Industri

“Kendaraan Listrik Indonesia, Melaju Cepat, Tapi Jangan Sampai Tersandung !”

ist

Sumselterkini.co.id, – Jangan terkejut kalau tiba-tiba jalanan di Indonesia dipenuhi kendaraan listrik (EV) yang nyaris senyap, kayak cicak lagi tidur. Kalau dulu kendaraan listrik itu cuma bahan obrolan orang-orang yang pengen jadi futuristik, sekarang? Populasinya melonjak pesat!.

Tahun 2024, Indonesia mencatatkan 207 ribu unit kendaraan listrik, angka yang naik 78% dibandingkan tahun lalu yang hanya 116 ribu. Itu kan kayak tiba-tiba jumlah penonton konser band favorit naik 10 kali lipat, meskipun tiketnya nggak disubsidi.

Sebenarnya bukan kebetulan, namun memang  hasil dari upaya maksimal pemerintah, khususnya Kementerian Perindustrian (Kemenperin), yang konsisten mendorong pengembangan ekosistem kendaraan listrik.

Bahkan, target pemerintah untuk tahun 2030 pun terdengar ambisius mencapai produksi 9 juta unit sepeda motor listrik, 600 ribu unit mobil, dan bus listrik. Target itu sah-sah saja.

Kalau tercapai, kita bakal lihat pengurangan konsumsi BBM hingga 21,65 juta barel, seperti mengurangi konsumsi gula di kafe-kafe kekinian yang hobi ngasih topping bubble tea semua bisa berubah lebih sehat, kalau kita mau.

Tapi tentu saja, kemajuan ini nggak datang tanpa tantangan. Salah satunya adalah pengadaan baterai, yang merupakan nyawa dari kendaraan listrik itu sendiri.

Jangan salah, nggak gampang bikin baterai yang cukup untuk memenuhi permintaan pasar yang terus berkembang. Tapi, Indonesia nggak mau kalah! Ada berbagai perusahaan lokal yang sudah mulai menggeliat untuk memproduksi baterai, baik untuk motor maupun mobil listrik.

PT Industri Ion Energisindo, misalnya, sudah menghasilkan 10.000 baterai per tahun, sementara PT Energi Selalu Baru sudah memproduksi 12.000 baterai per tahun.

Meskipun angkanya terbilang kecil dibandingkan kebutuhan global, ini adalah langkah pertama yang besar. Kalau kita ingat, dulu kita juga merasa nggak mampu bikin barang-barang seperti smartphone atau laptop di dalam negeri. Sekarang? Udah jadi pemain penting.

Selain itu, perusahaan-perusahaan besar seperti Hyundai juga sudah bergabung dalam ekosistem kendaraan listrik Indonesia, memastikan pasokan baterai akan terus meningkat. Dengan investasi yang terus mengalir Rp5,63 triliun, tepatnya industri ini semakin kokoh berdiri. Tapi, jangan sampai kita terlena, ya. Jangan sampai perkembangan kendaraan listrik ini hanya jadi tren sesaat, seperti mode celana jins sobek yang tiba-tiba hilang setelah setahun.

Namun, yang patut diapresiasi adalah bagaimana Indonesia, meski baru mulai menapaki jalan kendaraan listrik, bisa bersaing dengan negara-negara yang lebih duluan. Ambil contoh China yang sekarang sudah jadi pemimpin pasar kendaraan listrik dunia.

Dulu, China juga memulai dari nol, dengan kebijakan pemerintah yang jelas dan terstruktur untuk mendorong kendaraan listrik sebagai solusi transportasi ramah lingkungan. Dengan dukungan terhadap industri dalam negeri dan pengembangan teknologi lokal, China berhasil melaju pesat.

Nah, Indonesia pun berupaya untuk mengikuti jejak tersebut, dengan kebijakan yang tak kalah cerdas. Fokus pada hilirisasi nikel yang merupakan bahan baku utama untuk produksi baterai kendaraan listrik adalah langkah strategis untuk memastikan negara ini tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen dalam industri EV.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Indonesia sedang menuju era di mana kita bisa berdiri di atas kaki sendiri, tanpa tergantung pada impor baterai. Tapi, jangan sampai kita malah jadi negara yang cuma bisa menciptakan pasar besar tanpa kemampuan mengolah sumber daya sendiri. Itu yang perlu jadi perhatian, karena kalau kita cuma jadi pasar, kita nggak akan bisa menikmati kue besar ini sepenuhnya.

Namun, di dunia investasi besar seperti ini, kadang kita harus siap menghadapi pergantian pemain. Seperti dalam dunia pacaran, kadang kita harus ikhlas kalau harus ganti pasangan, asal yang baru bisa bikin kita lebih bahagia.

Begitu juga dengan keputusan LG Energy Solution mundur dari proyek kendaraan listrik Indonesia dan digantikan oleh Huayou, perusahaan baterai asal Tiongkok.

Jangan khawatir, ini justru bisa menjadi kesempatan untuk mempercepat akselerasi kendaraan listrik di Indonesia. Pergantian ini adalah hal yang wajar dalam dunia bisnis, apalagi dalam proyek skala besar seperti ini.

Yang terpenting adalah keseriusan pemerintah untuk tetap memfokuskan diri pada target pengembangan ekosistem kendaraan listrik dan itu terus berjalan.

Selain itu, ada banyak insentif yang diberikan kepada produsen kendaraan listrik dan konsumen. Mulai dari PPnBM 0 persen, diskon daya listrik, hingga pelat nomor khusus, semua dirancang agar siapa saja bisa ikut terlibat dalam revolusi hijau ini. Tapi jangan cuma mikir insentif, loh! Gimana kita pastikan bahwa yang kita ciptakan ini bisa bertahan dan tidak hanya semacam tren yang hilang begitu saja? Itu yang harus kita pikirkan bersama.

Oleh sebab  itu, jangan anggap remeh perkembangan kendaraan listrik di Indonesia. Meskipun kita masih berada di jalur yang panjang, semangat pemerintah dan industri dalam negeri yang terus berinovasi akan menjadikan Indonesia sebagai pemain penting di dunia kendaraan listrik.

Bukan hanya dari sisi produksi, tetapi juga sebagai negara yang mampu mengembangkan teknologi baterai secara mandiri. Tapi ingat, semua ini hanya bisa berhasil kalau kita terus berpikir jangka panjang, seperti China yang sudah mengerti bahwa investasi besar hari ini bakal jadi motor penggerak besok.

Jadi, siap-siap aja, nanti jalanan kita bakal dipenuhi kendaraan listrik yang nggak cuma ramah lingkungan, tapi juga bikin kita bangga! Ini bukan sekadar mimpi, tapi kenyataan yang semakin nyata. Jangan sampai kita hanya jadi penonton di kisah besar ini.[***]

Terpopuler

To Top