Properti

“Hidup Dekat Stasiun, Rumah Susun Terintegrasi, Naik Kereta Tinggal Lompat, Sarapan Masih Bisa Sambil Tidur!”

foto : pkp.go.id

MISALNYA ente bangun tidur jam 6 pagi, alarm nggak perlu disetel karena suara kereta sudah jadi backing track pagi ente, bangun, celingak-celinguk, dan voila!, stasiun cuma selemparan sandal jepit. Itu bukan mimpi, tapi bayangan masa depan yang lagi dirancang Fahri Hamzah & Hashim Djojohadikusumo bareng manajemen baru PT KAI.

Rumah susun terintegrasi ini bikin warga kota nggak cuma hemat waktu, tapi hidup kayak cheat code di game, semuanya serba gampang, semuanya serba dekat. Dari balkon rumah, kamu bisa liat kereta lewat sambil nyeruput kopi panas, anak-anak lari-lari ke stasiun tanpa takut ketabrak (karena perencanaan TOD super matang), dan ibu-ibu belanja sayur sambil nyanyi lagu TikTok.

Di rumah susun ini, rutinitas sehari-hari jadi kayak adegan film komedi jam 6:02 kereta lewat, kamu baru selesai gosok gigi tapi masih sempat bikin kopi di teko mini, lalu anak-anak lari ke stasiun sambil teriak “Papa, lihat keretanya!” dan tetangga cuma senyum, karena mereka juga setiap pagi jadi penonton live show gratis, kemudian ibu-ibunya belanja di kios bawah sambil bilang, “Hari ini naik kereta, besok naik kereta lagi, hidupku kayak TikTok nonstop, tapi nggak capek!”

Pepatah baru warga “Kalau rumahmu dekat rel, jangan heran kalau tetanggamu kereta juga”

Sebelumnya, lahan PT KAI di sepanjang rel sering dianggap cuma “jalan kereta doang”, kayak lemari tua penuh debu. Tapi Fahri Hamzah menegaskan, “Kalau cuma dibiarkan kosong, sama aja punya harta karun tapi nggak digali.”

Bayangin kalau setiap meter persegi lahan rel itu jadi rumah susun rakyat, ibarat dapat cokelat di lemari, tinggal diolah sedikit, semua senang. Tidak hanya memperbanyak hunian, tapi juga bikin warga lebih dekat dengan transportasi publik, hemat waktu, hemat energi, dan kota jadi lebih ramah.

Konsep TOD ini ibarat duet maut antara Batman & Robin, tapi versi nyata untuk kesejahteraan masyarakat. Rumah susun bukan sekadar beton bertingkat kalau direncanakan matang, ini bisa jadi solusi hidup karena warga nggak perlu macet tiap pagi, tinggal duduk manis di kereta sambil scroll TikTok atau ngobrol santai selain itu anak-anak bisa sekolah lebih cepat tanpa tersesat di jalan raya, bahkan ibu-ibu bisa belanja sambil hemat bensin, karena semuanya tinggal jalan kaki ke stasiun.

Sri Haryati, Dirjen Perkotaan, dalam keterangan rilis dilaman pkp.go.id bilang, “Kita harus detail hitung kebutuhan, peruntukan hunian, sekaligus dampak ekonomi. Kalau nggak, rumahnya kayak mie instan basi: terlihat enak, tapi nyesek di lidah dan kantong!”

Kalau TOD diterapkan di seluruh kota, kehidupan warga bisa absurd tapi menyenangkan, karena  pagi-pagi, bapak-bapak jogging sambil ngejar kereta… eh, sebenarnya kereta nggak kejar dia, tapi dia yang keburu ketinggalan jadwal rapat, lantas tetangga yang biasanya ketemu cuma saat banjir sekarang ketemu tiap pagi di stasiun, ngobrol sambil sarapan roti bakar dan  kucing kampung ikut bahagia, karena dari jendela rumah, bisa liat manusia sibuk tapi tertib naik kereta bukan ngejar mobil di jalanan macet.

Semua ini bisa terjadi kalau perencanaan TOD matang, kolaborasi antara PKP, PT KAI, pemerintah daerah, dan swasta berjalan mulus. Seandainya lahan rel PT KAI ibarat cokelat di lemari tua nggak dimanfaatkan, mubazir kalau diolah, bisa bikin semua orang tersenyum.

Rumah susun tanpa akses transportasi ibarat mie instan tanpa air panas percuma, dan tinggal dekat rel bukan cuma soal lokasi, tapi soal praktis, hemat waktu, dan bahagia.

Pesan moralnya sederhana manfaatkan aset strategis negara dengan cerdas, jangan cuma ditinggal debu dan rumput liar. Hunian rakyat yang dekat transportasi publik itu hak semua orang bisa bikin hidup lebih praktis, hemat, dan menyenangkan.

Bayangin kota dengan rumah susun dekat stasiun di mana semua warga tersenyum tiap pagi, kereta jadi teman sehari-hari, dan kehidupan sehari-hari nggak lagi penuh macet dan stres. Ini bukan sekadar mimpi, tapi visi nyata TOD yang bisa diwujudkan.

Kalau semua elemen jalan bareng perencanaan matang, kolaborasi pemerintah-swasta, dan data yang jelas, maka warga kota bakal merasakan manfaat langsung: hemat waktu, hemat energi, hidup lebih mudah, dan ya… bisa ngakak tiap pagi sambil lihat kereta lewat jendela balkon!.[***]

Terpopuler

To Top