HIMPUNAN Pengusaha Muda Indonesia [HIPMI] Sumsel masih banyak kendala Usaha Mikro Kecil dan Menengah [UMKM] untuk naik kelas.
Menurut Ketua HIPMI Sumsel Hermansyah Mastari, kendala pertama, masalah di packing atau kemasan, kedua distribusi, dan stok yang terbatas karena tidak bisa pesan banyak [limited edition].
“Kemasan sangat penting, Seperti contoh menjual makanan biasa, tapi karena packing-nya unik sehingga membuat orang penasaran, semakin banyak orang penasaran semakin banyak pemasaran,”ungkapnya dala Workshop PaDi UMKM yang diselenggarakan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bekerjasama dengan BDP HIPMI Sumsel, di Grand Atyasa Palembang, kemarin.
Oleh sebab itu, lanjut dia, inti dari problem, pelaku UMKM harus melek digital. “Beda dengan dulu yang dimana kita harus memasang di media cetak, tapi sekarang hanya perlu handphone atau endors selebgram produk bisa laris terjual,”terangnya.
Dia menjelaskan pelaku UMKM harus mulai harus sadar digital, yang dulu harus ada tempat, tapi sekarang cukup di rumah saja usaha bisa aman.
HIPMI juga katanya mendorong UMKM dari Kementerian BUMN agar bisa melibatkan UMKM dalam rantai pasok, artinya dalam pembelanjaan pangan jasa jangan dengan vendor itu-itu saja.
Dia berharap agar BUMN bisa melibatkan UMKM kota, dengan demikian UMKM bisa naik kelas, selain itu bisa memulihkan pemerataan dalam sisi penyaluran seperti kredit, arus pasok distribusi, sehingga tidak perlu ke Jakarta lagi.
“Kita merangkul komunitas lokal untuk memasarkan. Dan Kementerian BUMN menyambut baik hingga mensupport penuh acara ini,” katanya.
UMKM menurutnya lagi harus diberi peluang, jika ingin UMKM smart. “Pelakunya UMKM -nya di smart kan terlebih dahulu. Jadi pelaku UMKM diberi tahu bagaimana meningkatkan pemahaman digitalisasi, dari sisi produk, bagaimana pemasaran, sehingga diharapkan UMKM ini tidak hanya memberi bantuan arus pasok ke BUMN, tetapi juga bisa melayani masyarakat.
Saat ini, lanjut Hermansyah, untuk pemahaman digitalisasi, pihaknya hanya perlu meningkatkan sosialisasi.[***]
mir