PERANG melawan TBC tak lagi pakai jarum suntik atau jargon medis. Nah, di Palembang kali ini, pasukan daster alias ibu-ibu PKK Kota Palembang turun tangan, lengkap dengan senjata andalan telur dan susu!
Ya, bukan sembarang bantuan, tapi strategi gizi buat mendukung kesembuhan pasien TBC yang sedang berjuang lawan penyakit membandel ini.
Jumat (31/10/2025), Ketua Tim Penggerak PKK Kota Palembang, Dewi Sastrani Ratu Dewa, bersama Dinas Kesehatan Kota Palembang, membagikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada pasien Tuberkulosis (TBC) di Puskesmas Sematang Borang.
“Hari ini kita berikan bantuan berupa asupan makanan bergizi untuk pasien TBC,” kata Dewi sambil membagikan paket telur dan susu dengan senyum khas emak-emak Palembang. Tapi di balik itu, misinya serius memperkuat gizi agar pasien TBC bisa sembuh tuntas dan tak putus pengobatan.
PKK Palembang menyalurkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada 200 pasien TBC di 17 kecamatan se-Kota Palembang.
Setiap pasien menerima 2 kilogram telur ayam dan 2 kotak susu tinggi protein, dibagikan dua tahap Oktober dan November 2025.
“Dengan pemberian PMT ini, kami berharap status gizi pasien TB meningkat dan mereka bisa menuntaskan pengobatan hingga sembuh,” jelas Dewi.
Karena seperti kata pepatah, “tubuh yang kuat adalah separuh obat.”
TBC memang tak bisa dilawan dengan semangat doang, tapi tanpa semangat dan asupan bergizi, obat juga tak banyak artinya.
Berdasarkan laporan Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB), triwulan ketiga tahun 2025 mencatat 3.506 kasus TBC di Palembang. Dari jumlah itu, 2.743 pasien TBC masih menjalani pengobatan, dengan 37,33 persen perempuan dan 3,76 persen anak-anak usia 0–14 tahun.
Angka itu bukan main-main, tapi jadi alasan kenapa PKK Palembang ikut turun gelanggang.
“Kami ingin membantu agar pasien TBC tetap semangat, punya gizi cukup, dan tidak kehilangan harapan,” kata Dewi.
Ibarat kata orang tua, “kalau satu tangan gak cukup, panggil tetangga” melawan TBC juga begitu harus ramai-ramai, bukan sendiri-sendiri.
Masalah lain yang sering muncul adalah stigma terhadap penderita TBC. Banyak masyarakat masih takut berdekatan dengan pasien, padahal penyakit ini bisa disembuhkan dengan pengobatan rutin dan dukungan moral.
“Kami mengajak masyarakat untuk tidak memberi stigma negatif terhadap penderita TBC. Mereka butuh kasih sayang dan dukungan, bukan jarak dan cibiran,” ujar Dewi tegas.
Karena kalau pasien dijauhi, semangatnya bisa lebih drop dari kadar hemoglobin.
Padahal, kata pepatah, “yang sakit bukan cuma badan, tapi juga hati kalau tak ada yang peduli”.
Langkah PKK Palembang ini jadi bukti bahwa melawan penyakit TBC bukan cuma urusan dokter dan puskesmas. Tapi juga soal gotong royong, kepedulian, dan sepiring telur rebus yang penuh harapan.
“Gunakan PMT ini sebaik-baiknya, semoga cepat sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasa,” pesan Dewi sebelum meninggalkan lokasi.
TBC memang masih jadi PR besar di Palembang, tapi bukan tak mungkin akan terkalahkan kalau semua ikut ambil peran.
Seperti pepatah wong kito, “selagi masih ada niat dan nasi, dak ado yang dak biso”
Dan siapa tahu, dari telur dan susu inilah, semangat Palembang bebas TBC mulai mene.[***]