BARANG ilegal itu seperti air deras yang tiba-tiba menggenangi pemukiman, Gubernur Herman Deru dan tim Bea Cukai Sumatera Bagian Timur hari ini jadi “bendungan super” yang menahan arus. Dari rokok sampai minuman keras, semuanya diperiksa dengan teliti, dipilah, dan akhirnya dimusnahkan. Eh, jangan salah ya, ini bukan sekadar seremoni atau gaya-gayaan. Ini upaya nyata melindungi masyarakat dan negara dari kerugian yang bisa bikin kepala pusing tujuh keliling, bahkan lebih pusing dari mikirin saldo ATM pas akhir bulan.
Bayangkan, nilai total barang yang dimusnahkan Rp19,32 miliar, dengan potensi kerugian yang berhasil diselamatkan lebih dari Rp10,44 miliar. Barang-barangnya macam-macam, rokok ilegal, minuman beralkohol, pakaian bekas, dan berbagai barang larangan lainnya. Kalau kamu lagi pusing mikirin kerjaan, cukup lihat proses pemusnahan ini, seperti melihat kapal lewat di Sungai Musi, stres ikut hanyut, ide segar datang seperti jembatan baru yang tiba-tiba nongol di tengah sungai.
Gubernur Herman Deru sendiri memberi apresiasi tinggi kepada jajaran Bea Cukai Sumbagtim atas kinerja luar biasa sepanjang tahun. Menurut beliau, sinergi lintas sekto TNI, Polri, dan instansi terkait adalah kunci supaya arus barang ilegal bisa ditekan.
“Kalau kerja sendiri, seperti menambal bocor sungai pakai sedotan. Kerja bareng, baru deh arus bisa tertahan,” ujarnya dengan banyolan khas yang bikin beberapa pejabat tersenyum sambil menahan tawa.
Dalam laporannya, Kepala Kantor Wilayah DJBC Sumatera Bagian Timur, Agus Yulianto, menyebutkan, sepanjang tahun 2025, pihaknya mencatat capaian gemilang mulai dari penerimaan negara, pelayanan industri, hingga pengawasan dan penegakan hukum.
Bisa dibayangkan, tiap rokok ilegal atau botol minuman keras itu seperti “monster kecil” yang kalau dibiarkan bebas, bakal bikin pusing siapa pun. Untungnya, hari ini semua monster itu “dikandangkan” dengan metode yang tegas tapi tetap kocak.
Eh, kamu mungkin mikir, “Ini kan urusan aparat, aku ngapain peduli?” Tenang, jangan salah. Peraturan dan pengawasan ini juga bikin kamu aman. Barang legal dan cukai sesuai aturan artinya harga wajar, kualitas terjamin, dan masyarakat nggak dirugikan. Jadi, sebenarnya kamu juga ikut andil, cukup dengan bijak membeli dan memastikan legalitas barang.
Kalau dipikir-pikir, acara pemusnahan ini bisa dijadikan “hiburan edukatif”. Bayangkan rokok ilegal saling menatap satu sama lain, berpikir, jangan salah, kita bakal kena imbas!. Minuman keras mengangguk, pakaian bekas pun ikut ciut. Suasana sempat bikin beberapa pejabat membayangkan kalau barang-barang itu bisa ngomong, mungkin mereka bakal protes, kenapa aku duluan?
Ada momen lucu ketika petugas memusnahkan tumpukan rokok ilegal. Salah satu pejabat sempat berkomentar, “Kalau rokok ini punya nyawa, pasti sekarang lari ketakutan ke Sungai Musi!” Semua tertawa, termasuk Gubernur. Suasana seperti ini bikin orang sadar, penegakan hukum nggak selalu kaku, bisa dengan sentuhan humor supaya lebih nyantol di kepala.
Minuman keras pun tak kalah lucu, dibayangkan seperti “tamu tak diundang” yang harus pergi. Kepala DJBC menggambarkan, “Kalau minuman keras ini bisa ngomong, pasti minta maaf karena sudah bikin pusing orang yang nggak bersalah”. Pembaca pasti bisa membayangkan botol-botol itu seperti karakter komik yang diseret ke ‘panggung kehancuran’.
Kamu bisa belajar dari semua ini, jangan coba-coba main barang ilegal. Pepatah lama bilang, “Sedia payung sebelum hujan,” dan di sini bisa diartikan “Cek legalitas sebelum beli, biar nggak ikut dimusnahkan.” Barang ilegal hari ini dimusnahkan, rakyat senang, negara aman, dan aparat tersenyum puas.
Kalau semua ikut patuh, arus barang ilegal pun ikut hanyut seperti air sungai yang mengalir tanpa bikin repot siapa pun. Jadi, bukan hanya cerita kocak dan angka wow, tapi juga pelajaran nyata kerja sama, disiplin, dan sedikit humor bisa bikin aturan lebih mudah diterima masyarakat.
Jadi, kalau kamu lagi bingung atau stress, jangan langsung cari kopi. Lihatlah bagaimana rokok ilegal dan minuman keras “berpamitan” di tangan aparat, siapa tahu hatimu ikut tenang, ide segar muncul, dan kamu tersenyum sendiri sambil berkata, “Hidup di Sumsel memang penuh warna, tapi tetap aman kalau semua patuh aturan”.[***]