Agribisnis

Kalamo, Potret Baru Nelayan Indonesia Timur

kkp

Sumselterkini.co.id, – Katanya, “rezeki itu nggak pernah ketukar”. Tapi kalau nggak ada gudang es, rezeki bisa meleleh kayak hati ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Itulah nasib nelayan zaman dulu di banyak pesisir Indonesia. Ikan segar hasil tangkapan malah keburu bau amis sebelum sempat dijual, karena fasilitas penyimpanan minim, pasar pun entah di mana, dan tengkulak lebih galak dari preman terminal.

Namun, pemandangan itu pelan-pelan berubah, tengoklah Biak Numfor, Papua. Di sana, tepatnya di Kampung Nelayan Modern (Kalamo) Samber-Binyeri, nelayan tak lagi bersedih karena tangkapan mereka keburu busuk sebelum bertemu pembeli. Kini, ikan-ikan itu digudangkan rapi, dibekukan, lalu dikirim ke Semarang dalam bentuk kontainer. Bukan satu dua kali, yang terbaru adalah kontainer kesepuluh, berisi 16 ton ikan beku dengan nilai transaksi Rp400 juta. Yang bikin terharu, semua ini terjadi bukan karena nelayan tiba-tiba kaya mendadak, tapi karena ada niat, sinergi, dan logistik yang dirapikan.

Ikan tuna, marlin, cakalang, sampai ikan karang tak lagi sekadar cerita “ikan besar lepas di laut”. Mereka kini jadi simbol sukses nelayan Papua yang menggeliat dan Kalamo Biak pun, dalam sekejap, menjelma dari kampung nelayan biasa menjadi kampung nelayan bergaya Merah Putih modern, tertata, dan produktif.

Lalu, kenapa daerah lain belum nyusul juga?. Apa masih sibuk rapat soal warna cat gudang ikan?. Kampung Kalamo Biak, kini jadi semacam poster boy untuk program nasional “Kampung Nelayan Merah Putih” (KNMP). Tapi jangan dikira mereka sukses karena makan jimat laut selatan.

Ada koperasi jalan, ada gudang beku aktif, ada kapal, ada pasar jelas, dan yang paling penting ada pendampingan serta semangat gotong royong. Ketua koperasinya, Adam Mampioper dalam rilis situs KKP bilang kapasitas gudang cepat penuh karena tangkapan sedang banyak. Artinya, mesin kerja mereka tidak cuma hidup, tapi juga bergerak seperti mesin seduh kopi warung yang tak pernah mati pagi-siang-malam.

Laporan dari Kepala Dinas pun menyebut angka manis 153,82 ton ikan terkirim, dengan nilai transaksi Rp2,456 miliar. Ini bukan angka main-main. Ini angka yang bisa membangun jalan paving dan menambal banyak lubang di kampung lain.

Kalau Kalamo Biak bisa, kenapa daerah lain cuma bisa bikin seminar? Ibaratnya, Biak udah main liga utama, daerah lain masih sibuk cari wasit buat tanding antar RT. Padahal, kunci suksesnya udah jelas ditulis seperti resep sayur lodeh di belakang pintu dapur ada kapal, ada gudang, ada pasar, dan ada kemauan.

Kita sering dengar, jangan kasih ikan, tapi kasih kail. Tapi kalau kail dikasih, lautnya rusak, pasarnya jauh, dan ikannya disuruh bawa CV, ya sama aja bohong. Di Kalamo, kailnya dikasih, kapal disiapkan, gudang dibangun, lalu pasarnya dibuka lebar-lebar. Inilah bentuk pembangunan yang nggak cuman nyiram benih terus ditinggal piknik.

Pepatah Bilang “Sekali Mendayung, Dua Ikan Terangkut”. Program KNMP bukan hanya soal pembangunan fisik, tapi juga revitalisasi ekonomi dan sosial, dengan anggaran Rp22 miliar per kampung, Presiden dan jajaran KKP tampaknya ingin membuktikan bahwa nelayan kita bukan nelayan buangan zaman, tapi tulang punggung ekonomi bahari masa depan.

Dengan sentuhan teknologi dan sistem manajemen yang rapi, kampung nelayan bisa jadi motor penggerak pertumbuhan daerah, asal tidak disabotase oleh birokrasi yang doyan bikin laporan ketimbang turun ke laut.

Kisah Kalamo Biak semestinya tidak berhenti di press release KKP, ia harus menular seperti tren TikTok, bukan sekadar jadi kebanggaan sesaat, saat ini, nelayan dari Sabang sampai Merauke butuh contoh nyata.

Kalamo sudah membuktikan diri, maka tugas pemerintah pusat dan daerah selanjutnya adalah menyulap banyak kampung nelayan nelangsa menjadi kampung nelayan nguntungin. Jangan biarkan ikan-ikan kita cuma jadi objek nostalgia atau cerita di warung kopi. Jadikan mereka komoditas strategis yang bikin nelayan berdasi dan anaknya bisa kuliah tanpa utang koperasi.

Karena seperti kata pepatah orang laut “Ikan besar tak datang pada kail malas”.  Bahkan nelayan Kalamo sudah membuktikan bahwa kerja keras, ditambah gudang es, bisa bikin Semarang kenyang tanpa harus buka freezer sendiri.[***]

Terpopuler

To Top