, mari kita ingat satu hal. “Pulang haji bukan berarti tamat ujian. Kadang, Allah SWT mengasih bonus episode berikutnya.[***]

Terpopuler

To Top