Seni & Budaya

“Rebana”, musik tradisional bernuansa Islam tak lekang oleh waktu

ist

Bermain “rebana”

Pang..pang…bimpang. bing…ketapang…ketapang, gedibing-gedibing….

Di hening senja yang bermandikan cahaya, Rebana berdentum memainkan nadanya. Ritme mengalun memukau hati yang terpaut, Membawa jiwa merenung dalam khayal yang terpaut.

Pukulan lembut, lepas tersusun rapi, Seperti aliran air yang mengalir membalut hati. Melodi mesra mengisi ruang hampa, Menari-nari di udara, melintasi langit dan bintang-bintang.

Rebana, alat penuh hikmah dan makna, Mengajak jiwa dalam keheningan penuh suka. Irama terbangun dari tiupan nafas yang berpadu, Mengundang semesta menari dalam doa yang terucap.

Ketukan yang kental, memukul getar jiwaku, Menyentuh sejuta perasaan, mengisi setiap sudut. Dalam irama, tersembunyi keindahan yang abadi, Rebana bermain, membangkitkan kembali kejayaan masa lalu.

Bermain rebana adalah menggenggam sejarah, Meneruskan warisan budaya yang takkan pudar. Dalam setiap ketukan, mengalir semangat yang tegar, Membawa kita pada kebersamaan, persaudaraan yang tulus ikhlas.

Teruslah bermain rebana, jadilah nyanyian jiwa, Dengan irama yang mengalun, mempesona setiap ragamu. Dalam detakmu, kita bersatu, satu dalam irama, Rebana, alat penuh cinta dan kedamaian abadi…

Sumselterkini.co.id –  Selamat sore!, puisi diatas sebagai semangat untuk para seniman musik tradisional “Rebana”, karena saat terik panas matahari yang mulai redup, menjelang  ba’da sholat asar,  tetap semangat memainkan rebana, suara pun saat benda itu dipukul bersuara… pang..pang, bimpang bing… kedibing… kedibing, kedibing… ketapang…ketapang, gedibing… gedibing.
Alat tradisional itu, terbuat dari kulit sapi/kambing yang dipasang dari dirangka kayu, dilengkapi piringan logam dilingkaran rangka kayu sebagai pelengkap suaranya biar berbunyi cik..cik saat dipukul. Orang Palembang menyebutnya alat musik rebana itu “terbangan”. Ntah, di daerah lain di Indonesia, biasanya mengikuti bahasanya, namun alat ini identik dengan musik-musik ala Melayu dan Arab. Seperti terlihat dari pandangan mataku, puluhan emak yang mengenakan pakaian muslim di Perum Pesona Harapan Jaya tahap I, Jalan Azhari RT 50, blok c-, Kalidoni Palembang berkumpul dan berbaris. Cuaca di Rabu ini ketika jarum jam menunjuk pukul 15.00 WIB terlihat redup, terik matahari sudah mulai berangsur berkurang. Meski sedikit hawa terasa panas dan matahari kembali menerangi bumi perum ini.

Namun semangat dan asyiknya memainkan musik rebana itu, serta ditambah dengan alunan lirik lagu religius membuat emak-emak tetap semangat berlatih. Kegiatan itu kerap terdengat hampir setiap minggu. Apalagi disaat komunitas emak-emak di perum itu tengah bersiap untuk kegiatan resmi. Ntah pesta perkawinan, menyambut tamu resmi, kegiatan-kegiatan keagamaan di masjid. Aku juga mengenal musik ini saat berumur tujuan tahun dan sempat ikut jadi penarinya saat masih dibangku sekolah dasar.

Musik rebana tentunya sangat mempesona dan bisa memberikan suasana yang indah di kampung. Rebana adalah alat musik tradisional yang sering digunakan dalam berbagai acara keagamaan atau perayaan di masyarakat Muslim, terutama di Indonesia. Pemain rebana akan memukul kulit tersebut dengan tangan atau menggunakan stik kayu untuk menghasilkan suara yang khas. Musik rebana sering dikaitkan dengan seni Islam, dan sering digunakan untuk mengiringi pembacaan puisi atau nyanyian agama.

Dengan adanya musik rebana di kampung, menunjukkan bahwa tradisi dan budaya lokal tetap hidup dan dilestarikan. Suara rebana juga dapat memberikan kehangatan dan semangat kepada pendengarnya, menciptakan suasana yang ceria dan menggembirakan. Suara rebana yang khas ini juga bisa membangkitkan semangat, dan mengajak semua orang menari. Dengan irama yang khas dan ritme yang menghentak, musik rebana menjadi sumber kegembiraan dan kebersamaan. Selain menjadi sarana hiburan, musik rebana juga memiliki makna religius yang dalam. Rebana sering digunakan dalam acara-acara keagamaan seperti pernikahan, khitanan, dan peringatan hari-hari besar Islam. Para anggota kelompok musik ini sering mengikuti kegiatan keagamaan, dan musik rebana selalu menjadi pengiring setia dalam ibadah dan upacara tradisional.

