OKI Terkini

Menyambung Jalan, Mengurai Asa

ist

Sumselterkini.co.id, -Coba bayangin lagi nyetir di tol, angin sepoi-sepoi masuk dari AC, playlist Spotify mutar lagu galau 2000-an, dan semua terasa damai… sampai mata menangkap tulisan “Exit Jejawi 500 meter lagi.” Deg-degan dong. Mikirnya, wah bentar lagi sampai. Tapi ternyata nggak ada exit. Cuma ada jalan yang entah ke mana dan harapan yang dibikin gantung. Ini bukan tol lagi, ini kisah cinta gagal dalam bentuk infrastruktur.

Beginilah nasib Simpang Susun Jejawi, Kabupaten OKI. Exit-nya udah ada, aspalnya udah mulai bikin silau, tapi kok belum juga bisa dilewati? Udah kayak pelaminan yang berdiri, tapi pengantennya kabur pas akad. Bupatinya, H. Muchendi Mahzareki, sampe harus manggil manajemen PT Waskita Sriwijaya Tol (WST), ngajak ngobrol sambil ngopi, bahas kenapa pintu keluar ini masih jadi wacana dan bukan kenyataan.

Jawaban dari Dirut WST, Pak Jofimar, terdengar teknis sekaligus tragis. Katanya, bukan karena lahan, tapi tanahnya turun di oprit overpass. Jadi mesti pakai teknologi slab on pile. Tapi ya gitu… estimasinya butuh waktu dua tahun. Dua tahun, bos! Itu lama banget. Di negara-negara maju, dua tahun bisa bangun stadion, bandara, bahkan ngerakit pesawat. Di Korea Selatan, exit tol bisa selesai sambil masyarakatnya belajar coding dan ngebangun startup. Di Swiss? Jangan tanya, orang sana bikin jalan tol bisa nembus gunung, dan tetap selesai lebih cepat dari deadline skripsi mahasiswa Indonesia.

Sementara di Jejawi? Jalan keluar masih dalam status ghosting. Udah kayak mantan yang bilang mau balik, tapi ternyata cuma numpang lewat timeline.

Masalahnya belum selesai sampai di situ. Di pintu tol Celikah, ada masalah penerangan. Lampu jalan banyak yang mati, truk-truk besar parkir sembarangan, dan suasana malam hari jadi mirip set film horor. Ngeri-ngeri nggak sedap. Udah gelap, sempit, ditambah kendaraan berat berhenti sembarangan. Ini bukan jalan tol, ini arena uji nyali.

Padahal, kalau kita tengok ke daerah lain, banyak loh yang berhasil bikin tol bukan cuma lancar, tapi juga berdampak langsung ke ekonomi. Lihat aja Tol Trans Jawa exit-nya hidup, pinggiran tolnya berkembang, dan UMKM bisa jualan di rest area sambil ngopi cantik. Atau di Belanda, mereka bangun exit tol langsung terhubung ke pusat pertanian dan kawasan logistik. Jadi nggak ada exit tol nganggur kayak Jejawi ini, yang keberadaannya lebih misterius dari password WiFi rumah tetangga.

Jejawi ini potensial banget. Akses lancar bisa bikin harga barang lebih murah, hasil tani cepat sampai ke pasar, dan orang-orang bisa pulang kampung tanpa harus muter kayak spinner. Tapi semua itu tinggal potensi kalau jalannya belum bisa dilewati.

Kalau exit tol ini terus-terusan mandek, jangan-jangan ini bukan soal tanah turun, tapi niat yang belum naik. Jangan biarkan warga terus berharap pada jalan keluar yang ujung-ujungnya malah muter balik ke awal. Jadi, yuk kita dorong bareng-bareng. Pemerintah daerah udah gerak, tinggal pihak pengelola yang perlu gaspol. Kalau perlu, adain lomba percepatan pembangunan exit tol, yang menang dikasih hadiah sepeda lipat dan piagam dari rakyat Jejawi.

Jangan biarkan Exit Tol Jejawi jadi “exit yang hanya ada di peta tapi hilang di dunia nyata”. Ini bukan sekadar proyek jalan, ini proyek harapan. Bukalah jalan itu, jangan sampai rakyat OKI ngerasa lebih gampang keluar dari grup WhatsApp keluarga dibanding keluar dari tol di kampung halamannya sendiri.

Karena jalan keluar itu bukan soal aspal dan beton semata, tapi tentang membuka akses, membuka peluang, dan tentu saja… membuka hati pihak-pihak yang masih suka muter-muter alasan. Ayo, kita tuntaskan. Biar Jejawi bisa move on dari era exit tol yang cuma numpang eksis!.[***]

 

Terpopuler

To Top