Perbankan & Keuangan

Cerita dari Balik Meja Kredit Bank Sumsel Babel [Bunga Turun, ASN Senyum]

ist

Sumselterkini.co.id, – Kalau dulu ada pepatah lama, “jangan berhutang kalau tak sanggup bayar,” sekarang boleh kita revisi sedikit, “boleh berhutang asal bunganya jinak seperti kucing kampung yang udah kenyang.” Nah, inilah yang sedang dilakukan Bank Sumsel Babel. Dalam gaya bahasa ekonomi yang sederhana, mereka turunkan suku bunga pinjaman bagi ASN menjadi setara 5,1 persen flat. Namun  dalam gaya bahasa banyolan Bank ini kayak mertua baik hati yang malah ngasih diskon cicilan ke mantunya tiap Lebaran.

Dan jangan salah, ini bukan sekadar strategi merayu ASN supaya makin lengket kayak lakban, tapi juga langkah nyata menghadapi dunia perbankan yang makin mirip lomba tarik tambang, semua bank saling sikut berebut pasar, tapi Bank Sumsel Babel memilih tetap elegan, senyum sopan, dan melayani dengan potongan bunga yang memikat hati dan rekening.

Dalam dunia bank, ASN adalah segmen yang disebut “manis di awal bulan, tetap setia sampai tanggal tua.”Karena gaji tetap, status jelas, dan biasanya sabar saat antre di teller. Nah, Bank Sumsel Babel tahu betul, mempertahankan teman lama lebih berharga daripada mencari teman baru yang belum tentu loyal. Oleh karena itu, bunga kredit dipangkas seperti rambut menjelang lamaran rapi, ringan, dan bikin pede.

Menurut Direktur Utama Achmad Syamsudin, kebijakan ini bentuk apresiasi, tapi kalau boleh kita tambahkan, ini juga bentuk “rayuan gombal finansial” kelas tinggi. Bayangkan, sudah gaji tetap, dikasih cicilan ringan pula. Ibarat beli bakso, tapi yang gratis malah minumnya.

Bukan hanya ASN baru yang bisa ikut program ini, tapi juga yang sudah lama bergabung dan ingin top up, alias nambah pinjaman dengan bunga tetap bersahabat. Artinya, Bank Sumsel Babel ini tidak pilih-pilih kasih. Semua ASN diperlakukan seperti anak kandung yang rajin pulang kampung,  dikasih keringanan, dimudahkan proses, dan tetap diajak ngopi sore di kantor cabang.

Kalau di Dunia Internasional, pendekatan ramah, seperti ini mirip dengan strategi Kiwibank di Selandia Baru, yang gencar menurunkan suku bunga pinjaman perumahan demi kesejahteraan warganya. Kiwibank bahkan punya tagline “Kiwis helping Kiwis”. Kalau kita boleh adaptasi jadi Palembang style “Bank Kito Nian, Bantu Wong Kito Jugo”.

Lain lagi dengan KfW Bank (Jerman), Bank milik pemerintah Jerman ini sering jadi rujukan karena rajin memberikan kredit murah kepada segmen strategis, seperti pegawai negeri, pelaku UMKM, bahkan mahasiswa. KfW ibarat “Bank Sumsel Babel-nya Eropa”, ramah, murah hati, dan penuh semangat membangun. Jadi kalau Bank Sumsel Babel kasih bunga 5,1% flat, KfW Jerman kadang kasih bunga nyaris gratis asal buat pendidikan atau energi terbarukan. Tapi ya tetap, prosesnya harus rapi. Di sini lebih hangat, di sana lebih dingin. Tapi prinsipnya sama rakyat harus dimudahkan.

Begitu pula dengan Japan Housing Finance Agency (Jepang) – Badan ini punya program Flat 35 Loan, kredit pemilikan rumah dengan bunga tetap selama 35 tahun, buat siapa? buat warga Jepang yang mau rumah, termasuk pegawai negeri. Kalau di Jepang, ASN bisa punya rumah dengan bunga tetap dan panjang macam drama dorama. Di Palembang dan Bangka, Bank Sumsel Babel kasih kredit yang bikin tidur ASN lebih nyenyak. Sama-sama bikin lega.

Bahkan State Bank of India (SBI)  punya program khusus buat pegawai pemerintah India, mulai dari bunga pinjaman rendah, bebas biaya administrasi, hingga diskon cicilan kalau bayar tepat waktu. Kalau ASN India dapet pinjaman dari SBI, itu kayak dapet sarapan masala dosa gratis tiap bulan. Nah, ASN Sumsel-Babel juga nggak kalah, bunganya turun, hidupnya naik kelas.

Dan Bank Rakyat (Malaysia) – Bank ini secara aktif menawarkan program pinjaman personal berbunga rendah khusus untuk PNS Malaysia. Kadang bahkan tanpa jaminan. Mereka percaya PNS itu bukan cuma tulang punggung negara, tapi juga bisa jadi nasabah sehat kalau dikasih kesempatan baik. Mirip banget sama filosofi Bank Sumsel Babel.