Suara rebana memang memiliki keindahan dan keasyikan tersendiri saat didengar. Rebana adalah alat musik tradisional. Tradisi musik rebana biasanya terkait dengan acara-acara keagamaan, seperti perayaan Hari Raya Idul Fitri, Maulid Nabi Muhammad, atau acara-acara keagamaan lainnya.

Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa suara rebana bisa membuat kita asyik saat mendengarnya:

Ritme yang menggugah semangat: Suara rebana memiliki ritme yang khas dan menggugah semangat. Ketukan-ketukan drum yang teratur dan cepat dapat membangkitkan energi dan membuat kita terbawa suasana. Ritme yang kuat dan dinamis ini sering kali digunakan dalam acara-acara yang meriah dan penuh kegembiraan.

Nuansa keagamaan dan spiritual: Rebana sering kali dikaitkan dengan kegiatan keagamaan dan pengajian. Suara rebana dapat menciptakan atmosfer yang tenang dan mendalam, mengingatkan kita pada nilai-nilai spiritual dan membangkitkan kekhidmatan dalam hati. Bagi mereka yang terbiasa dengan kegiatan keagamaan, suara rebana bisa memberikan rasa ketenangan dan khusyuk.

Keberagaman budaya: Rebana adalah alat musik yang digunakan dalam berbagai tradisi dan budaya di Indonesia. Setiap daerah memiliki gaya bermain dan nuansa yang berbeda-beda. Keberagaman ini membuat suara rebana menarik dan kaya akan variasi. Kita dapat menikmati keindahan melodi dan perpaduan drum yang unik dari berbagai daerah di Indonesia.

Kolaborasi dengan alat musik lain: Suara rebana juga seringkali dipadukan dengan alat musik tradisional lainnya seperti gambus, kendang, atau gendang. Kolaborasi ini menciptakan harmoni musik yang menarik dan membuat suasana semakin hidup. Suara rebana yang bergabung dengan melodi dan ritme alat musik lain dapat menciptakan pengalaman mendengarkan yang lebih menarik.

Mengangkat semangat dan kegembiraan: Suara rebana memiliki kekuatan untuk mengangkat semangat dan membangkitkan kegembiraan dalam hati pendengarnya. Ketukan-ketukan yang cepat dan riang membuat kita ingin bergerak, menari, atau bernyanyi. Suara rebana sering kali mengisi acara-acara perayaan dan hajatan, memberikan suasana yang ceria dan penuh kebahagiaan.

Itulah beberapa alasan mengapa suara rebana bisa membuat kita asyik saat mendengarnya. Suara yang menggugah semangat, nuansa keagamaan, keberagaman budaya, bisa juga dikolaborasikan dengan alat musik lain, serta kemampuannya dalam mengangkat semangat dan kegembiraan membuat rebana menjadi alat musik yang menarik dan menyenangkan untuk didengar hingga populer juga di berbagai budaya di Indonesia dan negara-negara Muslim lainnya. Meskipun sederhana dalam desain dan konstruksi, rebana memiliki keunikan suara yang khas dan terus bertahan selama bertahun-tahun, terlepas dari perubahan zaman.

Ada beberapa alasan mengapa rebana memiliki daya tarik yang langgeng dan tak pernah mati tergerus oleh waktu:

Nilai Budaya: Rebana memiliki nilai budaya yang mendalam dalam masyarakat Indonesia dan negara-negara dengan budaya serupa. Alat musik ini sering digunakan dalam berbagai upacara keagamaan, acara sosial, dan hiburan tradisional. Nilai budaya yang kuat membantu menjaga keberlanjutan penggunaan rebana sepanjang masa.

Fleksibilitas: Rebana dapat dimainkan dalam berbagai genre musik. Baik itu dalam musik tradisional, seperti qasidah dan marawis, maupun dalam musik kontemporer dengan pengaruh modern. Kemampuan rebana untuk beradaptasi dengan perubahan tren musik telah membantu mempertahankan popularitasnya.

Simplicity: Keunikan rebana terletak pada keindahan suara yang dihasilkan dari bentuknya yang sederhana. Alat musik ini terdiri dari membran yang ditarik di atas wadah atau rangka sederhana. Suara yang dihasilkan oleh pukulan pada membran ini memberikan kesan yang menggetarkan dan merdu, dan hal ini memberikan daya tarik tak tergantikan yang tak lekang oleh waktu.

Keterlibatan Komunitas: Rebana sering dimainkan dalam kelompok atau tim, sehingga menciptakan ikatan sosial dan rasa kebersamaan di antara para pemainnya. Komunitas yang terbentuk di sekitar rebana membantu menjaga keberlanjutan dan pengembangan musik ini seiring berjalannya waktu.

