MEMBENTUK struktur raga dan relung-relung tubuh merupakan kekuatan seorang perupa (pematung). Seperti dikemukakan perupa dunia Auguste Rodin, membentuk raga dan menata tiap detil ruang tubuh harus dilakukan dengan berbagai teknik.Sebab dalam seni rupa, untuk membentuk raga suatu karya dilakukan dengan berbagai teknik sesuai bahan yang digunakan.
Sesuai tradisi para perupa, ketika berkarya sering kali menggunakan berbagai teknik. Untuk membentuk obyek, misalnya, untuk kali pertama perupa melakukan teknik merakit.
Artinya, cara merakit karya itu digunakan kali pertama ketika menghadapi bahan karya. Karena itu Auguste Rodin mampu membangun bentuk patung bernuansa relief dekorasi portal.
Patung fenomenal yang terkenal ia bikin adalah patung The Kiss, pasangan telanjang yang saling berangkulan di tahun 1882.
Mencermati patung “Tenaga Kuda Betina ( stoneware) karya Syamsul Sulpture dari gerabah bakar setinggi 43 sentimeter X 21 sentimeter X 26 sentimeter, yang dibentuknya tahun 2003, cukup menyita perhatian saya.
Dari corak dan gaya karyanya cukup menarik. Sebab struktur bentuk seekor kuda betina berusaha tegar membawa dirinya (bisa jadi dalam keadaan bunting) yang terkesan lemah.
Namun semangat untuk hidup begitu kuat. Karena jiwa “ibu” yang digambarkan Syamsul dalam karyanya memang menyentuh perasaan. Penjiwaan dirinya ketika menggambarkan karya itu dalam bentuk hewan (kuda), sangat dalam. Itu dapat terlihat dari struktur bentuk kuda betina yang lelah berjalan. Namun semangat ibu yang sedang mengandung anaknya, corak karya ini tampak tegar.
Bisa jadi, sebelum karya itu ia bentuk menjadi karya, alam pikir dan perasaan Syamsul Sulpture diboboti misi kuda (betina), bunting, lelah, perut besar dan kondisi payah. Justru dengan penggambaran itu karyanya cukup kuat dan mengagumkan peminatnya. Dapat kita cermati dari detil karyanya ini.
Memang, sebelum berkarya, setidaknya perupa harus mempersiapkan psikologis diri yang akan dilimpahkan ke karyanya. Misalnya karakter kuda dan corak emosional hewan.
Meski itu hanya sebentuk patung, ketika kita membentuk dengan sejumlah persiapan itu, maka hasilnya akan berkarakter kuat. Seperti dikemukakan pematung Patricia Piccinini, penjiwaan itu sangat penting ketika seorang pematung sedang membentuk karyanya. Sebab pembubuhan watak dan penjiwaan yang mengikat perasaan si pematung akan berpengaruh kuat terhadap hasil karyanya.
Pematung Syamsul menorehkan perasaan itu ketika ia merakit bentuk tubuh serta detil di tiap kelokan pada tubuh karya. Misalnya penonjolan otot, sekat persendian, serta uraian bulu kuduk di belakang kepala kuda dan ekornya. Bahkan dilihat dari bentuk kepala, telinga dan mulut kuda terdapat kesan lelah yang berkaitan dengan kondisi kandungan si perutnya.
Memang satu momen dengan momen obyek harus saling berkait. Karena penampilan utuh dari karya itu adalah saking berkait dan mendukung karakter keseluruhan.
Dilihat dari pewarnaan yang dipoles Syamsul ke tubuh kuda cukup menarik. Dari beberapa tonjolan otot tampak lebih kecokelatan sehingga patungnya tampak “hidup” dalam kelelahan karena sang kuda betina sedang mengandung anak.
Sedikit catatan, jika suwiran bulu di ekor kuda lebih ditonjolkan dengan guratan tipis, maka Syamsul akan memperoleh kesempurnaan estetik atas karyanya “Tenaga Kuda Betina”. (**)
Penulis : Anto Narasoma
Tirta Bening, 7 September 2019