BANJIR yang terjadi sejak satu minggu yang lalu di Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat, berangsung surut. Namun demikian, tidak ada korban jiwa akibat peristiwa ini.
Banjir yang melanda 10 kecamatan itu dipicu meluapnya bebeberapa sungai di wilayah Kalimantan Barat. Hujan dengan intensitas tinggi mengakibatkan debit air Sungai Kapuas, Sungai Melawi dan Sungai Kayan membanjiri sepuluh kecamatan dengan ketinggian hingga 600 meter pada Sabtu lalu (2/10), pukul 04.00 WIB.
Merespons kejadian tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sintang melakukan kaji cepat dan koordinasi dengan pihak terkait hingga tingkat desa dan kecamatan. BPBD juga mengimbau warga untuk selalu waspada dan siap siaga terhadap bahaya susulan maupun cuaca ekstrem. Menyikapi bencana banjir di sejumlah kecamatan, Pemerintah daerah menetapkan status tanggap darurat melalui Surat Bupati Sintang Nomor 360/1140/KEP-BPBD/2021 yang berlaku selama 14 hari, terhitung sejak 5 hingga 18 Oktober 2021.
BPBD Kabupaten Sintang mencatat lebih dari 8.000 rumah terdampak banjir ini. Data BPBD setempat hingga Sabtu (9/10) terhadap rumah terdampak sebagai berikut, Kecamatan Serawai 2.319 unit, Sintang 1.266, Dedai 1.242, Kayan Hilir 1.200, Ambalau 830, Tempunak 600, Kayan Hulu 600, Sepauk 400, Binjai 300 dan Ketungau Hilir 160. Total rumah terdampak mencapai 8.917 unit.
Banjir menyebabkan 852 KK mengungsi sementara ke tempat yang aman. BPBD masih memutakhirkan jumlah warga yang mengungsi. Data sementara menyebutkan warga mengungsi di Kecamatan Serawai sebanyak 386 KK dan Ambalau 466 KK. Sedangkan total warga terdampak di sepuluh kecamatan tersebut sebanyak 8.917 KK, dengan jumlah terbanyak di Kecamatan Serawai.
Total kerugian yang diakibatkan banjir ini masih dalam proses perhitungan pemerintah daerah setempat, seperti dampak terdampak kerusakan infrastruktur umum, lahan maupun aset warga lainnya.
*Kesiapsiagaan Antisipasi Dampak Cuaca Ekstrem*
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada 9 Oktober 2021 menginformasikan dua siklon tropis tumbuh di belahan bumi utara. Dua siklon tropis tersebut yaitu Lionrock dan Kompasu, yang tumbuh sejak 8 Oktober 2021. BMKG menyebutkan siklon tropis Lionrock maupun Kompasu dalam 24 jam ke depan dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca di Indonesia, salah satunya potensi hujan lebat di wilayah Kalimantan Barat.
Sementara itu, BMKG juga menginformasikan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga berat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang dapat terjadi pada 9 hingga 15 Oktober 2021 di beberapa wilayah provinsi. Selain dampak tidak langsung dari kedua siklon tropis tersebut, BMKG mencatat bahwa cuaca di wilayah Indonesia juga dipengaruhi oleh kondisi atmosfer yang cukup basah dan tingkat konvektivitas yang tinggi.
Berikut ini daftar wilayah dalam pantauan BMKG yang dapat berpotensi hujan sedang hingga lebat serta disertai petir atau kilat serta angin kencang pada 9 hingga 15 Oktober 2021, yaitu Aceh, Sumatra Utara, Riau, Kepulauan Riau, Sumatra Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.
Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan siap siaga, khususnya di tengah pandemi Covid-19, terhadap potensi bahaya hidrometeorologi basah, seperti banjir, banjir bandang dan tanah longsor. Warga dapat mengakses berbagai informasi terkait potensi risiko, bahaya hujan dan gerakan tanah dari institusi resmi seperti BNPB, BMKG dan PVMBG.
Warga perlu memperhatikan protokol kesehatan apabila harus melakukan evakuasi maupun di pengungsian. Khusus di wilayah Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat, hujan dengan intensitas ringan hingga hujan petir masih berpeluang pada hari ini (10/10) dan esok hari (11/10).BNPB (***)