CUACA mendung di minggu, akhir pekan ini tak menghalangi niat Muhammad Ridwan untuk melangkah menghadiri undangan PT PLN [Persero] Wilayah W2JB Palembang, Program ‘Beasiswa Cahaya Pintar’.
Ridwan merupakan mahasiswa di Universitas Islam Negeri ( UIN ) Raden Fatah Palembang, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Ia salah satu mahasiswa yang memperoleh beasiswa dari emiten listrik plat merah [BUMN milik pemerintah].
Ia pun mengaku terharu menjadi salah satu mahasiswa yang memperoleh beasiswa tersebut, pasalnya ia bukan dari keluarga yang mampu, melainkan hanya orang desa, dari pasangan Alm. Zainuddin MS dan Sumiati. Ayahnya dulu hanya menggantungkan hidupnya sebagai seorang wiraswasta kecil-kecilan.
Meski pun, ia terlahir dengan keadaannya tuna netra [maaf, buta], namun lelaki kelahiran 1989 Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir [OKI] itu terlihat tak memiliki rasa minder, dalam hidupnya terlihat tetap semangat, senyum dan canda dan penampilan kocak yang ada pada dirinya menjadikan dirinya terus berprestasi.
“Kuliah, ya biasa aja mas, semuanya saya lalui dengan semangat,” ujar Ridwan sembari tersenyum, saat ST mencoba mewawancarainya kisah hidupnya, disela-sela Acara, minggu [12/11/2018].
Menurutnya, ialahir menjadi anak bungsu dari delapan saudara di Desa Pematang Panggang Daerah Mesuji. Ridwan tumbuh dilingkungan desa, sejak kecil diri nya memang sudah mulai membiasakan diri dengan ketidakmampuannya untuk melihat kehidupan di dunia ini.
“Jika ditanya mau jadi apa oleh orang tua dan kakak ?, saya sebutkan sederhana saja, cita-cita saya cuma ingin jadi orang yang berguna, menyiarkan agama Islam, meneruskan apa yang telah Rasullah lakukan semasa ia hidup,” ucap pria yang sudah hafal 5 Juz Al – Qur’an itu.
Ridwan menjelaskan dengan cita-cita sederhana yang ia lontarkan itu, seluruh keluarga terharu karena, meskipun dia sempurna, ia bersemangat. Untuk itu, keluarga menyemangati untuk terus menimbah ilmu.
Akhirnya usai lulus, ia pun masuk UIN yang dahulu ia kenal dari sejak kecil dengan sebutan IAIN Raden Fatah.
“Semangat keluarga itu menjadi saya bersemangat untuk maju,”kenangnya.
Ia menceritakan, prosesnya masuk UIN pun, melalui tes layaknya calon mahasiswa lain, namun karena kondisi fisiknya kuran, dalam tes masuk UIN, Ia ditemani seorang guru Sekolah Luar Biasa [SLB] dengan tujuan membantu membacakan soal tes, dan menuliskan jawaban dari mulut Ridwan.
“Kalau lagi ujian, terkadang saya buat jawaban dengan, huruf braille, dan saya tanyakan ke dosen, apakah langsung dibacakan atau nanti,” ungkapnya.
Kini saya sudah menjadi salah satu mahasiswa UIN, dan hidup menjadi anak kost [ngontrak] dibilangan Jalan Seduduk Putih, Palembang untuk belajar lebih mandiri tanpa orang tua.
Sadar karena ia kekurangan fisik, ia pun hanya menghabiskan sisa waktunya di rumah kontrakan.
Sepi terkadang, katanya menghinggapi dada, namun kesepiannya itu dia manfaatkan untuk mendengar lantunan ayat suci dan lagu – lagu lama dari androidnya, selain itu memainkan keyboard, salah satu keahliannya.
“Itu lah obat sepi itu mas, dengan aktivitas itu menjadi betah,”ungkap pria yang mngaku belum punya pacar ini.
Ia menceritakan lagi, untungnya di zaman now ini, sudah ada moda tranportasi daring Ojek Online, sehingga agak memudahkan ia untuk menuju kampus.
“Ada Ojek, orang seperti saya ini sangat terbantu sekali, namun sayangnya driver ojek masih menganggap sebelah mata dengan orang catat seperti saya, sebab sering di cancel orderan dengan go pay, ntah kenapa?’ keluhnya.
Ia berpesan jika ketemu dengan bos gojek, ia minta sampaikan kepada mitra gojek, agar kiranya, jika mendapat orderan orang cacat, harus dilayani seperti mereka melayani orang yang lebi sempurna.
“Kadan saya saya sudah order dengan go pay namun ditolak,” duka Ridwan sembari tersenyum kecil.
Jika bicara teman, Ridwan mengaku semua teman kuliahnya sangat menghargai kondisi fisiknya. “Semua memperlakukan dengan baik, walaupun memang hanya 1 teman baik yang bisa dia dapat selama 5 semester di UIN ini.
Ridwan melajutkan suka dukanya, selama tinggal di Palembang dan menimbah ilmu. Ia berharap juga ada seorang reader atau pembaca untuk membacakan buku mata kuliahnya,” ungkap Ridwan yang mengaku sudah tidak punya ayah lagi ini.
Saya lulus tes saja dan masuk di UIN ini sudah alhamdulillah, kalau berkeinginan menimba ilmu lagi setelah di UIN, saya nurut kata ibu saya saja mas, ibu tidak ingin jauh dari saya, walau sekarang sebenarnya jauh,” terangnya Ridwan yang menargetkan harus lulus kuliah pada 2020.
Beasiswa PLN
Sebelumnya, PT PLN [Persero] W2JB melalui Yayasan Baitul Maal [YBM] menyalurkan beasiswa kepada anak-anak yang kurang mampu di Palembang melalui program ‘Program Beasiswa Cahaya Pintar’.
“Ini, acara pembekalan untuk anak-anak penerima beasiswa Yayasan Baitul Maal (YBM) dan PLN Wilayah S2JB untuk anak SD- perguruan tinggi, ” ujar Noval, Manajer Bidang Amil dan Zakat YBM.
Dia menjelaskan, program beasiswa ini sudah tiga tahun dilaksanakan, namun beasiswa untuk mahasiswa baru tahun ini dilaksanakan. Tahun ini program tersebut disalurkan kepada 338 pelajar/mahasiswa, dengan rincian SD 110 siswa, SMP 99, SMA 114 dan mahasiswa 15 orang.
Menurutnya program ini harus tepat sasaran oleh sebab itu PLN bekerjasama dengan YBM. “Harus mampu menjamah tangan-tangan yang memang semestinya merasakan program ini, dari proses seleksi administrasi hingga wawancara. Setiap 1 bulan sekali para siswa diberi bimbingan yang sekarang pembimbingnya dari kakak – kakak mahasiswa yang menerima beasiswa juga,”urainya.
Selain itu, noval menambahkan PLN melalui YBM memberikan metode bimbingan di Masjid Nurul Ikhwan diantara penerima beasiswa, tujuannya saling mengingatkan dan meningkatkan persaudaraan, serta kekeluargaan.[**]
Penulis : Faldy