SUMSELTERKINI.ID, Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan kepada seluruh kepala daerah agar begitu memerhatikan besaran inflasi di Indonesia. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan menjaga stabilitas harga pangan.
Menurut Jokowi, ketidakpedulian dengan tingginya inflasi yang bahkan berada di atas 5% beberapa tahun lalu disebabkan oleh orientasi mental sebagian pihak yang mengganggap tingginya inflasi adalah hal yang wajar. Padahal, inflasi adalah salah satu faktor penting dalam menggenjot ekonomi nasional, karena dengan inflasi akan tergerusnya daya beli masyarakat.
“Dulu harga naik dianggap biasa saja, sekarang harga naik dianggap harus itu kita anggap sebagai hal tidak biasa. Ini jadi budaya organisasi yang saya lihat sangat baik untuk kita teruskan,” kata Jokowi di di hadapan para kepala daerah diHotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (27/7/2017).
Dia menjelaskan sudah lama Indonesia memiliki budaya pasrah soal inflasi dan sudah menjadi persepsi public. “ Waktu itu inflasi kisaran 8%, 9%, 10% itu sesuatu yang wajar, sesuatu yang biasa. dianggap suatu yang wajar dan biasa, yang tidak dapat diapa-apakan. Padahal bisa kita kerjain,” ujar Jokowi.
Jokowi pun mencontohkan rendahnya inflasi di negara-negara pada benua Eropa. Bahkan, inflasi dapat ditekan hingga mencapai 1% atau 2%.
Rendahnya inflasi ini juga dapat memberikan dampak positif bagi Indonesia. Salah satunya adalah dengan penurunan bunga bank. Untuk itu, pemerintah perlu menjaga inflasi tetap rendah agar daya beli masyarakat meningkat.
“Kita juga sudah menyadari bahwa inflasi itu bisa menyebabkan banyak hal. Bunga bank tinggi ini salah satunya karena inflasi tidak bisa kita tekan.Tetapi nanti kalau inflasi bisa kita tekan terus dalam kurun 4 tahun, 5 tahun, 7 tahun. otomatis bunga bank pasti turun,” ujarnya.