Pendidikan dan Pelestarian: Upaya untuk mempertahankan dan memperkenalkan rebana kepada generasi muda melalui pendidikan dan program pelestarian telah memainkan peran penting dalam kelangsungan hidup musik ini. Dengan demikian, rebana terus diajarkan dan diperkenalkan kepada generasi muda, sehingga tradisi musik ini terus hidup hingga kini.

Secara keseluruhan, rebana memiliki kombinasi unik dari nilai budaya, keunikan suara, fleksibilitas, keterlibatan komunitas, serta upaya pendidikan dan pelestarian yang telah membantu menjaga keberlanjutan musik ini dan membuatnya tak pernah mati tergerus oleh zaman.

Rebana sering dimainkan dalam kelompok yang disebut “rebana bersama” atau “rebana tari”. Kelompok ini terdiri dari beberapa orang yang memainkan alat musik rebana secara bersama-sama sambil bernyanyi. Dalam pertunjukan musik rebana, biasanya terdapat seorang pemimpin yang disebut “pemimpin tari” atau “pemimpin rebana” yang bertugas mengoordinasi gerakan tari dan irama musik. Pemimpin ini juga sering memimpin dalam menyanyikan lagu-lagu religius.

Selain rebana, dalam pertunjukan musik rebana juga sering digunakan alat musik lainnya seperti gambang, gendang, suling, dan marwas. Semua alat musik ini bekerja sama untuk menciptakan irama dan harmoni dalam musik rebana. Musik tradisional rebana tidak hanya terbatas pada acara keagamaan, tetapi juga digunakan dalam acara-acara kebudayaan lainnya. Beberapa grup musik modern juga telah menggabungkan unsur-unsur musik rebana dalam karya-karya mereka, menciptakan perpaduan antara tradisi dan inovasi. Musik tradisional rebana merupakan bagian penting dari warisan melayu. budaya Indonesia dan terus dilestarikan dan dikembangkan oleh masyarakat setempat.

 

Sejarah “rebana”

Konon, sejarah musik rebana memiliki akar yang kuat dalam budaya Islam di Indonesia. Musik rebana diperkirakan sudah ada sejak abad ke-14 Masehi, dan memiliki pengaruh yang kuat dari budaya Arab dan Persia dan kebudayaan Melayu. Penyebaran agama Islam ke Indonesia pada masa itu membawa bersamaan praktik-praktik keagamaan, termasuk musik dan tarian yang terkait. Musik rebana mulai berkembang di kalangan masyarakat Muslim di Jawa, Sumatra [melayu], dan daerah-daerah lain di Indonesia.

Asal-usul alat musik rebana itu sendiri bersumber dari gendang Arab yang dikenal sebagai “dabba” atau “daff.” Gendang ini memiliki bentuk yang mirip dengan rebana, yaitu gendang dengan kulit binatang yang direntangkan pada kedua sisinya. Namun, rebana memiliki ciri khas dalam bentuknya yang bulat atau semi-bulat.

Musik rebana umumnya digunakan dalam konteks keagamaan, seperti perayaan Hari Raya Idul Fitri, Maulid Nabi Muhammad SAW, dan acara-acara keagamaan lainnya. Pada awalnya, musik rebana dimainkan secara sederhana dengan alat musik rebana dan vokal yang menyertai. Namun, seiring dengan perkembangan waktu, alat musik lain seperti gambang, gendang, suling, dan marwas juga digunakan untuk melengkapi musik rebana.

Selama berabad-abad, musik rebana terus berkembang dan mengalami adaptasi dengan budaya lokal di masing-masing daerah di Indonesia. Di Jawa, rebana sering dikaitkan dengan tradisi tari yang dinamis, sedangkan di Sumatra, penggunaan rebana lebih fokus pada irama dan vokal yang kuat.

Musik rebana menjadi bagian penting dalam acara-acara keagamaan dan kebudayaan di masyarakat Muslim Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, musik rebana juga mengalami perkembangan dalam adaptasi dengan musik modern, seperti penggabungan dengan alat musik modern dan penyertaan elemen-elemen musik populer.

Sejarah musik rebana mencerminkan integrasi budaya Islam dengan budaya lokal di Indonesia, menciptakan identitas musik yang unik dan beragam. Musik rebana terus dilestarikan dan dikembangkan oleh masyarakat sebagai warisan budaya yang berharga.

Musik rebana sering digunakan untuk mengiringi pengantin dalam tradisi pernikahan di masyarakat Muslim Indonesia. Biasanya, dalam acara pernikahan, kelompok musik rebana akan memainkan lagu-lagu religius dan upacara yang khusus untuk mengiringi kedatangan pengantin pria dan pengantin wanita.

