ORANG bilang “pindah kerja itu rezeki”, maka buat Dr Apriyadi MSi, rezekinya bukan kaleng-kaleng. Setelah puluhan tahun jadi penggawa di Pemkab Musi Banyuasin (Muba), kini beliau resmi naik pangkat ke level provinsi sebagai Asisten Pemerintahan dan Kesra Pemprov Sumsel. Tapi jangan salah, walau berangkat ke Palembang, aroma kopi dan getah karet Muba tetap nempel di hatinya.
Acara pengantar tugas yang digelar Rabu (5/11/2025) diwarnai suasana haru tapi juga bangga. Semua Kepala Dinas, ASN, sampai staf paling ujung ikut hadir.
Maklum, Apriyadi ini bukan sembarang pejabat—ia sudah lebih dari 33 tahun nguli di pemerintahan Muba, dari bawah sampai Sekda. Udah kayak pepatah lama “Semakin tinggi pohon, makin kencang angin yang menerpa, tapi akarnya tetap di tanah asalnya”.
Bupati Muba HM Toha Tohet SH pun angkat topi. Dengan nada campur antara bangga dan sedih, beliau bilang “Kami yakin pak Apriyadi akan jadi jembatan kuat antara Pemkab Muba dan Pemprov Sumsel”.
Nah, kata “jembatan” ini menarik. Karena sejatinya, birokrat seperti Apriyadi itu memang jembatan bukan tembok. Ia menghubungkan, bukan memisahkan.
Ia menyambung niat baik, bukan memutus silaturahmi kerja. Kalau birokrasi itu jalan tol, maka Apriyadi-lah gardu pintu tol yang selalu senyum meski tiap hari diserbu kendaraan bernama laporan dan disposisi.
Toha Tohet juga tak lupa menegur halus para OPD “Jangan sampai selepas tugas pak Apriyadi ini, kinerja malah melandai. Harus tetap solid”
Bahasanya sopan, tapi maknanya dalem “Bos boleh pindah, tapi semangat jangan ikut pindah”.
Karena dalam pemerintahan, jabatan boleh berganti, tapi pengabdian harus abadi.
Yang bikin suasana makin sendu, ternyata Bupati dan Apriyadi bukan cuma rekan kerja, tapi sudah seperti keluarga. Orang tua mereka dulu bersahabat. Lah, pantes aja acara itu berasa kayak melepas anak ke rantau campur antara bangga dan haru.
Sementara Apriyadi sendiri tampil kalem seperti biasa. Dengan gaya khasnya yang tenang tapi mantap, ia bilang “Saya bangga pernah mengabdi di Muba selama 33 tahun. Dan meski sudah di Pemprov, Muba tetap prioritas saya”.
Ini baru pejabat yang tahu diri dan tahu asal, bukan tipe yang setelah naik jabatan langsung lupa tanah kelahiran. Karena pepatah tua bilang, “Air laut takkan asin kalau tak ada garamnya”. Begitu juga karier Apriyadi takkan harum kalau bukan karena Muba yang membesarkan.
Kalau diibaratkan drama, kisah ini bukan perpisahan, tapi babak baru. Dari Sekda Muba menjadi Asisten Sumsel, itu bukan sekadar ganti meja dan gedung. Itu evolusi tanggung jawab. Dan kalau kita bicara Sumsel hari ini, butuh banyak jembatan seperti Apriyadi yang tahu cara menyeberangkan program tanpa tercebur ke politik atau ego sektoral.
Kadang, dalam hidup birokrasi, kita harus belajar dari getah karet Muba, kalau ditekan, malah keluar manfaatnya. Apriyadi mungkin “diperas” oleh tanggung jawab baru, tapi hasilnya bakal mengikat banyak pihak dalam kerja sama yang lebih kuat.
Dunia pemerintahan memang bukan tempat buat yang baperan. Tapi dengan figur seperti Dr Apriyadi MSi, yang sabar, loyal, dan tahu kapan harus menunduk saat badai, Pemkab Muba bisa tenang. Karena jembatan ke Pemprov Sumsel kini dijaga oleh orang yang bukan cuma punya jabatan, tapi juga punya jibaku, jiwa bakti.
Seperti kata Bupati Toha, “Kami terharu, tapi juga bangga”
Dan bagi warga Muba, mungkin mereka akan bilang, “Pergilah, Pak Apriyadi, tapi jangan jauh-jauh dari hati kami”.
Apriyadi Muba, Pemkab Muba, Asisten Pemerintahan dan Kesra Sumsel, HM Toha Tohet, ASN Muba, Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin, karier birokrat Sumsel.[***]