Haji & Umroh

“Jangan Jadi Jemaah Solo Karier, Haji Itu Rame-Rame Bukan Ngilang-ngilang Sendiri!”

kemanag

Sumselterkini.co.id,- Ada pepatah lama yang bilang “Berjalan sendirian di tanah suci, bisa bikin petugas kloter ikut sujud, tapi bukan karena khusyuk, karena panik cari kamu!”.

Nah, begitulah kira-kira pesan halus tapi serius yang coba disampaikan Pak Dirjen PHU, Hilman Latief, kepada para jemaah haji Indonesia yang sedang mondar-mandir di Makkah.

Beliau bukan sedang lebay, bukan pula sedang sok protektif, tapi memang kenyataannya, Makkah itu bukan pasar 16 Ilir Palembang bahkan tanah abang Jakarta  yang kalau nyasar bisa balik pakai angkot jalur 6.

Di sini, sekali kamu hilang jejak, bisa-bisa ketemu lagi pas pulang ke tanah air… lewat YouTube dokumenter. he..he…!!.

Maka dari itu, Pak Dirjen ngasih wejangan jitu.”Jangan keluar hotel sendirian, apalagi kalau niatnya cuma mau ngadem di Masjidil Haram, ajak teman, naik bus shalawat, jangan asal loncat naik taksi. Apalagi taksinya plat Arab, sopirnya mukanya galak bewok lagi, dan kamu nggak bisa bedain huruf Arab dari merek sambal ABC.”

Ibarat orang tua zaman dulu bilang, “Kalau jalan malam jangan sendiri, nanti disangka pocong nyasar”,  sekarang konteksnya naik level “Kalau ke Haram sendirian, nanti disangka jemaah dari planet lain, soalnya enggak ada yang ngerti kamu ngomong apa, dan kamu juga enggak ngerti mereka ngomong apa”.

Itulah pentingnya jalan bareng teman, minimal ada yang bisa bantu nyari arah kiblat kalau kamu nyasar, dan ada yang bisa motretin kamu pas nemu unta selfie.

Apalagi jelang momen Armuzna, kalau diibaratkan acara haji kayak grand final D’Academy, puncak dari segala puncak. Semua harus terdata.

Jangan asal pindah hotel kayak pindah kost mahasiswa. Pak Dirjen udah wanti-wanti, kalau mau pindah penginapan, jangan cuma bisik-bisik sama resepsionis, tapi wajib lapor ke petugas sektor. Soalnya nanti pas naik bus ke Arafah, sistemnya bukan “siapa cepat dia dapat”, tapi “siapa yang tercatat, dia yang berangkat”.

Dan jangan salah, bukan cuma soal lokasi yang harus dijaga, tapi juga soal stamina. Jangan sampai pas waktunya wukuf di Arafah, jemaah malah wukufnya di UGD, karena semalaman ngebolang belanja sajadah. Jaga kesehatan, tidur cukup, dan hindari aktivitas yang bisa bikin dengkul teriak “pensiun dini”.

Soalnya ibadah Armuzna itu butuh tenaga ekstra, bukan sekadar kuat jalan, tapi juga kuat iman, sabar, dan tahan lapar.

Terakhir, Pak Dirjen kasih petuah penting, jangan iseng keluar tenda saat wukuf kecuali ke toilet soalnya kalau udah hilang di Arafah, cari kamu itu lebih susah dari nyari sinyal HP di kampung halaman. Dan kamu bukan sinetron, yang kalau hilang pasti balik dalam satu season. Ini haji, Bung. Sekali hilang jejak, bisa masuk berita.

Haji itu bukan semata urusan antara kamu dan Tuhan. Ini juga urusan koordinasi, komitmen, dan kekompakan, sekali kamu niat berhaji, maka kamu bukan cuma membawa nama pribadi, tapi juga membawa nama rombongan, kloter, bahkan negara. Jadi jangan sampai kamu keluar hotel sendirian kayak pemeran utama film thriller. Ini bukan drama, ini ibadah.

Jangan merasa jadi jagoan yang bisa hadapi segalanya sendiri. Di tanah suci, banyak kejadian yang di luar logika. Bisa saja kamu sekadar keluar beli air zamzam, tahu-tahu ditarik jamaah Uzbekistan karena dikira keluarganya.

Bisa saja kamu niat jalan-jalan sebentar, eh, malah terjebak di rombongan jemaah Turki yang sedang demo minta tambahan nasi kebuli. Kalau sudah begitu, siapa yang repot? Ya kamu, petugas, bahkan negara pun bisa ikut pusing tujuh keliling.

Ingat juga, petugas kita bukan jin pengabul harapan. Mereka bukan GPS hidup yang bisa melacak kamu lewat batin. Kalau kamu hilang dan enggak ngasih kabar, petugas bisa panik luar biasa. Dan kamu bukan murid Hogwarts yang bisa kirim burung hantu buat ngasih tahu lokasi. Maka jalan rame-rame, jaga komunikasi, dan patuhi arahan adalah bentuk ibadah juga karena kamu sedang menjaga keselamatan, keamanan, dan kenyamanan bersama.

Karena pada akhirnya, esensi dari ibadah haji adalah kebersamaan dan kepatuhan. Bukan cuma patuh pada rukun dan syarat, tapi juga pada sistem, petunjuk, dan koordinasi.

Jangan sampai kamu berangkat dalam rombongan, tapi pulang jadi legenda, karena sempat ‘menghilang’ 3 hari tanpa jejak di lorong hotel.

Dan terakhir, “Kalau pengin dikenang di tanah suci, mending karena khusyuk dan ibadah yang mantap, bukan karena kamu bikin geger satu kloter gara-gara naik taksi sendirian dan hilang sampai jam takbir!”.

Jaga diri, jaga teman, jaga niat. Ingat, haji itu bukan lomba mandiri, tapi perjalanan spiritual berjamaah. Maka mari berangkat bersama, beribadah bersama, dan insyaAllah, pulang pun bersama dalam keadaan sehat, selamat, dan membawa gelar haji yang mabrur, bukan gelar “mantan jemaah hilang episode 3”.[***]

Terpopuler

To Top