Sosial

DWP Palembang Bahas HIV, Arisan Kalah Gengsi!

ist

TAS tangan mengilap, kue tampah berjejer, tawa renyah ibu-ibu terdengar di sudut ruangan Parameswara, Sekretariat Daerah Kota Palembang, dari luar, suasananya mirip arisan kelas premium, tinggal nunggu nomor undian keluar dan suara “yeay” kecil yang khas dari para pemenang doorprize. Tapi tunggu dulu, kerena lima menit kemudian, di layar proyektor muncul tulisan besar yaitu “Sosialisasi Pencegahan HIV/AIDS”.

Suasana jadi langsung hening,  bukan karena bosan, tapi karena topik ini gak biasa, di tengah rutinitas rapat dan urusan rumah tangga, ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kota Palembang hari itu diajak ngomongin hal yang sering dianggap tabu tentang HIV/AIDS.

“Ulang tahun DWP bukan cuma soal potong tumpeng, tapi juga potong rantai penyebaran penyakit,” kata Ketua DWP Kota Palembang, Ida Royani, membuka acara dengan senyum lebar tapi suara yang tegas.

Hari itu, Selasa (21/10/2025), DWP Palembang menggelar pertemuan rutin sekaligus sosialisasi pencegahan HIV/AIDS. Acara ini dihadiri para pengurus dan anggota dari berbagai perangkat daerah di lingkungan Pemkot Palembang. Bukan cuma ramai, tapi juga hidup, karena setiap sesi diselingi diskusi, tanya jawab, bahkan candaan ringan khas emak-emak cerdas yang tahu kapan harus serius dan kapan bisa tertawa.

Selama ini, DWP identik dengan kegiatan seremonial, pertemuan rutin, lomba masak, dan acara perayaan ulang tahun. Tapi belakangan, organisasi ini lagi naik kelas. Mereka gak mau sekadar eksis di papan nama, tapi benar-benar punya dampak sosial.

“Banyak masyarakat yang masih salah paham tentang HIV. Ada yang takut, ada yang salah kaprah soal cara penularannya. Padahal, pengetahuan itu kunci pencegahan,” ujar Ida.
Menurutnya, ibu-ibu DWP punya peran penting sebagai penyampai informasi, baik di kantor, lingkungan rumah, maupun komunitas sekitar.

DWP Palembang bahkan udah lebih dulu menggelar kegiatan SADANIS, pemeriksaan payudara sendiri dan deteksi dini kanker payudara bekerja sama dengan RS Siloam Palembang.
“Tujuan kami sederhana, biar ibu-ibu gak cuma sibuk ngurus rumah dan suami, tapi juga sadar pentingnya menjaga kesehatan diri sendiri,” tambah Ida.

Tak berhenti di situ, DWP Palembang juga udah menyiapkan menu kegiatan sehat berikutnya. Awal bulan depan, mereka bakal turun ke jalan buat jalan santai dan aksi bersih lingkungan di beberapa area publik.

“Sekalian bakar kalori, sekalian bakar semangat,” celetuk salah satu anggota DWP sambil disambut tawa peserta lain.
Suasana memang cair. Tapi di balik canda, ada semangat serius untuk berbuat nyata.

Ida bilang, kegiatan seperti ini bukan cuma simbol, tapi langkah kecil yang bisa berdampak besar. “Kami ingin DWP dikenal bukan hanya sebagai organisasi pendamping ASN, tapi juga penggerak perubahan sosial. Karena perempuan itu bukan hanya pendukung, tapi juga pelaku,” tegasnya.

DWP memang unik, di satu sisi, mereka kumpulan istri ASN yang kesehariannya sibuk di rumah, ngurus anak, dan jadi backstage hero buat suami. Tapi di sisi lain, mereka juga mulai tampil ke depan, jadi agen perubahan sosial lewat kegiatan edukatif dan kemasyarakatan.

Sosialisasi HIV/AIDS ini misalnya, membuktikan bahwa ibu-ibu gak kalah tangguh dalam urusan menyelamatkan generasi. Karena faktanya, banyak penularan HIV terjadi akibat kurangnya pemahaman dan masih tingginya stigma di masyarakat.
Dan siapa lagi yang lebih efektif menyebarkan informasi selain kaum ibu yang tiap hari bersentuhan langsung dengan keluarga dan lingkungan?

“Dharma Wanita bukan cuma tempat silaturahmi, tapi wadah untuk berbagi ilmu dan kepedulian,” ujar Ida dengan nada penuh keyakinan.

Beberapa peserta yang ditemui usai acara mengaku kegiatan seperti ini bikin mereka sadar, edukasi kesehatan itu bukan hal yang jauh dari keseharian.
“Saya jadi tahu banyak soal HIV/AIDS. Ternyata gak semenakutkan yang dibayangkan, asal kita tahu cara pencegahannya,” kata Yuni, salah satu peserta sambil merapikan jilbabnya.
Yang lain menimpali, “Biasanya kami bahas menu atau kegiatan sosial, sekarang bahas virus! Tapi seru, karena banyak hal baru yang kami pelajari”.

Dan begitulah, dari ruang Parameswara hari itu, semangat baru lahir  bahwa menjadi istri ASN bukan cuma soal mendampingi, tapi juga berkontribusi.

Menjelang akhir acara, Ida Royani menutup dengan pesan yang cukup membekas. “Mari jadikan momen ulang tahun DWP ke-26 ini sebagai pengingat bahwa kita punya peran besar. Perempuan bisa jadi jembatan informasi, penopang keluarga, sekaligus penggerak perubahan,” katanya.

Para ibu mengangguk pelan, ada yang tersenyum, ada yang mencatat, dan ada pula yang tampak sibuk merekam lewat ponsel. Tapi satu hal jelas DWP Palembang telah memberi contoh bahwa organisasi perempuan bisa tetap anggun tanpa kehilangan ketajaman berpikir.

Di luar ruangan, aroma kopi dan kue lapis legit masih menggoda. Tapi kali ini, bukan itu yang jadi bahan obrolan di meja-meja kecil. Yang dibicarakan adalah HIV, kesehatan, dan rencana jalan santai bulan depan. Siapa bilang ibu-ibu cuma jago gosip? Nyatanya, mereka juga bisa jadi influencer kesehatan versi dunia nyata.[***]

Terpopuler

To Top