SEKAYU, pagi itu memang rame bukan main. Di BLK Sekayu, ada 133 calon peserta Pelatihan Migas tahun 2025 lagi siap-siap tes tertulis, terdengar juga suara sepatu beradu lantai, gelak tawa, bisik-bisik peserta, bahkan ada yang nyanyi lirih, bersatu kayak orkestra kacau tapi harmonis.
“Bro, bawa bolpoin warna hitam kan?” tanya Joni sambil menatap Tasrif yang lagi ketawa kayak nemu durian runtuh.
“Warnay hitam doang? Aduh, aku pikir boleh pelangi biar jawaban makin kece,” jawab Tasrif dengan tawa hahaha!
“Pelangi mah nggak bikin matematika lulus, bro…. Nanti kertas kamu jadi lukisan abstrak,” celetuk Joni, semua peserta ngakak.
Di pojok ruangan, Bupati Muba HM. Toha duduk santai. Senyum tipis, tapi aura serius, kayak bilang, “Kalau kalian males, gue bakal kasih semangat pedes kayak cabai rawit”
“Anak-anak Muba!” seru Bupati. “Pelatihan Migas ini kesempatan emas! Kayak nemu durian runtuh di pasar kaget. Jangan sia-siakan!”
“Wih, berarti kantong kresek siap-siap, bro,” bisik Tasrif ke Joni sambil ngakak.
Bupati lanjut, “Selain peluang karir menjanjikan, kalian bakal dapet sertifikat resmi. Sertifikat ini kayak kartu sakti, bikin kalian naik level di dunia kerja”
“Wah, dari pemuda pengangguran ke operator hits? Mantap!” sahut Joni sambil ngakak sampai melek-mata hampir juling.
Tes hari itu dibagi dua sesi 09.00 WIB untuk nomor 001-070, 10.00 WIB untuk nomor 071-133. Suasana penuh campur aduk, ada yang serius kayak kalkulator hidup, ada yang ngobrol sambil ngakak, ada yang cek-cek bolpoin sambil bilang, “Ini bolpoin bisa bikin lulus nggak, ya?”
Herryandi Sinulingga, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muba, muncul bawa tumpukan soal. “Materi hari ini. Matematika dan Pengetahuan Umum. Jangan remehkan!”
“Matematika? Aku cuma siap strategi bertahan hidup, bukan strategi hitung-hitungan,” keluh Tasrif sambil garuk kepala.
“Strategi bertahan hidup penting juga, tapi kalau mau jadi Operator Lantai Perawatan Sumur, kudu pinter!” balas Joni.
Sesi pertama dimulai. Ada peserta yang nulis sambil ngunyah permen, ada yang mikir soal matematika sambil bilang, “Kalau X = mantan, Y = hati patah… hasilnya berapa ya?”
Herryandi nyengir, “Fokus dulu ke X dan Y soal matematika. Nanti mantan mikirin kalian sendiri”. Semua ngakak.
Di luar aula, ibu-ibu penjual gorengan sempat ikut nimbrung, “Anak-anak muda, jangan lupa sarapan. Otak butuh minyak goreng juga!”
“Waduh, sarapan tadi cuma kopi sama roti aja, beneran deh,” gumam Tasrif.
Bupati dan Herryandi patroli, memberi semangat “Ingat, anak-anak! Kesempatan ini bisa bikin hidup kalian berubah dari duduk nonton sinetron jadi operator hits! Pepatah bilang “Sediakan waktu belajar hari ini, biar besok nggak nangis cari kerja”.
Sesi kedua mulai. Suasana makin dramatis tapi tetap kocak. Ada peserta yang megang bolpoin sambil gemetar, kayak pegang senjata pamungkas. “Ini bolpoin bakal nentuin masa depan gue,” katanya dalam hati.
Di pojok lain, peserta lain bergumam, “Kalau jawaban gue salah semua, mungkin gue bisa bikin teori baru matematika. Teori Malas Tapi Lulus”. Semua tergelak.
Ternyata, di antara mereka ada yang bawa cemilan. “Eh…., ini boleh dimakan nggak pas tes?” tanya satu peserta sambil nyengir. “Nggak masalah, asal jangan ketahuan pengawas,” jawab temannya.
Bupati tersenyum dari jauh. “Kalau ketawa sambil belajar, otak lebih segar. Tapi jangan sampe cemilan lebih laku dari jawaban, ya!”
Di tengah ketegangan, muncullah pepatah “Usaha nggak akan mengkhianati hasil, tapi kalau bolpoin bocor, usaha tetap belepotan”. Semua peserta ngakak sambil ngecek bolpoin masing-masing.
Setelah 2 jam berlalu, tes selesai. Para peserta keluar aula dengan wajah campur aduk lega, puas, dan tetap kocak. Ada yang bilang, “Waduh, matematika bikin kepala pusing, tapi lucu juga…”
Tasrif dan Joni duduk di bangku luar, saling pandang. “Bener juga, bro. Dari ngakak aja bisa dapet pencerahan hidup!”
Bupati menutup hari itu dengan pesan moral “Jangan sia-siakan kesempatan. Pelatihan ini bisa bikin kalian berubah dari pengangguran jadi operator hits. Ingat pepatah orang tua “Belajar hari ini, biar besok nggak nangis cari kerja”.
Semua peserta pulang dengan senyum lebar. Mereka sadar, kesempatan nggak datang sendiri. Kalau bergerak sambil ngakak, jalan ke masa depan lebih ringan.
Beberapa peserta bahkan bikin versi lucu sendiri di grup chat:
“Aku..lolos, bro!. Dari pengangguran jadi operator hits, bolpoin sakti emang nyata!”
“Eh.., aku masih ngitung X sama Y mantanku, tapi udah ketawa duluan,” balas teman-temannya.
Di rumah, Tasrif cerita ke keluarga “Pak, bu, aku hari ini ketawa, belajar, dan… mungkin besok bisa kerja di migas!”
Ibu Tasrif tersenyum sambil ngelus kepala, “Anak mama, kalau ketawa bisa sambil belajar, berarti hidup lo bakalan manis kayak dodol Palembang”.
Dan begitulah, Pelatihan Migas Muba bukan cuma soal tes tertulis, tapi pengalaman hidup penuh canda, tawa, edukasi, dan peluang nyata. Dari pengangguran bisa jadi operator hits, asal mau berusaha, ketawa, dan jangan takut gagal.
Jadi, jangan cuma nunggu durian jatuh. Ikut tes, ketawa, belajar, dan raih masa depan. Dari ngakak bisa dapet pencerahan hidup, dari bolpoin bisa dapet masa depan cerah.[***]
Catatan Redaksi:
Cerita ini merupakan dramatiasi fiksi dari rilis resmi Pelatihan Migas Muba Tahun 2025. Nama tokoh, dialog, dan beberapa kejadian dibuat imajinatif dan humoris untuk tujuan menghibur dan edukasi pembaca. Fakta dasar tentang jumlah peserta, jadwal tes, lokasi, dan tujuan program tetap sesuai informasi resmi dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Musi Banyuasin.