Inspirasi

“Remaja Putri Palembang Belajar Bisnis & Inggris ala Sultan Digital!”

ist

PEPATAH bilang, “Tak kenal maka tak sayang”, mungkin inilah momen yang pas untuk remaja putri Panti Asuhan Putri Humairah mengenal dunia baru, bahasa Inggris dan bisnis pangan lokal. Pada hari Minggu, 2 November lalu, suasana panti asuhan di Kota Palembang mendadak rame seperti pasar menjelang Lebaran. Tapi kali ini bukan jualan ketupat atau dodol, melainkan ilmu, kreativitas, dan nugget tempe!.

Tim Pelaksana Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari Universitas Indo Global Mandiri hadir dengan misi yang cukup ambisius,  membekali remaja putri dengan keterampilan bahasa Inggris fungsional, literasi digital, dan inovasi kewirausahaan pangan lokal. Jangan salah, ini bukan sekadar kuliah dadakan ala Zoom yang bikin ngantuk, tapi praktek langsung dengan suasana belajar yang hidup dan penuh canda tawa.

Kolaborasi lintas fakultas antara FKIP dan FIPB menjadi bumbu utama kegiatan ini, seperti sambal yang pas di lidah, perpaduan akademisi dari dua fakultas ini membuat program terasa komplet.

Dosen bahasa Inggris siap mengasah percakapan, sementara dosen kewirausahaan mengajari cara bikin nugget tempe sampai strategi branding sederhana. Hasilnya? Remaja putri bukan cuma bisa bilang “How are you?”, tapi juga bisa menjawab, “I can sell my tempe nugget online, boss!”

Pelatihan terbagi menjadi empat sesi, tiga sesi pertama fokus pada Bahasa Inggris fungsional. Mulai dari percakapan praktis, vocabulary sampai games seru yang bikin peserta ketawa sampai perut kram.

Juga, narasumbernya bukan main-main, Jaya Nur Iman, Nike Agraini, dan Dita Rizki Anggraini, dosen-dosen FKIP UIGM yang berhasil mengubah papan tulis jadi panggung drama mini.

Analisis singkat metode yang interaktif ini bukan hanya menumbuhkan kemampuan bahasa, tapi juga percaya diri dan keberanian peserta untuk berbicara di depan umum.

Sesi terakhir adalah pelatihan kewirausahaan pangan lokal. Di sinilah nugget tempe jadi bintang utama. Peserta belajar cara membuat, mengemas, dan memasarkan produk.

Analogi sederhananya, mereka seperti tukang sulap bahan sederhan, dan disulap menjadi produk menarik siap jual. Tak hanya itu, mereka juga belajar strategi branding digital, literasi digital yang bikin remaja zaman now siap bersaing. Inilah cara cerdas mengenalkan ekonomi kreatif berbasis komunitas sejak dini.

Hasilnya? dari kuisioner yang dibagikan tim PKM, 85% peserta berhasil menguasai materi dan membuat nugget tempe secara mandiri. Cukup impresif untuk anak-anak yang sehari-harinya mungkin lebih akrab dengan buku cerita daripada dashboard e-commerce. Tapi yang lebih penting, nilai moralnya jelas “Ilmu yang dipraktikkan adalah ilmu yang menyejahterakan”.

Agen perubahan

Selain hasil nyata, program ini menekankan literasi digital dan kolaborasi komunitas. Nantinya, tim PKM berencana mendirikan Community Learning Center di Palembang.

Konsepnya sederhana tapi jitu, jadi jembatan bagi remaja untuk terus belajar Bahasa Inggris, digital marketing, dan kewirausahaan pangan lokal. Bisa dibilang, ini bukan cuma “sekadar pelatihan”, tapi investasi masa depan generasi muda yang siap bersaing di era digital.

Kalau dianalisa, program ini punya tiga keunggulan utama, yaitu praktik langsung, teori langsung dicampur praktik, bikin belajar lebih menyenangkan.

Selain itu, kolaborasi lintas akademisi, FKIP dan FIPB bersatu, membuktikan bahwa kerja sama itu bukan cuma jargon kampus, dan pendekatan berkelanjutan, misalnya Community Learning Center jadi pondasi untuk kegiatan yang terus hidup, bukan sekadar acara sehari.

Oleh karena itu, membaca kegiatan ini seperti menonton film komedi edukatif, ada tawa, ada pelajaran hidup, dan ada momen “wow, aku juga bisa”. Ini membuktikan bahwa pendidikan tidak harus kaku dan membosankan, bahkan bisa jadi arena dagelan yang bikin ilmu menempel di kepala.

Program PKM UIGM ini menggabungkan literasi digital, bahasa Inggris, dan kewirausahaan pangan lokal dengan cara yang humanis dan kreatif. Ilmu, kreativitas, dan keberanian bisa tumbuh bersama jika diberi wadah yang tepat.

Jadi, jangan heran, jika suatu hari nanti ada remaja putri Palembang yang bilang, “Aku bisa bikin nugget tempe, pasarkan online, dan ngomong bahasa Inggris dengan lancar!”.

Program ini menunjukkan  generasi muda bisa menjadi agen perubahan, asal diberikan kesempatan dan sarana yang tepat. Jadi, kalau ada yang bilang belajar itu membosankan, tinggal tunjukkan saja nugget tempe sambil bilang, “Ini hasil belajar yang bikin perut kenyang dan otak cerdas!”.[***]

Terpopuler

To Top