Ekonomi

Air Sungai Uang Mengalir, Apakah Inflasi Ikut Banjir?

BI

KALAU ekonomi diibaratkan kampung, maka M2 alias uang beredar itu ibarat sungai yang melintas di tengah desa. Pada Juli 2025, sungai itu makin deras, M2 tumbuh 6,5% (yoy) atau setara Rp9.569,7 triliun. Lebih tinggi sedikit dari bulan lalu yang 6,4%. Sekilas angka ini dingin seperti laporan cuaca, tapi sebenarnya punya cerita, semakin banyak air yang mengalir, semakin banyak pula perahu yang bisa melaju. Pertanyaannya, apakah arus deras ini bikin warga kampung senyum bahagia, atau malah kebanjiran alias inflasi?

Pendorong utama derasnya arus ini adalah M1 yang tumbuh 8,7%. Itu artinya masyarakat punya lebih banyak uang tunai dan tabungan cair. Bayangkan orang-orang mulai sering mampir ATM, bukan cuma ngecek saldo lalu buru-buru cabut, tapi betulan narik uang untuk belanja. Dari kopi susu sampai sandal baru, dompet terasa lebih “hidup”. Seperti pepatah Jawa, “yen wis ono duit, ati dadi legan.” Kalau ada duit, hati memang jadi plong.

Tapi tunggu dulu, air deras bisa jadi bencana kalau tak ada bendungan, begitupula uang, kalau peredaran makin cepat tanpa rem, harga barang bisa ikutan joget naik. Itulah kenapa Bank Indonesia harus pasang muka serius. Mereka seperti satpam pesta senyum tetap ada, tapi matanya waspada, dalam pepatah Inggris, “Don’t let the music play too loud, or the neighbors will complain”. Terjemahan bebasnya, jangan biarkan inflasi bikin gaduh.

Ada sisi lain yang menarik aktiva luar negeri bersih melonjak 7,3%, artinya cadangan devisa makin tebal, rupiah bisa lebih tegap berdiri. Tapi penyaluran kredit justru melambat jadi 6,6%. Bank-bank mungkin lagi jaga jarak, tak mau kasih pinjaman sembarangan. Analogi gampangnya, ini seperti warung kelontong yang tetap buka, tapi menolak utang dari tetangga yang dulu pernah ngemplang.

Lalu, apakah kenaikan M2 ini otomatis bikin harga-harga meloncat? Belum tentu. Bisa saja daya beli naik, konsumsi bergerak, tapi inflasi tetap jinak karena produksi barang masih lancar. Ibarat sawah kalau air irigasi cukup, padi tumbuh subur tanpa banjir. Jadi, semua tergantung keseimbangan antara suplai dan permintaan.

Pesan moralnya jelas uang itu harus seperti arus sungai cukup deras untuk menghidupi sawah dan perahu, tapi jangan sampai merendam dapur. Terlalu sedikit bikin tandus, terlalu banyak bikin hanyut. Ekonomi sehat itu ibarat peribahasa kuno, “sedang-sedang saja lebih membawa berkah”

Pertumbuhan M2 Juli 2025 ini bukan sekadar angka di kertas, ia sinyal bahwa dompet masyarakat mulai bergerak, konsumsi berpotensi menggeliat, tapi BI tetap harus siap dengan rem tangan agar inflasi tidak kebablasan. Jadi, kalau sungai uang ini terus mengalir, mari berharap ia jadi berkah, bukan banjir bandang, karena ujung-ujungnya, yang kita butuhkan hanyalah ekonomi yang menari dengan irama pas cukup enerjik untuk bikin bahagia, tapi tidak bikin pusing tujuh keliling.[***]

Terpopuler

To Top