Langkah ini bukan berarti Bank Sumsel Babel hanya fokus pada ASN, mereka juga sedang bersolek menarik hati para pelaku UMKM dan masyarakat berpenghasilan rendah lewat kredit produktif dan FLPP. Ibarat warung kopi yang mulai menyediakan makanan sehat semua segmen dijamah, bukan cuma pelanggan tetap. Di sinilah kita lihat bank daerah ini tidak hanya cari untung, tapi juga sebar manfaat.

Bank Sumsel Babel memilih bijak, mereka tidak menagih bunga tinggi, malah sebaliknya menurunkan, agar debitur bisa senyum tiap tanggal gajian. Kalau ASN bahagia, belanja di warung lancar, ekonomi lokal pun menggeliat. Bahkan sampai pasar sayur bisa ikut senyum karena ibu-ibu ASN belanja tanpa mikir cicilan.

Bank Sumsel Babel kini bukan sekadar institusi keuangan. Ia sudah jadi bagian dari denyut nadi masyarakat. Apalagi di tengah tantangan ekonomi yang makin bikin kening berkerut, langkah seperti ini bisa jadi seperti kipas angin di tengah siang bolong sejuk dan melegakan.

Mereka sadar, ekonomi lokal bukan soal angka, tapi soal rasa. Dan strategi menurunkan bunga ini adalah cara paling cerdas untuk bikin masyarakat merasa punya teman dalam mengelola keuangan. Tidak seperti bank yang suka pasang bunga tinggi, lalu sok akrab di baliho iklan. Bank Sumsel Babel memilih diam-diam mengurangi beban, bukan diam-diam menambah margin.

Tak bikin nyeri dada

Langkah Bank Sumsel Babel menurunkan suku bunga pinjaman bagi ASN juga, bukan sekadar manuver bisnis, tapi cerminan etos keuangan yang mengerti rasa, bukan sekadar angka. Di saat banyak bank memilih tampil keren dengan jargon luar negeri, Bank Sumsel Babel turun tangan langsung dengan solusi yang bisa dirasakan dompet masyarakat.

Dalam bahasa sederhana “ASN dak lagi pusing mikir bunga, cukup mikir liburan keluarga”. Dalam bahasa ekonomi “Langkah proaktif ini akan memperluas inklusi keuangan, memperkuat portofolio, dan mempercepat kesejahteraan”.

Selain itu,  menurunkan suku bunga pinjaman bagi ASN ini ibarat warung kopi yang tiba-tiba kasih promo “bayar satu, duduk selamanya”. Ringan di kantong, nyaman di hati. Di tengah tekanan hidup yang kadang bikin kepala cenat-cenut dan dompet ngos-ngosan sebelum tanggal 25, kehadiran kredit berbunga ringan ini, seperti embun pagi bagi para abdi negara yang setiap hari setia mencatat, melayani, dan menjalankan roda birokrasi.

Dalam dunia perbankan, strategi ini juga menunjukkan satu hal bahwa bank daerah bisa lincah seperti startup dan berpikir adaptif seperti unicorn, tanpa meninggalkan semangat gotong royong khas lokal. Bila bank besar di dunia berlomba-lomba menurunkan bunga untuk merebut hati korporasi besar, Bank Sumsel Babel justru menyapa para ASN dengan sapaan lembut ala tetangga sebelah “Butuh bantuan cicilan? Sini, kami bantu dengan bunga yang nggak bikin nyeri dada.”

Dari Palembang hingga Pangkalpinang, dari Pegawai Negeri hingga PPPK, langkah ini adalah bukti nyata bahwa pelayanan keuangan tak selalu harus berwajah galak dan berkaca hitam. Bisa juga ramah, senyum, dan penuh empati. Apalagi bagi ASN yang kadang ingin ambil cicilan bukan buat foya-foya, tapi buat nyicil rumah, biayai sekolah anak, atau ganti motor yang sudah lebih sering batuk daripada hidup.

Seperti pepatah bilang “Tidak usah tinggi-tinggi, yang penting cukup dan berguna”. Maka turunnya bunga ini bukan sekadar angka, tapi simbol arah baru bahwa pembangunan ekonomi daerah bisa dimulai dari senyum ASN yang tagihan bulannya jadi lebih masuk akal.

Jangan remehkan dampaknya. Cicilan yang ringan bisa memperbaiki suasana rumah tangga, mengurangi cekcok di meja makan, dan meningkatkan produktivitas kerja. Kalau tadinya ASN duduk di kantor sambil ngitung hari gajian, sekarang mungkin bisa lebih fokus melayani masyarakat. Karena hidup memang lebih menyenangkan kalau tagihan tak terlalu menggigit, dan bunga tak lagi jadi momok, melainkan berkah.

Salam hangat dari pojok meja cicilan. Bank Sumsel Babel sudah menyalakan lilin kecil dalam dunia keuangan daerah. Semoga nyalanya menular ke bank lain. Karena dalam dunia ini, siapa bilang cinta tak bisa datang dari bunga yang turun?

Jadi, wahai para ASN se-Sumsel dan Bangka Belitung, jangan ragu. Bank Sumsel Babel bukan sekadar tempat menyimpan uang, tapi juga tempat menyimpan harapan, cicilan ringan, hati senang, dan masa depan tak lagi terbebani bunga yang bikin susah tidur.“Hutang boleh, asal jangan lupa bahagia”. Gaji ASN boleh tetap, tapi senyumnya makin lebar setiap bulan”.[***]

Terpopuler

To Top