Sumselterkini.co.id,- “Mak, itu handuk bukan buat disampir di leher tiap saat, nanti dikira kita berkeringat dosa,” ujar Pak Leman sambil menahan tawa.
“Diam, Le! Ini bukan handuk, ini kain ihram! Belum dipakai aja udah panas hawanya. Kau pikir haji itu piknik?” balas Mak Itam, sambil tetap menyampirkan kain seperti jagoan kungfu Shaolin yang kesasar ke acara manasik haji nasional.
Hari itu Sabtu, 19 April 2025, sejarah baru ditorehkan Kementerian Agama RI menggelar Manasik Haji Nasional pertama secara hybrid. Seribu lima ratus peserta hadir langsung, sementara 141.139 jemaah lainnya menyimak dari 500 titik seantero Indonesia. Yang ikut dari dusun, sampai yang ikut dari kafe dengan wifi gratis. Semuanya serius. Kecuali Pak Leman yang dari tadi sibuk nyetel headset bluetooth-nya ke suara Google Maps.
“Aku pikir manasik ini ya kayak biasanya, dua tiga orang ngobrol di masjid, eh ini nasional, Mak! Nasional! Aku serasa artis TikTok!” kata Pak Leman, bangga.
“Artis apanya, Le? Tadi kau salah pakai baju, yang putih itu daster Mamak!”
Di Aula Kecamatan Pucuk Gading, tempat berkumpulnya jemaah haji dari beberapa desa, layar LED sebesar pintu garasi menayangkan wajah Menteri Agama Nasaruddin Umar. Di pojok layar, ada penerjemah bahasa isyarat yang ekspresinya lebih hidup daripada jemaah barisan depan yang mulai ngantuk karena sarapan lontong sayur terlalu berat.
“Ini manasik nasional pertama, Buya-Buya sekalian. Kami ingin agar pemahaman ibadah haji seragam. Dari Sabang sampai Merauke, semua paham rukun, wajib, hingga sunnahnya,” ujar sang Menteri.
Mak Itam mengangguk-angguk. “Bagus. Jangan sampai nanti ada yang tawaf-nya ngelawan arus, atau nyasar ke food court Mekkah nyari pempek kapal selam.”
Tak tanggung-tanggung, menurut Dirjen PHU Hilman Latief, manasik kali ini juga dirancang lengkap dengan “jalan kaki nasional”.
“Aku heran, Le. Ini manasik atau lomba jalan sehat?” tanya Mak Itam sambil melirik sepatu kets-nya yang baru dibeli dan masih mengkilap.
“Biar simulasi, Mak. Biar pas nanti di Mina, nggak shock. Kan kata Pak Ustaz, haji itu ibadah penuh gerak jalan, lempar, tawaf, lari-lari kecil. Bukan cuma duduk selfie di depan Ka’bah.”
Mak Itam mengangguk-angguk, walau dalam hati masih nyesek karena sepatu barunya ternyata lebih sempit dari harapan.
Sementara di titik-titik lain Indonesia, drama tak kalah lucu terjadi. Di salah satu lokasi daring, sinyal mendadak hilang saat ustaz sedang menjelaskan larangan-larangan ihram.
“Lho, lho, lho… kenapa layarnya nge-freeze pas ngomong ‘jangan mencabut rambut’ tadi?” tanya Bu Tumirah panik. “Aku udah nyabutin alis kemarin!”
“Tuh kan, dibilangin juga jangan sok-sokan mau tampil cantik buat malaikat,” celetuk tetangganya.
Menurut Dirjen PHU, manasik kali ini bukan hanya mengajarkan tata cara naik pesawat atau cara pakai sabuk pengaman, tapi juga menjelaskan makna dan filosofi haji.
“Jangan sampai pulang dari haji cuma bawa tas koper, tapi nggak ada koper sabar, koper ikhlas, dan koper perubahan diri,” ujar sang Dirjen, penuh makna.
Mak Itam, yang dari tadi mencatat serius di buku kecilnya, tiba-tiba nyeletuk, “Kau dengar itu, Le? Jangan pas pulang nanti, yang berubah cuma nama jadi ‘Haji Leman’, tapi kelakuan tetap ‘Leman yang suka nyelak antrian pasar’!”
Kabar baik lainnya, menurut Kemenag, pelunasan biaya haji tahun ini sudah surplus 5.000 lebih. Bahkan jemaah haji khusus sudah lunas semua. Visa? Sudah lebih dari 100 ribu diproses, tinggal nunggu stempel terakhir.
“Berarti tinggal nunggu Mak naik pesawat ya?” kata Pak Leman.
“Iya, dan kau jaga rumah. Kalau ada yang nyari aku, bilang aja. ‘Mak Itam lagi daftar ulang di Tanah Suci, bukan di posyandu!’”
Bimbingan manasik haji nasional ini bukan sekadar acara besar-besaran. Ini adalah upaya membuat seluruh calon jemaah, dari kota hingga pelosok, paham dan siap lahir batin. Dari cara memakai kain ihram, sampai doa saat melempar jumrah.
Dan buat Mak Itam, ini bukan cuma soal naik haji. Tapi soal menjadi hamba yang tangguh, sabar, dan tak lagi mudah marah kalau sayur lodeh-nya keasinan.
Karena seperti kata Pak Ustaz di layar besar tadi. “Jangan pulang dari Mekkah, tapi hatinya masih tinggal di parkiran mall.”[***]