DEPUTI Pengembangan Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas), Marsda TNI Dr Sungkono SE MM mengapresiasi program kerja dan langkah-langkah strategis yang telah dilakukan Pemkab Muba pada hilirisasi perkebunan karet tiga tahun belakangan ini.
“Setelah mendengar langsung paparan Pak Dodi terkait inovasi hilirisasi karet, kedepan ini bisa jadi role model yang luar biasa, kata dia dalam Rapat Persiapan Pengkajian Daerah (Kajida) ke Sumatera Selatan Tentang Revitalisasi Perkebunan Karet dalam rangka Penguatan Ekonomi Daerah kini, Rabu.
Menurut dia, terobosan seperti inilah yang dibutuhkan untuk sekarang. Namun demikian perlu dilakukan penelitian dari semua aspek, sehingga memang benar-benar bisa memberikan dampak postif untuk penguatan ekonomi.
Dikatakan Sungkono, Focus Group Discussion adalah suatu proses pengumpulan informasi suatu masalah tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Diskusi ini juga bertujuan untuk menggali bahan kajian terkait revitalisasi perkebunan karet dalam rangka penguatan ekonomi daerah. Hasil kajian menurutnya akan diserahkan ke Presiden Republik Indonesia.
“Kajida ini untuk mengetahui ketahanan ekonomi daerah selama pandemi COVID-19. Dengan tujuan Kajida, Belanja masalah pendalaman dan analisis guna menyusun rekomendasi kepada Presiden RI selaku Ketua Wantannas dalam rangka menentukan kebijakan dan strategis Nasional,”paparnya.
Bupati Muba Dr H Dodi Reza Alex Noerdin memaparkan, banyak upaya yang sudah dilakukan Pemkab Muba dalam upaya menstabilkan harga karet di Muba yang selaras dengan gencarnya hilirisasi karet di Muba. Diantaranya, peningkatan kapasitas dan produktivitas pekebun yakni dengan penggunaan bibit unggul, pupuk berimbang, Sekolah Lapangan Petani Karet, dan pelatihan dan pendampingan petani implementasi good agricultural practices (GAP).
“Kemudian, pembentukan dan pembenahan kelembagaan petani karet, pembentukan kelembagaan petani karet melalui Unit Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olah Karet (UPPB) berdasarkan Perbup No. 324/2015,” imbuhnya.
“Saat ini terdapat 92 UPPB dengan anggota 13.580 KK, dan karet dijual secara lelang online menggunakan aplikasi SANG BOKAR berkala tiap 1 minggu dengan harga lebih tinggi. Selisih harga mencapai Rp 4.000/kg, UPPB sebagai produsen lateks pekat (Keluang, Babat Toman, Plakat Tinggi), transformasi UPPB menjadi entitas bisnis dengan program UPPB berbadan hukum, dan melatih petani untuk produksi lateks pekat dengan metode dadih,” tambahnya.
Kepala Daerah Inovatif ini menambahkan, dalam kaitan realisasi pendirian pabrik aspal karet Musi Banyuasin karena bahan baku melimpah dan dekat bahan baku, posisi strategis Muba memudahkan distribusi aspal karet, dan posisi Muba dilalui jalan nasional dan jalan penghubung kabupaten.
Inilah keuntungan Muba karena jalan-jalan ini memerlukan aspal untuk pemeliharaan, tambah dia.