Haji & Umroh

Bus Shalawat, Supirnya Amanah, Kursinya Ramah, Tipsnya Haramah!

ist

Sumselterkini.co.id, – “Pak, kita naik onta ya ke Masjidil Haram?” tanya Bu Ruminah, 67 tahun, polos sekali sambil memegang koper kecil dan semangat seperti mau tamasya ke kebun binatang.

Pak Lurah, yang barusan saja mengatur rombongan kloter 17 dari Lampung, tersenyum sabar. “Bukan, Bu. Sekarang jemaah Indonesia naik Bus Shalawat. Anti-ngesot, anti-sesat!”

Begitulah wajah pelayanan haji zaman sekarang. Bukan lagi model zaman dahulu yang harus jalan kaki tujuh kilo sambil menggendong sandal dan nyanyiin Talbiyah seperti mau demo.

Kini, PPIH Arab Saudi menghadirkan Bus Shalawat  bukan bus yang nyanyi, tapi bus yang siap siaga 24 jam, mengantar jemaah dari hotel ke Masjidil Haram dan balik lagi, kayak tukang ojek setia tapi lebih nyaman dan ada AC-nya.

“Ini bukan sembarang bus, ini bus yang diridhoi. Bus Shalawat, Bapak Ibu! Nama boleh kalem, tapi layanannya garang,” kata Pak Mujib Roni, Kepala Bidang Transportasi PPIH Arab Saudi, dalam acara pengarahan di terminal Syib Amir. Ia bicara dengan toa, seperti MC hajatan.

Bus Shalawat ini bukan cuma wara-wiri tanpa arah, tapi punya jalur dan terminal masing-masing. Jemaah di daerah Syisah dan Raudhah naik dari Terminal Syib Amir, yang di Jarwal dari Terminal Jabal Ka’bah, dan yang di Misfalah dari Terminal Ajyad. Jadi, jangan sampai naik dari terminal tetangga, nanti tersesat ke rombongan lain dan dikira jamaah Malaysia.

“Lho Pak, kok ada GPS segala di busnya?” tanya Pak Dul dari Garut, heran.

“Supaya nggak nyasar ke Madinah, Pak. Ini bukan bus jurusan antar kota antar provinsi. Sudah dikawal teknologi. Ada GPS, CCTV, tinggal kurang WiFi aja buat streaming ceramah Ustaz Maulana,” jawab petugas sambil ngikik kecil.

Muchlis M Hanafi, Direktur Layanan Haji Luar Negeri, bilang bahwa bus ini juga ramah untuk jemaah lansia dan difabel. Kursi rodapun bisa naik dengan manja lewat low deck yang sudah disiapkan. Ada tempat khusus untuk parkir kursi roda di dalam bus, jadi nggak perlu disangkutkan di spion.

“Pokoknya, lansia bisa naik dengan senyum, turun juga tetap dengan semangat. Kalau kata pepatah, ‘Tua-tua keladi, makin tua makin naik bus pakai teknologi’,” seloroh Muchlis sambil menyeruput teh di tenda PPIH.

Tahun ini, armada Bus Shalawat digerakkan oleh lima perusahaan otobus Abu Sarhad, Dallah, Durrat Al Munawwara, Mawakeb Al Khair, dan Rawahel Al Mashaer. Nama-namanya seperti nama kafilah zaman Rasul, tapi jangan salah, armadanya modern dan supirnya sudah diseleksi macam audisi Indonesian Idol.

Dan ini penting, pesan Pak Mujib tegas, “Supirnya udah dibayar. Jadi jangan kasih baksyis, tips, atau bahkan kerupuk! Karena ini semua sudah termasuk dalam Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji. Jangan sampai amal ibadah kebobolan cuma gara-gara kasih uang rokok ke supir.”

Bus Shalawat ini bukan cuma soal transportasi, tapi juga simbol pelayanan haji yang terus membaik. Dulu, naik haji bisa bikin betis sekeras kerupuk kering karena kebanyakan jalan. Sekarang? Bisa khusyuk beribadah tanpa pegal pinggang.

Kalau kata orang Palembang, “Katek bus Shalawat, dakdo yang sampe ke Haram.” Maka beruntunglah jemaah kita yang sekarang naik haji seperti naik kelas bisnis spiritual adem, nyaman, dan tak perlu cari parkir.

Dalam haji, niat baik harus ditopang logistik yang baik pula. Dengan Bus Shalawat 24 jam nonstop, layanan ramah lansia, armada canggih, dan sopir anti pungli, maka perjalanan ibadah jadi lebih tenang. Naik Bus Shalawat ibarat naik pahala express cepat, nyaman, dan tak perlu kuatir disesatkan jalan.[***]

 

Terpopuler

To Top