Dalam tradisi pengantin Muslim di Indonesia, musik rebana sering dimainkan saat pengantin pria dan pengantin wanita memasuki ruangan pernikahan. Kelompok musik rebana akan membawakan lagu-lagu yang bernuansa gembira dan religius, sambil memainkan alat musik rebana dengan irama yang khas.

Selain mengiringi kedatangan pengantin, musik rebana juga dapat dimainkan selama acara selamatan, prosesi akad nikah, dan acara lainnya yang terkait dengan pernikahan. Musik rebana memberikan suasana yang meriah dan memberikan sentuhan tradisional pada acara pernikahan.

Penggunaan musik rebana dalam pernikahan tidak hanya terbatas pada daerah tertentu di Indonesia, tetapi juga dapat ditemui di berbagai daerah dengan mayoritas penduduk Muslim. Tradisi ini merupakan bagian penting dari upacara pernikahan yang mewarisi nilai-nilai budaya dan keagamaan dalam masyarakat Indonesia.

Dalam pertunjukan musik rebana, biasanya ada penari yang ikut serta dalam kelompok tersebut. Penari ini sering disebut sebagai “penari rebana” atau “penari tari”. Tarian yang dilakukan oleh penari rebana sering kali merupakan gerakan yang dinamis, energik, dan mengikuti irama musik rebana.

Penari rebana biasanya memainkan peran penting dalam pertunjukan musik rebana. Mereka tidak hanya menari sesuai dengan irama musik, tetapi juga berfungsi sebagai penghibur dan memeriahkan suasana. Gerakan tarian mereka sering kali melibatkan gerakan tubuh, tangan, dan kaki yang lincah dan ekspresif.

Penari rebana sering mengenakan pakaian tradisional yang sesuai dengan budaya dan adat istiadat daerah mereka. Misalnya, di Jawa, penari rebana mungkin mengenakan kebaya dan selendang, sedangkan di Sumatra, mereka mungkin mengenakan baju kurung atau baju tradisional lainnya.

Selain itu, dalam beberapa pertunjukan musik rebana, terdapat juga penari pria yang biasanya memainkan peran khusus dalam tarian yang lebih enerjik dan maskulin.

Penari rebana tidak hanya menambah visual dalam pertunjukan musik rebana, tetapi juga membantu menciptakan atmosfer yang semarak dan menghibur bagi penonton. Mereka menjadi bagian tak terpisahkan dari keseluruhan pengalaman pertunjukan musik rebana.

 

Alunan lagu dalam musik rebana umumnya memiliki karakter yang gembira, berirama cepat, dan bernuansa religius. Berikut ini adalah beberapa contoh lagu yang sering dimainkan dalam musik rebana:

Ya Rasulallah: Lagu ini merupakan salah satu lagu yang paling populer dalam musik rebana. Lagu ini mengungkapkan penghormatan dan cinta kepada Nabi Muhammad SAW.

Sholawat Badar: Sholawat Badar adalah salah satu sholawat yang terkenal dan sering dinyanyikan dalam musik rebana. Lagu ini memuji dan menghormati Nabi Muhammad SAW.

Marhaban: Lagu Marhaban sering dimainkan dalam perayaan Maulid Nabi atau acara-acara keagamaan lainnya. Lagu ini menyambut kedatangan Nabi Muhammad SAW dengan sukacita.

Turi-turii: Lagu Turi-turii merupakan lagu tradisional yang sering dimainkan dalam musik rebana. Lagu ini memiliki irama yang enerjik dan diiringi dengan gerakan tari yang khas.

Selamat Datang: Lagu Selamat Datang biasanya dimainkan saat pengantin memasuki ruangan pernikahan. Lagu ini memberikan suasana gembira dan menyambut kedatangan pengantin.

Ya Nabi Salam: Lagu ini adalah salah satu lagu yang sering dinyanyikan dalam musik rebana. Lagu ini memuji dan mendoakan Nabi Muhammad SAW.

Tawaf: Lagu Tawaf biasanya dimainkan dalam prosesi Haji atau Umrah. Lagu ini menggambarkan perjalanan tawaf di sekitar Ka’bah.

Syi’ir Tanpo Waton: Lagu ini memiliki makna spiritual dan sering dinyanyikan dalam musik rebana. Lagu ini mengajarkan nilai-nilai kebijaksanaan dan cinta kepada Tuhan.

Qasidah Rebana: Qasidah merupakan jenis puisi berbahasa Arab yang dinyanyikan dalam musik rebana. Lagu-lagu qasidah rebana berisi pesan-pesan keagamaan dan nilai-nilai moral.

Salawat Nariyah: Salawat Nariyah adalah salah satu salawat yang populer dalam musik rebana. Lagu ini dipuja dan dinyanyikan sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW.[***]

 

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com