BIASANYA emak-emak ke Surabaya cari oleh-oleh lapis legit, kali ini Wakil Wali Kota Palembang, Prima Salam, malah datang buat cari “oleh-oleh” yang lebih serius, yakni resep bikin layanan publik jadi nggak ribet, sistem jaringan gas biar emak-emak bisa masak tanpa drama, plus cara bikin reklame kota rapi tapi tetap setor duit ke kas daerah.
Kunjungan kerja ini berlangsung Selasa (30/9/2025) di Ruang Rapat Wali Kota Surabaya, rombongan Palembang disambut hangat oleh Agus Imam Sonhaji, Staf Ahli Wali Kota Surabaya Bidang Pembangunan, Ekonomi, dan Keuangan. Bedanya dengan penyambutan study tour sekolah, kali ini nggak ada teriakan “ayo foto bareng!” di depan Tugu Pahlawan, tapi suasananya tetap penuh rasa ingin tahu.
Topik pertama yang bikin heboh adalah jaringan gas kota, Surabaya udah lebih dulu pakai sistem ini, jadi warganya bisa masak tanpa rebutan gas 3 kilo di warung sebelah.
Prima Salam langsung ngebayangin, kalau ini bisa diterapkan di Palembang, mungkin emak-emak lagi goreng pempek bisa lebih tenang. Nggak perlu panik gas habis di tengah jalan, apalagi saat ada tamu mendadak datang.
“Surabaya sudah terbukti menghadirkan sistem terintegrasi, kami ingin membawa semangat itu ke Palembang, tentunya disesuaikan dengan kondisi masyarakat,” ujar Prima Salam dengan wajah serius, meskipun di kepala warga yang dengar mungkin langsung muncul bayangan emak-emak antre tabung gas sambil ngomel.
Kalau urusan gas buat isi perut, reklame urusannya isi kas daerah, nah, ini juga jadi topik hangat.
Di banyak kota, reklame sering tampil lebih ngotot daripada lampu lalu lintas, ada yang gede banget sampai nutupin pohon, ada yang tulisannya burem kayak soal ujian Matematika, bahkan ada yang posisinya miring kayak menara Pisa.
Prima Salam menekankan, reklame itu bukan cuma soal iklan, tapi juga wajah kota. “Kalau tata kelolanya rapi, bukan hanya enak dipandang, tapi juga bisa menambah pendapatan asli daerah,” jelasnya.
Artinya, Palembang nggak mau lagi punya reklame yang bikin warga bingung ini iklan atau mural iseng. Targetnya, reklame bisa tetap cuan-able tapi tetap bikin kota terlihat estetik, bukan kayak timeline medsos penuh iklan.
Agus Imam Sonhaji sebagai tuan rumah menyambut positif kedatangan tamu dari Palembang, ia bilang Surabaya selalu terbuka buat berbagi pengalaman.
“Kalau ada yang bisa diadaptasi, silakan, yang penting disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat masing-masing,” ujarnya kalem, tapi kalau diterjemahkan ke bahasa dagelan kira-kira “Silakan contek, tapi jangan plek-plekan, nanti nggak lulus sensor guru”.
Meski gaya ngobrolnya santai, kunjungan ini punya misi serius, tiga target utama Palembang setelah pulang dari Surabaya adalah, pertama, pelayanan publik jadi gampang, biar ngurus izin nggak kayak main game escape room yang bikin pusing. Kedua, energi makin efisien. Dengan jaringan gas, dapur warga lebih tenang, nggak drama gas bocor di tengah acara arisan dan ke tiga, reklame tertib dan cuan, kota jadi rapi, PAD tetap naik, warga nggak silau lihat baliho gede yang nutupin langit.
Kalau dilihat sepintas, kunjungan ini memang mirip study tour, bedanya, anak sekolah biasanya pulang bawa gantungan kunci atau foto di depan ikon kota, sementara rombongan Pemkot Palembang harus bawa pulang oleh-oleh berupa ilmu.
Warga Palembang pun tentu berharap, hasil belajar ini bukan cuma berakhir di postingan Instagram resmi Pemkot dengan caption panjang, tapi benar-benar jadi perubahan nyata.
Karena kalau pelayanan publik masih ribet, warga lebih gampang daftar paket internet ketimbang bikin izin usaha. Kalau reklame masih semrawut, jalan kota bisa mirip bazar iklan gratis, dan kalau jaringan gas belum ada, emak-emak tetap rebutan tabung gas tiap subuh.
Kunjungan kerja ini diharapkan jadi awal kerja sama lebih erat antara Palembang dan Surabaya, dan bagi Prima Salam, oleh-oleh yang paling penting bukan rawon atau kaos “I Love Surabaya”, tapi inspirasi inovasi, karena di era sekarang, kota yang keren itu bukan yang banyak mall, tapi yang warganya bisa ngurus izin kayak belanja online, yakni cepat, jelas, dan transparan.
Kalau semua target ini jalan, bisa jadi nanti giliran Surabaya yang study tour ke Palembang. Tapi tentu aja, dengan gaya khas, bukan sekadar jalan-jalan, melainkan sama-sama belajar demi bikin hidup warganya lebih gampang.[***]