BADAN Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksikan potensi cuaca ekstrem akibat peralihan musim masih akan terjadi hingga sepekan kedepan (11-17 Maret 2021).
“Salah satu ciri umum kejadian cuaca saat periode peralihan musim adalah adanya perubahan kondisi cuaca yang relatif lebih cepat, dimana pada pagi-siang umumnya cerah-berawan dengan kondisi panas cukup terik yang diikuti dengan pembentukan awan yang signifkan dan hujan intensitas tinggi dalam durasi singkat yang secara umum dapat terjadi pada periode siang-sore hari,” ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto.
Terjadinya cuaca ekstrem tersebut, lanjut Guswanto, merupakan efek dari fenomena La Nina. Berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer-laut dari BMKG, La Nina masih dapat berlangsung hingga Mei 2021 mendatang dengan intensitas lemah hingga normal, dimana kondisi tersebut masih dapat berkontribusi pada peningkatan massa udara basah dan lembab di sekitar wilayah Indonesia.
“Saat ini fenomena Monsun Asia masih cukup aktif yang mengakibatkan aliran massa udara dari wilayah Belahan Bumi Utara (BBU) masih dapat berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan terutama di wilayah Indonesia bagian barat,” ujarnya.
Monsun Asia, lanjut Guswanto, mulai memasuki periode pelemahan pada akhir Maret 2021 yang mengindikasikan bahwa periode puncak musim hujan di sebagian wilayah Indonesia mulai berakhir, sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki periode peralihan dari musim hujan ke musim kemarau mulai akhir Maret 2021 ini.
Berdasarkan kondisi tersebut, Guswanto menjabarkan, dalam sepekan ke depan curah hujan dengan Intensitas Lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang berpotensi terjadi di 22 wilayah di Indonesia, yakni Aceh; Sumatera Utara; Sumatera Barat; Banten.
Kemudian Jawa Barat; Jawa Tengah; DI Yogyakarta; Jawa Timur; Bali; Nusa Tenggara Barat; Nusa Tenggara Timur; Kalimantan Timur; Kalimantan Utara; Kalimantan Selatan; Sulawesi Utara; Sulawesi Tengah; Sulawesi Selatan; Sulawesi Tenggara; Maluku; Maluku Utara; Papua Barat; dan Papua.
Ia juga mengingatkan, selama periode peralihan musim tersebut, ada beberapa fenomena cuaca ekstrem yang harus diwaspadai, yaitu hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, Puting beliung, Waterspout, dan Hujan es.
Fenomena hujan es, lanjut Guswanto, merupakan fenomena yang umum terjadi selama periode peralihan musim, hal tesebut dipicu oleh pola konvektifitas massa udara dalam skala lokal-regional yang lebih signifikan selama periode peralihan musim.
Hujan es umumnya dapat terjadi dari sistem awan Cumulonimbus (Cb) yang menjulang tinggi dengan kondisi labilitas udara yang signifikan sehingga dapat membentuk kristal es di awan dengan ukuran yang cukup besar.
Fenomena downdraft (aliran massa udara turun dalam sistem awan) yang terjadi di sistem awan Cb terutama pada saat fase matang dapat menyebabkan butiran es dengan ukuran yang cukup besar dalam sistem awan Cb tersebut turun ke dasar awan hingga keluar dari awan menjadi fenomena hujan es.
“Kecepatan downdraft dari awan Cb tersebut cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan butiran es yang keluar dari awan tidak mencair secara cepat di udara, dan bahkan sampai jatuh ke permukaan bumi masih dalam bentuk butiran es yang dikenal dengan fenomena hujan es,” jelasnya.
Dalam sepekan kedepan, dinamika atmosfer yang diidentifikasi masih dapat berkontribusi cukup signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia adalah teramatinya sirkulasi siklonik di Samudera Pasifik Timur Filipina, dan di Samudera Hindia sebelah selatan Bali – Nusa Tenggara.
“Inilah yang mengakibatkan terbentuknya pola konvergensi dan belokan angin, sehingga dapat meningkatkan pembentukan awan hujan di sebagian wilayah Indonesia, hal tersebut diperkuat dengan adanya fenomena Gelombang Rossby Ekuatorial yang diprediksikan masih cukup aktif di sekitar wilayah Indonesia bagian barat, selain itu kondisi labilitas udara lokal yang signifikan juga dapat meningkatkan potensi konvektifitas dan pembentukan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia,” ucapnya.
Oleh sebab itu BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dll) dan dampak yang dapat ditimbulkannya seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin selama memasuki masa pancaroba tahun ini.[***]
infopublik.id